Share

Bab 4

Kevin tertidur di sofa, dia menunggui Fiona sepanjang malam, tapi gadis itu tak kunjung sadar, hingga pagi tiba Kevin terbangun dan melihat kearah fiona yang ternyata belum siuman juga, rasa khawatir mulai menyelimutinya, tiba-tiba ada ketukan dipintu.

Tok...tok...tok...

" Selamat pagi pak " dapa dokter yang menangani Fiona dengan ramah.

" Kenapa dia belum juga sadar dok " tanya Kevin.

" Tidak apa-apa pak Kevin, ini hanya pengaruh obat, nanti juga dia bangun " jawab dokter yang sedang mengecek keadaan Fiona.

Kevin melirik arloji yang dikenakannya, hari ini dia ada jadwal mengajar jam sepuluh, dia akan bersiap-siap kembali kerumahnya untuk mandi dan ganti baju setelah itu berangkat ke kampus.

" Suster tolong jika nanti dia bangun kabari saya " pesanya kepada perawat yang kebetulan sedang membersihkan tubuh Fiona.

" Baik pak, nanti saya akan menghubungi bapak jika pasien sadar " jawab suster itu pada Kevin.

Kevin beranjak pergi dari rumah sakit menuju rumahnya. Sebelum jam sepuluh ia sudah sampai di kampus dan melakukan aktivitasnya.

" Hei, apa yang kau pikirkan " tanya Aldo yang juga dosen di kampus yang sama dengan Kevin mengajar.

" Ah, tidak apa-apa " jawab Kevin bohong, padahal dia memikirkan mahasiswi nya yang terbaring dirumah sakit.

" Sikapmu tidak seperti biasa, ayo cerita padaku " cerca Aldo yang penasaran akan perubahan sikap Kevin.

" Tidak ada " jawab Kevin lagi.

" Kau tidak bisa membohongiku, aku melihat ada kekhawatiran diwajahmu, apa ini ada hubungannya dengan Eliza " tebak Aldo tentang kegusaran Kevin.

" Tidak, tidak ada hubungannya dengan Eliza, dia masalaluku dan aku sudah melupakannya " jawab Kevin.

" Aku dengar Eliza sudah kembali dari luar negeri, siapa tahu nanti dia mencarinu " 

" Tidak mungkin dia mencarinu, dulu dia yang meninggalkanku begitu saja tanpa sebab dan tidak bisa dihubungi "

Eliza adalah mantan tunangan Kevin yang karena entah sebab apa tiba-tiba pergi menghilang tanpa kabar, bertahun-tahun Kevin mencoba untuk melupakannya, dan kini Kevin sudah tidak mengharapkannya kembali.

.

.

.

Ditempat berbeda Diandra datang menemui Andrian di rumahnya karena dari semalam Andrian tidak bisa dihubungi.

Tok...tok...tok...tidak berselang lama pintu terbuka dan muncul wajah Andrian yang berantakan karena baru bangun tidur.

" Ada apa kesini " tanya Andrian.

" Apa aku harus punya alasan untuk menemui kekasihku " jawab Diandra dengan ketus karena merasa tersinggung dengan ucapan Andrian, kemudian Diandra masuk tanpa dipersilahkan.

" Apa kau tau dimana Fiona berada sekarang " tanya Diandra pada Andrian.

" Mengapa kau tanya padaku? Diakan saudarimu, harusnya kau lebih tau dia dimana " jawab Andrian, karena tidak habis pikir dengan Diandra.

" Siapa tau semalam kau tidur dengannya dan menyembunyikannya sekarang " tuduh Diandra pada Andrian.

Dia tidak menyangka mendapatkan tuduhan seperti itu dari Diandra yang belum lama ini menjadi kekasihnya.

" Kau menuduhku? " Jawab kefin yang mulai tersulut emosi karena tuduhan tanpa bukti yang ditujukan Diandra padanya.

" Iya, siapa lagi kalau bukan kau " teriak Diandra.

" Fiona bukan gadis gampangan seperti dirimu yang dengan mudah bisa ditiduri " balas Andrian dengan sengit.

" Kau...memang berengsek " teriak Diandra.

" Kita sama-sama berengsek, aku tak yakin gadis sepertimu hanya tidur dengan satu lelaki " ejek Andrean pada Diandra.

" Apa katamu! " Jawab Diandra dengan marah dan besusaha menyerang Andrian.

" Ya...aku mendekatimu karena Fiona tidak mau kuajak tidur, dia berbeda denganmu yang dengan mudah memberikan tubuhmu kepada lelaki " ucap Andrian yang semakin membakar amarah Diandra.

Diandra mendekat dan berusaha mencakar Andrian, tapi dengan reflek Andrian mendorong tubuh Diandra hingga jatuh dan kepalanya membentur sudut meja. 

" Rasakan itu perempuan jalang " hardik Andrian pada Diandra yang masih tertelungkup.

Diandra tidak bergerak tapi Andrian mengira dia hanya pura-pura, kemudian Andrian pergi kebelakan untuk mengambil air dan kemudian kembali keruang tamu dengan seember air.

" Bangun Diandra, jangan pura-pura, atau kau mau aku membangunkanmu dengan menyiramkan air, bangun..." Hardik Andrian pada Diandra yang menurutnya masih berpura-pura.

Kemudian Andre menyiramkan air pada tubuh Diandra

 byur....tapi Diandra masih tidak bergerak, Andrian mulai panik, dia membalikkan tubuh Diandra.

Andrian panik melihat kening Diandra berdarah, dia mencoba membangunkan Diandra.

" Diandra, bangun sayang, maafkan aku" lirih Andrian sambil menepuk-nepuk pipi mulus Diandra.

Andrian membopok Diandra yang masih dengan basah kuyup kekamarnya, dia menggantikan baju Diandra kemudian membersihkan lukanya dan mengobatinya, untung dia tidak mati gumam Andrian dalam hati.

Beberapa saat kemudian Diandra sadar tapi kepalanya masih pusing karena benturan dikepala tadi, dia mengamati dirinya yang sudah berganti baju, dan tiba-tiba Andrian datang.

" Syukurlah kau sudah sadar " ucap Andrian.

" Berengsek kau " umpat Diandra dan berusaha bangun untuk menyerang Andrian lagi.

Andrian menangkap tangan Diandra yang berusaha memukulnya, dia menarik Diandra kepelukannya.

" Maafkan aku " lirih Andrian ketelinga Diandra.

Diandra menangis dan membalas pelukan Andrian, karena memang dia sangat mencintainya, Andrian mengecup kening Diandra 

" Istirahatlah, tenangkan fikiranmu " ucap Andrian pada kekasihnya.

Diandra menurut dan kembali ke tempat tidur dipandu Andrian, diapun berusaha untuk tidur, Andrian mengelus kepala Diandra, dia merasa bersalah karena sudah membuat Diandra terluka.

.

.

Dirumah kediaman keluarga Leo dan Clara merasa gelisah karena belum mendapatkan Fiona.

" Bagaimana ini, Fiona belum ditemukan, dan Diandra entah kemana anak itu, ini salahmu mengapa kau tiba-tiba pukul dia semalam " ucap Clara dengan panik dan menyalahkan suaminya.

" Kau pikir dirimu tidak bersalah, ingat kau juga ikut memukul dan menjambak ya, sekarang kita tidak tahu dimana anak itu, aku yakin ada orang yang menolongnya " balas Leo takau disalahkan.

" Tapi kau yang duluan memukulnya, bagaimanapun caranya kau harus menemukan anak sialan itu " balas Clara dengan kesal.

" Sudah....tidak usah menyalahkan ku, kau juga sangat membenci gadis itu dari dulu " ejek Leo pada istrinya.

" Wajar aku membencinya dia anak dari mendiang suamiku dengan istrinya yang lain, tak ada kewajiban ku untuk menyayanginya, masih untung aku masih mau mengurusnya " bela Clara karena memang dari dulu sangat membenci Fiona.

" Kau dari dulu memang perempuan yang kejam, padahal dirimu sendiri yang merebut ayah Fiona dari ibunya dan kemudian meracuni ibunya, untung anak malang itu tidak tahu kalau sebenarnya kau bukan kandungnya" ucap Leo.

" Diam kau, tidak usah mengungkit masalaluku, karena kau juga yang membantu rencanaka dulu, jadi jangan berlagak sok suci " triak Clara dengan marah.

" Sudahlah aku mau keluar, malas mendengar ocehanmu sepanjang hari ini " ujar Leo setalahnya melangkah pergi entah kemana.

Memang rumah tangganya tak pernah akur, Clara hanya memikirkan kepentingan dirinya dan putri semata wayangnya denga Leo, dia selalu membenci Fiona, padahal gadis itu selalu bersikap manis padanya dan berusaha mengambil hatinya setiap waktu mereka bersama, tapi Clara terlalu angkuh, karena kebenciannya terhadap ibu Fiona dulu.

.

.

Kevin kembali kerumah sakit pada sore hari, sesampainya dikamar dia melihat Fiona sedang duduk dirancangnya, wajah cantiknya masih lebam, Kevin tak habis pikir siapa orang yang tega melakukan itu, gumam Kevin dalam hati.

" Kau sudah sadar " tanyanya dengan dingin.

" Pak Kevin " Fiona menatap kearah Kevin.

" Apa yang terjadi semalam, siapa yang melakukan ini " tanya Kevin pada Fiona.

Tidak ada jawaban dari bibir Fiona, air matanya mengalir mengingat kejadian semalam. 

" Tidak usah dijawab kalau tidak mau cerita" ucap Kevin merasa bersalah.

" Aku akan menghubungi keluargamu, aku takut mereka khawatir karena mencarimu" ucap kevin lagi dan akan beranjak pergi.

Tanpa diduga Fiona memegang erat tangan Kevin dengan ketakutan.

" Jangan, mereka akan membunuhku " cegah Fiona dengan ketakutan.

" Kenapa? " Tanya Kevin.

" Jangan....jangan...jangan beritahu mereka aku disini " teriak Fiona histeris dan memegang erat tangan Kevin.

Kevin semakin bingung apa sebenarnya yang terjadi dengan gadis ini, mengapa dia sangat ketakutan dengan keluarganya, Kevin memeluk Fiona dan berusaha menenangkannya, tiba-tiba tubuh Fiona lunglai dan tak sadarkan diri, Kevin panik menekan tombol untuk memanggil dokter.

Dokter segera datang kemudian memeriksa keadaan Fiona.

" Apa yang terjadi, kenapa dia histeris dan tak sadarkan diri " tanya Kevin pada dokter yang menangani Fiona.

" Sepertinya pasien mengalami peristiwa yang membuat mentalnya terguncang, saya harap untuk sementara berhati-hati bicara padanya biar kondisinya pulih dulu " kata dokter yang menangani Fiona.

" Baik dik " ucap Kevin, sebelum dokter dan perawat meninggalkan kamar Fiona.

Apa sebenarnya yang terjadi padamu?, Apa ini perbuatan keluargamu sehingga kau sangat ketakutan, gumam Kevin dalam hati, dia kasihan melihat nasip gadis ini yang entah apa yang sebenarnya terjadi padanya Kevin juga tidak tahu.

Gadis yang sangat cantik tapi malang sekali nasibmu, gumamnya sambil memperhatikan wajah Fiona yang penuh dengan lebam. Diam-diam Kevin memang suka memperhatikan Fiona, dia mulai tertarik pada gadis didepanya itu.

" Aku akan melindungimu dari mereka yang ingin menyakitimu " liri Kevin dengan tangan menggenggam erat tangan Fiona.

Tanpa sadar Kevin tidur dikursi samping tempat tidur masih menggenggam erat tangan Fiona, tengah malam Fiona terjaga.

" Pak Kevin " lirihnya, Fiona menatap wajah Kevin yang tertidur di kursi dengan tangan masih menggenggam tangannya.

Fiona memperhatikan wajah tampan dosen killer yang dikaguminya itu, kesan dingin dan killer yang selalu disematkan pada Kevin hilang saat melihatnya tertidur pulas, Fiona tersenyum melihatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status