PoV TIWI ADELITA
Sengaja, kamar mas Herdi tidak kami bersihkan sama sekali. Keenakan si Oki kalau begitu, biarkan saja dia yang membersihkan dan merapikan. Sudah syukur dikasih tempat tinggal gratis gak perlu ngontrak.
Aku menatap kamar Mas Herdi dan merasa puas karena kakakku satu-satunya itu sangat jorok, bukan hanya buang angin sembarangan, kamarnya penuh debu karena jarang ia bersihkan, lalu ... yang paling ku andalkan adalah suara ngoroknya yang bisa terdengar hingga 5 kilometer! Hahaha, si Oki dijamin gak akan bisa tidur nyenyak sekamar dengan Mas Herdi.
Jujur, aku dendam sekali pada Oki yang telah membuat keluargaku kalang kabut karena pernikahannya dengan Mas Herdi. Setiap melihat postingan Oki di Instagram atau FB, aku langsung membalas dengan membuat postingan di IG story ku sendiri : DASAR CEWEK SOK CAKEP! Atau, CEWEK SIALAN LO!
Tentu saja Oki takkan menyangka kalau status story
PoV OKI FARIANIIbu Mas Herdi membuatku menangis di hari pertama aku menginap di rumah mertua. Bukan apa-apa ... aku tak terbiasa memotong bawang merah dan daun bawang dalam jumlah banyak, sehingga dari mataku langsung meleleh air yang tak henti mengalir.Di sela-sela tangisan, dari ujung ekor mataku terlihat Tiwi menyunggingkan senyuman di depan pintu kamarnya, seperti bahagia menonton adeganku menahan kepedihan.Ah, tapi manalah mungkin Tiwi menertawakanku, dia baik dan care banget kok sama aku, dulu hampir setiap malam mengirim chat menanyakan kabarku, meskipun setelah hari pernikahanku dengan Mas Herdi ... tiba-tiba Tiwi berhenti mengirimkan chat. Meski demikian, aku tahu dia adik ipar yang baik.Sejak jam setengah enam pagi tadi ibu sudah menyuruhku memasak teh untuk seluruh anggota keluarganya, teh tubruk yang direbus di dalam mug besar, kemudian disaring dan dimasukkan ke d
PoV OKI FARIANI“Gajiku hanya empat juta sebulan Oki, jadi tolong atur dengan baik uang bulanan tujuh ratus ribu ini, kamu harus bersyukur dapat uang dari aku tanpa harus capek-capek bekerja di luar!”Jujur, aku sampai merinding mendengar ucapan Mas Herdi itu. Gaji seorang HRD lulusan S1 hanya empat juta Rupiah? Kalah dariku yang ‘hanya’ lulusan SMA?Ternyata aku salah besar, selama ini kupikir gaji Mas Herdi setidaknya mencapai sepuluh juta Rupiah. Dia bisa punya rumah, mobil, dan kartu kredit, dari mana semua itu?Kalau hanya empat juta, mengapa dia berani menyuruh aku keluar dari pekerjaanku di tempat gym?“Mas tahu berapa gajiku di tempat gym dulu?” Aku bertanya pada Mas Herdi, sekadar mengetes.“Cuma di tempat gym doang .. palingan satu setengah juta kan?”Aku kaget sekali mendengar pernyataan Mas Herdi yang
PoV OKI FARIANISorenya, ibu dan bapak mertuaku pulang dari kontrol ke Rumah Sakit, aku baru sadar mereka menaiki motor bukannya mobil, aku tebak ... mungkin agar hemat?!Aku bawakan tas tenteng ibu masuk ke dalam, dan menawarkan pizza yang masih utuh satu loyang besar barangkali mereka merasa lapar.Tak kusangka, ibu malah menyemprotku habis-habisan, apalagi begitu mata ibu melirik nyalang ke arah dapur, belum ada masakan yang jadi sejak pagi, dan aku beralasan karena tak bisa menyalakan kompor.“Anak jaman sekarang makan makanan gak bergizi kayak gini, bisa bikin sakit, ngerti kamu Ki?!” Ibu nenunjuk-nunjuk ke arah pizza pemberian Desi. “Memang orang rumahmu nggak ngajarin cara masak apa? Nyalakan kompor saja nggak bisa! Sudahlah cuma lulusan SMA ... masak nggak becus, kamu bisanya habiskan uang orang doang ya?”Deg. Seperti tersayat, hatik
PoV OKI FARIANIIbu menyodorkan hpnya padaku, minta dibacakan pesan masuk dari tante Nana. Aku ambil hp itu, aku bacakan dengan suara keras, lalu aku mengambil kesempatan memeriksa chat masuk dari nomor hpku di hp ibu itu.Aku search nama Oki, tidak ketemu, aku search nama menantu, mantu, istri Herdi, tapi nihil juga.“Ibu belum simpan nomor hp Oki ya?” Tanyaku akhirnya.Ibu terlihat kikuk. “Belum, kan kalau ada apa-apa bisa melalui Herdi!”Deg. Aku terkesiap.“Tapi dulu kan Ibu sering kirimin Oki chat ...” aku membabi buta mencari tahu kebenarannya.“Kapan? Ibu belum pernah chat kamu kok.”Bagai petir di siang bolong, pernyataan polos ibu itu sungguh amat mengejutkanku.“Oya, tolong balas ke Tante Nana Ki ... bilang
PoV OKI FARIANIAku sudah berjalan kaki cukup jauh, dan selama itu pula tidak ada tanda-tanda Herdi mengejarku. Kini kakiku melangkah gontai ke arah pom bensin, ada kafe di depannya.Ku rogoh saku daster yang kupakai, alhamdulillah ada hp, jadi aku bisa bayar pakai aplikasi. Tanpa ragu, aku masuk ke dalam kafe itu.Udara dingin dari Air Conditioner di dalam kafe langsung menyambut tubuhku yang berleleran keringat. Untung saja aku pakai daster Arab yang cukup cantik dan elegan, kalau tidak ... pasti terlihat aneh pakai daster kok masuk kafe.Setelah memesan kopi dan roti bakar, aku mencari tempat duduk yang nyaman.Ku buka chat di hp, mengecek apa saja yang pernah ibu dan Tiwi sampaikan padaku dulu. Sebenarnya aku sudah merasakan keanehan, tapi selalu kutepiskan.[Maaf, Oki, ini ibunya Herdi, Oki tau Herdi pergi ke mana? Sudah seminggu ini Herdi pergi da
PoV OKI FARIANIHingga Maghrib, tanda-tanda kehadiran Herdi untuk menjemputku tetap tak terlihat. Padahal Herdi pasti tahu aku kabur ke mana, tapi dia sepertinya tidak berusaha untuk mencariku.Antara senang dan jengkel, senang karena aku tak diganggu, jengkel karena ... sebegitunya tidak peduli setelah aku menjadi istri sahnya. Dulu waktu belum menikah, segala keinginanku dituruti, dibela-belain, tapi sekarang? Aku kabur pun Herdi santai saja, seperti tak ada harga dirinya aku sebagai istri.Aku merasa badanku sangat greges, masuk angin, mungkin karena tadi belum makan apapun malah langsung minum cappucino, atau karena sedang keringetan tiba-tiba masuk ruangan kafe yang ber-AC, sehingga angin mudah memasuki pori-poriku.Tiba-tiba saja rasa mual yang amat sangat membuatku terlonjak, aku segera berlari ke kamar mandi, dan uek uek di closet.Tante melihatku penuh arti.
PoV Tiwi AdelitaOki hamil? So what?! Kok berani-beraninya dia menumpangkan saudaranya untuk tinggal bersama dirinya dan Mas Herdi?Ya, kabar teranyar dari Mas Herdi, ada sepupu Oki yang saat ini menempati kamar tamu di rumah mereka, rumah bapak! Alasannya ... supaya ada yang menemani Oki ketika Mas Herdi kerja.Iish ... jijik sekali, Oki merasa itu rumahnya sendiri sampai-sampai berhak membawa saudara tinggal di rumah itu?! Memangnya rumah bapak tempat penampungan!*****[Yang bener Tiwi? Hati-hati lho ... dari cerita kamu bahwa si Oki itu matre, bisa jadi ini cara dia mendapatkan rumah Mas Herdi!]Chat tante Nana itu membuatku terkesiap. Aku memang baru saja curhat panjang lebar tentang kelakuan Oki setelah nikah, termasuk saat Oki kabur dari rumah pas lagi ibu suruh kucek baju. Nggak sopan![Tante, itu bukan rumah Mas Herdi, yang mereka tempati itu rumah bapak!][Iya, tapi kan
PoV Oki FarianiSejak tahu jumlah gaji Herdi hanya empat juta, sebenarnya aku sudah curiga, mana mungkin Herdi mampu membeli rumah, mobil, apalagi memiliki kartu kredit! Ternyata benar, hari ini Tiwi datang menyibak satu lagi kebohongan Herdi.Adik iparku itu datang ke rumah ini dengan tidak menghubungiku terlebih dulu sebelumnya, sungguh sopan kan?!Begitu aku membuka pintu sedikit untuk mempersilakan masuk, Tiwi langsung mendorong pintu, dan masuk bahkan tanpa mengucap salam.Dengan gaya angkuhnya, ia memeriksa rumah dengan detail. Matanya jelalatan hingga ke atas langit-langit rumah, dengan tangannya bersilang di depan dadanya.Saat kubuatkan teh lemon hangat pun tak ada ucapan terimakasih dari bibirnya sama sekali.Tiwi, aku baru bisa melihat dengan jernih betapa ia sangat membenciku, bahkan aku sendiri tak tahu apa yang membuatnya begitu benci padaku?“Kak Oki, jangan salah paham! Rumah ini bu