Share

Semua Tentangmu

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-07 10:00:22

Vivianne mematung selama beberapa detik. Sulit baginya untuk percaya bahwa yang ada dihadapannya ini adalah laki-laki yang sama yang meninggalkannya begitu saja setelah Vivianne menyerahkan segalanya, lima tahun lalu. "Kau ... klien itu?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Iya, ini aku, Vi. Apa kau merindukanku?" Dylan balas bertanya. Nadanya terdengar begitu lembut dan hangat.

"Rindu?" Vivianne tertawa getir. "Kenapa aku harus merindukan pria brengsek sepertimu?" Berbeda dengan Dylan, air muka Vivianne menyorotkan amarah dan kekecewaan yang teramat sangat.

"Kau masih marah, Vi?" Dylan masih dengan wajah tak bersalahnya.

Vivianne kembali tergelak. "Serius, kau bertanya hal bodoh seperti itu padaku?" timpalnya sengit.

Menyesal rasanya Vivianne memenuhi panggilan wawancara dari agensi profesional yang membuka lowongan melalui iklan lowongan khusus di internet.

Vivianne mengira bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan yang nyaman dan menjanjikan. Pada kenyataannya, dia malah bertemu Dylan Woods, mantan kekasih yang kini sudah menjadi aktor terkenal.

Ya, dua tahun setelah menghilang, pemuda itu tiba-tiba muncul di layar televisi dan sosial media, menjadi bintang iklan parfum khusus pria. Beberapa bulan kemudian, Dylan memulai debutnya sebagai bintang film.

Sejak itu, karirnya terus menanjak hingga kini namanya disejajarkan dengan artis-artis papan atas Hollywood.

Dalam puncak karirnya itulah Dylan Woods memutuskan untuk bertunangan dengan model terkenal yang bernama Rosie Duvall.

Makin hancurlah hati Vivianne, dan sampai detik ini lukanya masih menganga. "Maaf, saya ingin membatalkan wawancara ini, Tuan Woods. Saya tidak jadi melamar sebagai asisten pribadi," putus Vivianne.

Gadis bertubuh semampai itu segera berdiri dan bermaksud untuk meninggalkan ruangan meeting.

Namun, sebelum niatnya terlaksana, Dylan lebih dulu mencekal pergelangan tangan Vivianne. "Aku tahu kau sedang membutuhkan uang, Vi. Beberapa hari lagi, utang-utangmu yang berjumlah ribuan dollar itu jatuh tempo, kan? Kau tidak ingin dikejar para debt colector tentunya," bujuk Dylan setengah memaksa.

Mata bulat Vivianne terbelalak sempurna. Tubuhnya menegang seketika. "Ka-kau? Darimana kau tahu?" desisnya, antara terkejut dan tak percaya.

"Percayalah. Aku tahu semua tentangmu," jawab Dylan kalem.

"Brengsek!" Vivianne tak dapat menahan diri lagi. Dia memukul-mukul dada bidang Dylan cukup keras demi menyalurkan emosi.

Dylan sendiri juga tak berniat menghindar. Dia membiarkan Vivianne meluapkan perasaan sampai puas.

"Apa maumu, sialan!" maki Vivianne. "Bagaimana bisa kau tahu, hah!"

"Aku tidak pernah benar-benar meninggalkanmu," sahut Dylan pelan.

"Bohong!" sentak Vivianne. "Omong kosong, dasar pembual! Apa kau lupa, lima tahun lalu, kau membuangku seperti sampah, lalu sekarang kau berlagak seperti pahlawan! Makan saja kata-kata gombalmu itu!" umpatnya tanpa jeda.

"Terserah apa katamu. Aku tak memaksamu untuk percaya," balas Dylan.

"Tentu saja aku tidak percaya. Buktinya, kau sudah bertunangan dengan perempuan lain! Kau pikir aku tak tahu? Beritanya ada di mana-mana!" seru Vivianne.

Dylan pun membisu. Dia sempat terdiam selama beberapa saat, tapi tetap menggenggam pergelangan Vivianne.

"Suatu saat kau akan sadar, Vi. Cinta saja tidak cukup. Sudah lama aku membuang rasa tak berguna itu," tutur Dylan. Sorot matanya berubah sendu.

Vivianne menyeringai getir, matanya memancarkan amarah bercampur luka. “Kalau begitu, untuk apa kau menahanku seperti ini? Lepaskan! Bukankah kau sudah bilang cinta itu tak berguna?”

Dylan menghela napas, genggamannya kian mengencang, seolah takut kehilangan meski mulutnya menyangkal. “Karena kau bukan sekadar cinta, Vi. Kau… alasan yang tak pernah bisa kujelaskan.”

Vivianne terdiam sejenak, terpaku pada kejujuran samar yang muncul di sorot mata Dylan. Namun, sebelum hatinya sempat goyah, ia menepis tangannya kasar. “Jangan lagi mencoba mempermainkanku, Dylan!" peringat Vivianne.

Cengkeraman itupun terlepas, sehingga Vivianne memiliki kesempatan untuk menjauh.

Sayangnya, gadis itu kembali gagal. Dylan lebih dulu melingkarkan tangan di pinggang ramping Vivianne, lalu menariknya mendekat.

Tubuh dua anak manusia itu menempel, tanpa jarak. Vivianne bahkan dapat mendengar detak jantung Dylan dengan jelas.

“Lepaskan aku!” Vivianne meronta, tapi semakin dia berusaha melepaskan diri, semakin erat pelukan Dylan menahannya.

"Aku akan melepasmu setelah kau bersedia menjadi asisten pribadiku," tawar Dylan.

"Tidak!" tolak Vivianne tegas. Dia sudah hendak mengumpat lagi, tetapi bibir Dylan lebih dulu mengunci bibirnya.

Vivianne membeku. Ciuman itu membangkitkan kenangan saat di mana cinta remaja mereka tumbuh liar tak terkendali.

Vivianne sempat terhanyut, bahkan tanpa sadar dirinya membalas ciuman Dylan.

Sementara Dylan memejamkan mata rapat-rapat, membayangkan masa lalu yang mungkin tak akan bisa terulang.

Hasrat dan gairah mulai membakar sisi waras keduanya. Tangan Dylan seolah bergerak tanpa sadar, mengangkat tubuh Vivianne lalu mendudukkannya di meja.

"Dylan, jangan," desah Vivianne tatkala bibir tipis kemerahan pria tampan itu menyapu lehernya. Mulut Vivianne menolak walaupun tubuhnya merespon sebaliknya.

Vivianne menelusupkan jemari ke rambut gelap Dylan kemudian meremasnya kuat-kuat, seiring dengan gerakan bibir Dylan yang kini sudah sampai di dada.

"Kau membuatku gila, Vi!" desis Dylan seraya menelusupkan tangan ke dalam kemeja putih Vivianne. Jemarinya hampir menyentuh puncak dada gadis itu ketika akal waras Vivianne kembali.

Sekuat tenaga dia mendorong tubuh Dylan menjauh, tapi gagal. Tak kehabisan akal, Vivianne mengangkat lutut dan menghantamkannya ke pangkal paha Dylan.

"Awhh!" Pria tampan itu mengerang kesakitan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Hubungan Spesial

    Cahaya matahari menerobos masuk melalui balkon kamar yang terbuka. Menelusup masuk ke kelopak mata VIvianne yang perlahan terbuka.Gadis itu refleks bangkit. Gerakan yang terlalu cepat, membuat kepalanya berdenyut. Vivianne mengerang pelan sambil memegangi pelipis. Saat itulah dia baru menyadari bahwa pakaiannya berganti. Kemeja putihnya kini berubah menjadi gaun tidur berbahan satin, berwarna pink lembut.Vivianne seketika menegang. Dalam pikirannya, itu pasti baju milik Rosie, dan Dylan dengan kurang ajarnya memakaikan gaun tidur itu pada Vivianne. "Dylan sialan!" umpatnya kesal.Vivianne buru-buru melepas baju berbahan tipis itu. Namun baru saja kainnya sampai di leher, terdengar suara yang berasal dari sisi lain kamar.Vivianne tersentak. Dia menoleh cepat, dan napasnya seketika tercekat. Dari balik kepulan uap tipis, Dylan muncul—rambutnya masih basah, beberapa helai menempel di dahi. Ia hanya mengenakan handuk putih yang dililitkan di pinggang, membiarkan butiran air menetes dar

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Dua Sisi Dylan

    Sudah dua jam sejak Dylan keluar dari penthouse bersama Rosie. Sejak itu pula Vivianne tak bisa berkonsentrasi. Padahal ada banyak file dan dokumen yang harus dipelajari. Dia juga harus menyusun jadwal baru untuk mantan kekasih sekaligus atasannya itu. "Astaga, bagaimana ini?" Vivianne mengacak-acak rambut saat otaknya tak bisa diajak berpikir. Meskipun demikian, dia tetap memaksakan diri untuk bekerja. Vivianne dikenal dengan sosok pekerja keras serta ulet. Dia tak mau gangguan emosi membuat profesionalismenya berkurang. "Aku akan mulai dari mengatur jadwal," ucap Vivianne pada diri sendiri, berniat untuk membuka laptop pribadinya. Akan tetapi, baru dia ingat kalau dirinya tidak membawa apapun saat datang ke apartemen mewah ini. "Ah, laptopku ketinggalan di rumah," keluh Vivianne. Hampir saja dia berniat untuk keluar dari ruang kerja. Vivianne bermaksud hendak pulang sebentar ke apartemennya sendiri, untuk mengambil barang-barangnya yang dianggap penting. Namun, baru beberapa l

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Asisten Atau Pasangan?

    "Ck! Kau selalu saja curiga." Dylan memperlihatkan dengan jelas raut tak sukanya."Siapa yang tak curiga melihat posisi kalian yang sangat dekat seperti itu?" sahut Rosie ketus.Bukannya khawatir mendengar protes keras sang tunangan, Dylan malah tersenyum miring. "Namanya Vivianne. Dia yang akan menjadi asisten pribadiku mulai hari ini," ungkapnya seraya mengulurkan tangan pada Vivianne.Sebagai sesama wanita, Vivianne tentu dilema. Jika dia menerima uluran tangan Dylan, tentu hal itu pasti akan menyakiti Rosie. Apalagi Rosie tampak begitu terkejut. Namun, rupanya Dylan tak suka menunggu. Dia langsung menarik telapak tangan Vivianne dan menggenggamnya erat tanpa permisi."Hei!" Vivianne panik, berusaha melepaskan tangannya. Akan tetapi, genggaman Dylan jauh lebih kuat."Aa-apaan kau, Dylan!" seru Rosie."Tidak apa-apa, Vi. Rosie harus tahu siapa dirimu," ujar Dylan enteng. Dia tetap fokus pada Vivianne, meskipun Rosie sudah melayangkan protes keras."Permainan apa lagi ini!" seru Ros

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Perjanjian Atau Perangkap?

    "Kau ingin aku menjual tubuhku, Dylan?" Mata hazel Vivianne berkaca-kaca. "Kupikir, saat meninggalkanku dulu, kau sudah berbuat kejam. Ternyata, kelakuanmu sekarang jauh lebih keji lagi," ujarnya kecewa. "Vi ...." Sorot mata Dylan berubah sendu. Tampak penyesalan dan rasa bersalah di sana. "Bukan itu maksudku," ucapnya pelan. "Lalu apa, hm?" Vivianne mengangkat dagu, seakan menantang pria berparas rupawan itu. "Aku tidak bisa melelang keperawananku di situs hiburan Las Vegas, karena kau sudah merenggutnya lima tahun lalu. Anggap saja, 25 ribu dollar adalah bayaran yang harus kuterima sebagai ganti kesucian yang sudah kuberikan padamu dulu!" cetus Vivianne panjang lebar. "Haha ...." Dylan tertawa getir. "Tidak ada perjanjian tertulis tentang itu dulu. Apa kau lupa kalau kau menyerahkannya secara sukarela, Vi? Jadi, permintaanmu barusan tidak valid." Vivianne mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Seandainya bisa, dia pasti menghajar Dylan habis-habisan saat ini juga. Sayangnya Vi

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Aku Mau Tubuhmu

    Dylan melepaskan belitan tangannya dari tubuh Vivianne. Dia membungkuk menahan sakit.Vivianne memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri. Dengan cepat ia meraih tasnya di sofa, lalu melesat cepat menuju pintu. Tangannya sempat bergetar saat memutar kenop, tapi akhirnya pintu itu terbuka."Vi!" panggil Dylan dengan suara serak. Wajahnya tegang, keringat bercucuran, tapi tatapannya masih mengikuti gadis itu penuh keputusasaan. "Jangan pergi… bukan seperti ini…"Vivianne menoleh sejenak. Sorot matanya berkaca, namun ia menguatkan hati. "Kau sudah membuat pilihanmu, Dylan. Dan aku pun sudah membuat pilihanku."Tanpa menunggu balasan, ia melangkah keluar dan menutup pintu dengan suara dentuman halus. Keheningan langsung menyelimuti ruangan.Seorang perwakilan agensi yang tadi mengarahkan Vivianne, tampak berdiri beberapa meter di depannya. "Nona Diaz? Apakah pertemuannya sudah selesai?" tanya pria bersetelan rapi itu dengan sorot heran. Vivianne tak menjawab. Dia malah berjalan cep

  • Sandiwara Liar Sang Aktor   Semua Tentangmu

    Vivianne mematung selama beberapa detik. Sulit baginya untuk percaya bahwa yang ada dihadapannya ini adalah laki-laki yang sama yang meninggalkannya begitu saja setelah Vivianne menyerahkan segalanya, lima tahun lalu. "Kau ... klien itu?" tanyanya dengan suara bergetar. "Iya, ini aku, Vi. Apa kau merindukanku?" Dylan balas bertanya. Nadanya terdengar begitu lembut dan hangat. "Rindu?" Vivianne tertawa getir. "Kenapa aku harus merindukan pria brengsek sepertimu?" Berbeda dengan Dylan, air muka Vivianne menyorotkan amarah dan kekecewaan yang teramat sangat. "Kau masih marah, Vi?" Dylan masih dengan wajah tak bersalahnya. Vivianne kembali tergelak. "Serius, kau bertanya hal bodoh seperti itu padaku?" timpalnya sengit. Menyesal rasanya Vivianne memenuhi panggilan wawancara dari agensi profesional yang membuka lowongan melalui iklan lowongan khusus di internet. Vivianne mengira bahwa dia akan mendapatkan pekerjaan yang nyaman dan menjanjikan. Pada kenyataannya, dia malah berte

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status