Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 97. Tugas Penting

Share

97. Tugas Penting

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-05-06 19:23:39

“Iya, Tuan Chesnut,” jawab Camelia hampir saja menggertakkan gigi akibat kesal.

“K-kau yakin? Benar-benar namaku? Raja menyebutkan namaku?” Jim bertanya seraya menunjuk dirinya menggunakan jari telunjuk kanannya.

Ah, sepertinya Camelia harus lebih melatih kesabarannya lagi. Sebab, para prajurit utama yang berdiri di dekatnya itu rupanya tidak sepintar yang seharusnya.

Mungkin, mereka hanya kuat secara fisik saja. Tapi, untuk urusan berpikir, sepertinya amat sangat lambat, pikir Camelia dengan sambil mengerutkan dahi.

“Iya, Tuan Chesnut. Anda diminta untuk menghadap raja,” jawab Camelia.

Jim terpana. “Itu sungguhan? Rasanya ini seperti ….”

Sebelum Camelia Hart sempat menjawab pertanyaan dari Jim Chesnut, Ludor Flee yang tidak bisa menahan rasa penasarannya pun bertanya, “Perintah apa, Nona?”

“Perintah khusus? Bagaimana bisa?” Dylan Chick juga ingin tahu.

Camelia yang tidak mau berada di area itu lama-lama segera menjawab, “Tentu saja itu di luar kendaliku. Maksudku … apa perintahnya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Ayo Bercerai!

    Saat ini keluarga Wood sedang berkumpul bersama di ruang keluarga mereka setelah melakukan prosesi acara pertunangan antara Shirley, si bungsu dari keluarga Wood dan Peter Green, seorang putra dari pemilik tambang emas di Carlo Hill. Cassandra Wood, istri Bill sedang duduk di bagian pinggir dan terlihat tidak terlalu menyukai berada di sana. Beberapa kali ia melihat suaminya diperintah oleh keluarganya dan hanya menurut. Ia kesal. Sangat kesal. Bagaimana tidak, suaminya itu tidak memiliki wibawa sedikit pun dan kerap menjadi bulan-bulanan keluarganya. Ia begitu ingin sekali melihat suaminya melawan, setidaknya sekali saja. Tapi, nyatanya sampai mereka menikah selama hampir tiga tahun lamanya, Bill masih juga sama. Masih menjadi seorang pencundang yang tidak berguna. "Cepat isi gelas ini, Bill!" perintah Shirley pada kakak iparnya. Bill dengan tenang mengambil botol wine merah dan membukanya dengan cepat lalu mengisi gelas Shirley kembali. Dia lalu berdiri di samping lelaki tua yang

    Last Updated : 2023-04-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Cepat Minta Maaf!

    Lelaki itu sudah tersulut emosi. Christopher yang begitu terkejut segera bertanya, "Kenapa kau berteriak pada Peter, Bill?" Bill menunjuk Peter dengan jari telunjuknya dengan amarah yang tidak terkendali. "Dia-" "Apa yang kau lakukan? Kenapa menunjuk Peter seperti itu?" ucap Shirley, sudah mendekat ke arah calon suaminya, terlihat kesal dengan tingkah kakak iparnya. "Dia bilang mau mendekati Cassandra," ucap Bill sambil menggeram marah. Shirley terbelalak kaget dan langsung mengangkat tangan, berniat menampar Bill. Tapi dengan sigap, Bill berhasil menepisnya. "Kau. Berani sekali kau menuduh hal kotor seperti itu. Dia tidak serendah kau, Bill!" ujar Shirley kesal luar biasa. "Dia yang mengatakannya sendiri. Dia-" "Cukup, Bill!" teriak Christopher, terlihat begitu murka. Bill menghela napas panjang. Dadanya kembang kempis, menandakan ia begitu marah. Peter berkata, "Apa maksudmu berkata seperti itu? Aku hanya mengatakan istrimu cantik. Apakah itu salah?" Ia beralih pada Chistop

    Last Updated : 2023-04-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    3. Siapa Kau?

    Bill duduk di depan kios buah Emma sampai pagi. Sang pemilik kios itu cukup terkejut saat melihat Bill berada di sana dengan pakaian yang sama. Tapi, dia tidak bertanya apapun lantaran melihat ekspresi Bill yang agak kusut. Saat Bill membereskan buah-buah yang berserakan di lantai, seorang pembeli buah yang sedari tadi sudah berada di sana sejak kejadian sebelum Bill datang itu mendekat kepadanya. Bill menoleh kepadanya dengan tatapan heran. "Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" "Ada, Jenderal." Pupil Bill sontak membesar mendengar panggilan itu. Kenapa orang ini memanggilnya 'Jenderal'? Apakah dia mengenal dirinya? Tapi bagaimana mungkin?Bill segera saja menaruh keranjang buah itu dan menatap laki-laki muda berpenampilan rapi itu dengan pandangan penuh selidik. "Siapa kau? Kenapa kau memanggilku 'Jenderal'?" Pria muda yang Bill tebak usianya berbeda jauh di bawahnya itu berkata, "Ini saya, Jenderal. Anak buah Anda. Andrew." Bill menyipitkan mata, sambil mencoba mengingat-ng

    Last Updated : 2023-04-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    4. Cepat Bunuh Aku!

    Esok malamnya, saat dia baru saja mengunci kios milik Emma, tiba-tiba saja dia didatangi oleh sejumlah laki-laki berbadan besar yang Bill tebak merupakan preman biasa. "Aku sedang lelah, jangan ganggu aku sekarang!" ucap Bill dengan wajah yang memang terlihat begitu letih. Seorang preman yang terlihat sebagai pemimpin mereka maju ke depan sambil membawa barbel. Bill mengeryit, "Apa yang akan kau lakukan dengan itu?" "Kau kan yang sudah mematahkan tangan Baron kemarin?" tanya preman bertampang sangar. Bill mengernyitkan dahi tiba-tiba teringat akan seorang preman yang pernah datang ke kios Emma dan berniat mengacaukan kios itu. "Ah, aku tidak tahu kalau ternyata mematahkannya." "Hajar dia!" perintah sang pemimpin, murka. Bill dengan santai meladeni orang-orang itu tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Beberapa pukulan berhasil ia layangkan tepat sasaran. Namun, Bill sempat lengah karena ponselnya yang tiba-tiba saja bergetar. Sang pemimpin menggunakan ketidaksiapan Bill dan memukul p

    Last Updated : 2023-04-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    5. Serangan

    Bill berjalan menuju rumah keluarga Wood dengan penuh kebingungan. Ia ingin membantu istrinya tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia lakukan. Di tengah-tengah kebingungan yang menderanya, Andrew Reece yang merupakan anak buah kepercayaannya itu pun datang kembali. "Jangan, Jenderal!" ucap Andrew. "Istriku di dalam. Aku harus membantunya." "Jenderal, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tanya Andrew. Bill mengerutkan kening, "Kesepakatan apa?" "Jika Anda bersedia kembali, kami akan membantu Anda, Jenderal." Bill membuang napas dengan kasar, sadar jika di dunia ini tidak ada yang gratis. Dengan sangat terpaksa, Bill berkata, "Baiklah, aku akan kembali." Andrew tersenyum senang. ***"Selamat pagi, Jenderal!" sapa Andrew di hari kembalinya Bill. "Bagaimana kabar Anda hari ini, Jenderal?" tanya pria muda itu dengan senyum cerah. "Tak usah berbasa-basi. Langsung saja, Reece." Andrew bahkan tersenyum gugup akibat terlalu senang, "Siap, Jenderal." "Tapi sebelum itu, aku

    Last Updated : 2023-04-11
  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Benda Berharga

    "Putar, Reece!" ucap Bill.Perintah itu terdengar sangat jelas tapi Andrew terlihat agak ragu."Cepat!" ujar Bill lagi.Andrew pun segera membanting stir kemudi dan berhadapan dengan dua mobil di belakang mereka. Hanya dalam hitungan detik, Andrew melihat Bill melakukan tembakan demi tembakan yang tak satu pun meleset. Semuanya tepat sasaran. Kedua mobil itu bertabrakan dan menimbulkan suara yang begitu menyakiti telinga siapapun yang mendengarnya.Setelahnya, suara ledakan dari kedua mobil yang terbakar itu ikut menambah kebisingan di area itu. Andrew sontak ternganga melihat hal menakjubkan yang baru saja terjadi di depan matanya."Jenderal, Anda luar biasa!" ujar Andrew dengan mata yang masih belum berkedip, terlalu kagum."Cepat bereskan itu, Reece! Jangan sampai ada berita macam-macam tersebar!" titah Bill, tidak menanggapi ucapan Andrew.Andrew segera tersadar dan melakukan tugasnya. Ia menghubungi dua orang yang ia beri instruksi dengan jelas. "Ingat, tidak ada yang boleh tahu

    Last Updated : 2023-04-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Dia Tamuku

    "Yang Mulia," ujar Bill tiba-tiba. Ia membungkuk di depan rajanya, memberi sebuah penghormatan. "Senang sekali saya mendapat sebuah penghormatan bisa bertemu dengan pemimpin negeri ini."Raja Keannu mengerutkan dahi, agak bingung. Tapi, saat ia melihat ekspresi Bill yang seakan melempar sebuah kode kepadanya, sang raja pun mengerti."Yang Mulia, dia ini-""Jenderal Gardner, tidak perlu diperpanjang lagi," potong Keannu tegas."Tapi, Yang Mulia. Laki-laki ini-""Dia tamuku, Jenderal. Tamuku, berarti dia berada di bawah pengawasanku. Apa kau sekarang mengerti?" tanya Keannu.Jody ingin sekali berkata sesuatu yang lain tapi secara mendadak sang raja kembali berkata, "Aku ingin berbicara dengan tamuku sebentar saja, Jenderal."Jelas itu sebuah perintah yang menyuruh Jody menjauh dari sana, pria itu mengerti dengan cepat. Meskipun, rasa penasaran telah menguasi dirinya, Jody memilih untuk mundur."Saya undur diri, Yang Mulia," pamit Jody.Pria itu membungkuk lalu meninggalkan gedung itu d

    Last Updated : 2023-04-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Ini Perintah!

    Kata-kata Bill terdengar seperti sebuah ancaman, tetapi sebenarnya bukan itu maksud Bill. Ia hanya tidak ingin bermasalah dengan Jody Gardner.Sang raja pun dengan segera menjawab, "Tentu saja aku lebih memilih kau ada di sisiku, Jenderal. Baiklah, jadi posisi apa yang kau inginkan?"Bill tersenyum puas, "Jadikan aku penasihat Jody Gardner."Andrew terbengong-bengong mendengar jawaban Bill, sementara mulut Amanda Clark bahkan terbuka lebar.Raja Keannu berkedip tidak percaya, "Penasihat Jody Gardner? Bagaimana mungkin? Mana bisa?""Bisa, Yang Mulia. Saya akan memberikan saran terbaik untuk Jody, sama saja saya juga ikut melindungi Anda dan kerajaan ini, bukan?""Tapi, Jenderal. Ini ...."William Mackenzie membungkuk hormat, seakan ingin Keannu segera menyetujui keinginannya.Melihat sikap Bill, Keannu sadar ia tidak memiliki pilihan, maka ia pun dengan berat berujar, "Baiklah, kau bisa mengambil tempat sebagai penasihatnya. Kapan kau ingin memulai?""Besok tidak masalah, Yang Mulia."

    Last Updated : 2023-04-14

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    97. Tugas Penting

    “Iya, Tuan Chesnut,” jawab Camelia hampir saja menggertakkan gigi akibat kesal.“K-kau yakin? Benar-benar namaku? Raja menyebutkan namaku?” Jim bertanya seraya menunjuk dirinya menggunakan jari telunjuk kanannya.Ah, sepertinya Camelia harus lebih melatih kesabarannya lagi. Sebab, para prajurit utama yang berdiri di dekatnya itu rupanya tidak sepintar yang seharusnya.Mungkin, mereka hanya kuat secara fisik saja. Tapi, untuk urusan berpikir, sepertinya amat sangat lambat, pikir Camelia dengan sambil mengerutkan dahi. “Iya, Tuan Chesnut. Anda diminta untuk menghadap raja,” jawab Camelia.Jim terpana. “Itu sungguhan? Rasanya ini seperti ….”Sebelum Camelia Hart sempat menjawab pertanyaan dari Jim Chesnut, Ludor Flee yang tidak bisa menahan rasa penasarannya pun bertanya, “Perintah apa, Nona?”“Perintah khusus? Bagaimana bisa?” Dylan Chick juga ingin tahu.Camelia yang tidak mau berada di area itu lama-lama segera menjawab, “Tentu saja itu di luar kendaliku. Maksudku … apa perintahnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    96. Perintah dari Raja

    Pelayan muda bernama lengkap Camelia Hart itu segera menunduk dan menjawab dengan nada takut-takut, “Tidak, Yang Mulia.”“Baik, Yang Mulia. Saya … undur diri terlebih dulu,” kata Camelia.Gadis muda itu menoleh ke arah teman-temannya, memberikan sebuah kode yang mana merupakan sebuah ajakan untuk meninggalkan kediaman raja.Para pelayan itu mengangguk dan hendak mengikuti Camelia. Namun, sebelum mereka sempat melangkah mereka mendengar suara Xylan yang berkata, “Kalian tetap di sini.”Mereka pun segera menoleh dan dengan ekspresi bingung berdiri tanpa bersuara. Sementara Camelia Hart yang keheranan pun membuka mulut, “Yang Mulia,saya-”“Yang aku perintahkan untuk menemui Jim Chesnut itu kau, Camelia. Sedangkan mereka … yah, aku masih membutuhkan mereka di sini,” jelas Xylan.Perkataan Xylan itu tampak janggal sebab biasanya dia tidak ingin dilayani tanpa Camelia,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    95. Memang Kenapa?

    Xylan Wellington pun tidak langsung menjawab pertanyaan Ronald Wings. Sang raja muda itu tampak berpikir serius dengan alis berkerut.“Aku … belum bisa memastikan hal itu,” kata Xylan terdengar ragu-ragu.Ronald menggigit bibir bawahnya. Ah, perkataannya itu sebenarnya sama halnya dengan menuduh salah satu dari pelayan mengkhianati raja. Sebab, hanya pelayan yang saat percakapannya dengan raja berlangsung yang ada di sekitar mereka. Akan tetapi, semua pelayan raja yang dekat dengan mereka saat itu adalah wanita. Ronald pun merasa sudah salah berbicara.Namun, di kala dia hampir saja membuka mulut untuk mengoreksi perkataannya, Xylan malah berkata, “Aku akan melakukan sesuatu untuk memeriksanya.”Ronald melebarkan mata, tampak kaget. “Yang Mulia, saya mohon ampun. Apa yang saya katakan tadi-”“Yang kau katakan itu bisa saja terjadi. Yah, aku pikir aku harus mempertimbangkan banyak hal. Jadi, bukan suatu perkara besar jika aku harus memeriksa para pelayan wanita,” Xylan memotong perka

  • Sang Dewa Perang Terkuat    94. Perkiraan

    James menggelengkan kepala, “Tidak bisa aku katakan sekarang.”Reiner seketika menghela napas kecewa. “Kau ini … membuat kami penasaran.”“Benar, mengapa kau tidak bisa mengatakannya sekarang?” Ben bertanya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.“Apa kau tidak bisa memberikan kami sedikit saja … titik terang?” Shin mencoba membujuk dengan penuh harap.James terkekeh pelan, “Maaf, aku benar-benar belum bisa memberitahu kalian sekarang, tapi … aku yakin tidak akan lama kita akan tahu semuanya.”Diego menatap dengan tatapan tidak yakin, “Kita atau kau saja yang akan tahu?”James mengulas senyuman cerah, “Tentu saja kita semua.”“Aku tidak percaya,” sahut Alen secepat kilat.Sang jenderal perang sontak mengedipkan mata berulang kali dan menatap satu persatu teman-teman baiknya dengan tatapan bingung.Dia pun menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk kanannya dan berujar, “Kau pikir aku berbohong? Sejak kapan aku berbohong atau mengingkari janjiku?”Ben mengerutkan kening dan terlihat

  • Sang Dewa Perang Terkuat    93. Situasi Tidak Baik

    Ben langsung meringis. Sedangkan Alen dan Shin tertawa garing bersamaan. Lalu, Diego berpura-pura menatap ke arah atas.Akan tetapi, Reiner dengan berani membalas, “Ini bukan soal kasihan kepadamu. Aku … hanya berpikir Riley sangat keterlaluan.”James mendecakkan lidah dan mengambil tempat duduk yang kosong, tempat di sebelah Diego yang langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan yang masih sama.“Itu haknya,” jawab James terdengar santai.“Hak? Hak apa maksudmu? Hak membuat teman baiknya kesusahan?” balas Reiner tidak mengerti.James mengangkat bahu, “Aku juga telah membuatnya kesulitan selama beberapa tahun ini.”Shin melebarkan mata, “Hei, apa yang sedang kau bicarakan? Kesulitan apa? Dia-”“Aku meninggalkan istana ini dan membiarkan Riley mengatasi semua masalah di kerajaan ini sendirian. Maksudku … aku tahu kalian selalu ada untuknya dan begitu banyak

  • Sang Dewa Perang Terkuat    92. Sampai Kapan?

    Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di

  • Sang Dewa Perang Terkuat    91. Sebuah Kesalahan

    Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    90. Tuduhan James

    Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    89. Dia Sudah Tahu?

    James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status