Share

2

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-15 08:56:10

"Tidak." Nona, bagimana bisa seorang kelinci baik pemakan wortel bisa memasak! Seru kelinci menangis sedih dalam diam.

Wanita yang sejak tadi tidak disebutkan namanya ini adalah Arum Sekar, seorang dukun seruling sakti, pekerjaan sehari-harinya adalah menumpas monster dan menguliti dagingnya untuk dipanggang, yang menyedihkan dia tidak punya bakat untuk memasak. Semua masakannya hambar dan tidak berselera. Sekar sering meratapi nasibnya, sebagai pecinta kuliner sejati, dia tidak bisa memasak untuk memuaskan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa mendengar jawaban kelinci, Sekar tidak patah semangat untuk menemukan seorang koki.

"Ouhh... Sudah sampai belum kelinci?" Sekar tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia sangat tertekan makan daging panggang hambar setiap hari.

"Satu belokan lagi Nona Sekar, sungai itu ada dibalik pohon beringin itu." Tunjuk kelinci tergesa-gesa, dia takut salah sedikit saja nyawanya bisa melayang.

Keduanya berjalan damai, kelinci memimpin di depan, sedangkan Sekar mengikuti di belakang.

Setelah sampai disungai, kelinci ingin cepat cepat berpisah dari Nona yang bertingkah macam iblis ini. "Nona, apa lagi yang anda perlukan?"

"Eh..tidak." Jawab Sekar setelah berpikir cukup lama. Dia mulai melepas pakaian luarnya dan mengelus seruling bumbunya yang kotor karena percikan darah hitam dari para monster. Wajahnya terlihat khusuk membersihkan seruling. Sekar mulai mebongkar seruling bambu, teryata didalam bongkaran seruling bambu kuning itu terdapat pisau kecil sepanjang 40 CM. Pisau itu tersembunyi di sarung seruling bambu kuning, Sekar mengelapnya sampai bersih, lalu mengambil satu lehai ranting dan membuatnya menjadi kalil pancing.

Kelinci tidak perduli apa yang dibuat Nona iblis di depanya, dia berpamitan pada Sekar. "Nona, aku pergi." Dia berhenti sejenak dan bertanya, "Nona siapa nama anda?"

Sekar menoleh saat mengukir kalil pancing. "Hah?!" Serunya kebingungan.

Kelinci menahan napas agar tidak mengumpat, "Nona siapa nama anda?" Sambil tersenyum kaku.

"Oh..ah... Namaku Arum Sekar." Sekar jawab sambil menatap ke kanan dan kiri seolah-olah tidak yakin apa akan mengucapkan Arum Sekar sebagai namanya.

"Balikan, aku sungguh akan pergi Nona Sekar." Kelinci melambai pada Sekar. "Dah..."

"Dah..." Sekar ikut melambaikan tangannya refleks. Setelah benar-benar melihat kelinci menghilang dibalik dedaunan rimbun, Sekar mulai mencuci tubuhnya. Tapi sebelum mecucu tubuhnya dia mencabut satu helai rambutnya dan mengikatnya di lubang seruling. Dia mengikatkan kalil pancing di ujung helaian rambut. Sekar mulai memancing sambil membasuh tubuhnya.

Elang yang sedang terbang di atas langit dan mengincar ikan pun tercengang. Apa wanita itu gila memancing tanpa umpan?!

Serunya berdecak sinis. Dia baru tau ada pemancingan manusia sebodoh itu dibawah. Elang mulai terbang berputar-putar di atas sungai untuk menyambar mangsa. Matanya berkilat tajam saat seekor ikan gemuk berenang dangkal di sungai. Matanya langsung mengunci mangsanya, dia melipat sayapnya dan terbang menukik. Cakarnya mecengakam erat ikan dibawahnya. Dia tersenyum bangga dihadapan manusia yang sedang memancing asal-asalan di samping.

Sekar tidak sadar dia sedang direndahkan dan dihina oleh Elang yang menukik tajam didepannya. Kini dia sedang fokus memegang batang seruling setelah membasuh seluruh tubuh. Modnya sedang bagus sampai bersenandung riang.

"Eh, kalil pancingku bergerak, aku pasti dapat ikan gemuk besar, hahahaha." Sekar menarikannya sekuat tenaga sampai menampakkan ikan yang lebih unggul dalam segala hal dari ikan yang ditangkap Elang disampingnya. Saat ikan itu masih di udara Sekar menusuknya sampai mati mengunakan pisau kecil miliknya. "Hahaha... Ikan bakar, ikan bakar, ikan bakar." Seru Sekar bahagia seakan ikan bakar lezat sudah ada di dalam pandangan mata.

Elang yang mendarat tak jauh dari Sekar itu tercengang, dia menadang ikan yang ditangkapnya dan melirik ikan yang didapatkan manusia itu, dia sangat tidak terima.

Kenapa manusia ini menangkap ikan yang lebih besar dari miliknya?!!!!

Padahal dia sangat bodoh saat mencing, dia tidak mencing sesuai setandar manusia sama sekali, oke?!!!!

Elang menggeleng kebingungan. Dengan pikiran berat hati Elang mulai mencabik-cabik ikanya walupun tidak berselera makan.

Sekar tidak perduli kecamuk batin Elang. Dia sibuk mengarahkan kekuatan amesti miliknya untuk menebang ranting pohon. Dia mulai mengerahkan seluruh kekuatan amesti itu untuk menyalakan api dari ranting-ranting pohon. Setelah api menyala, dia memanggang Ikan yang ditusuk pisau itu di atas api.

Sekar mendapat ikan itu bukan murni karena keberuntungan, dia mendapat ikan itu karena beberapa saat yang lalu ikan sedang musim kawin, para ikan saling bertarung untuk mendapat betina. Karena ikan itu paling besar diantara kawanan dia bergerak tidak lincah dan kalah oleh ikan kecil tapi gesit jantan. Karena itu, ikan gemuk terlempar ke arus deras, ikan itu pikir ingin menggigit kail pancing agar tidak tersapu ombak deras, naasnya dia sampai pada ajalnya ditangan Sekar. Ini kisah singkat ikan gemuk yang sedang di panggang Sekar.

Sekar tidak tau seluk beluk itu. Dia pikir mendapat ikan karena dia sangat jago dalam memancing, sampai sekali lempar dapat ikan gemuk.

Ekspetasi tidak seindah realita, Sekar mendapati ikan yang digigitnya tidak enak seperti bayangan di kepalanya. Dia melempar setengah ikan bakar itu ke tanah karena kesal.

"Hah, kapan aku akan mendapat koki yang cakap." Keluh Sekar sedih sambil memanjat pohon untuk tidur malam ini.

Saat memejamkan mata Sekar mendapat sambaran petir di dekat tubuhnya, tepatnya satu inci lagi dia akan terbakar oleh petir. Daun pohon yang di sambar petir itu rontok menjadi abu, rantingnya gosong samapi mengeluarkan asap tebal.

Sekar tidak bisa tidak jengkel melihat dua orang yang datang entah dari mana.

"..." Hei hei hei, jika ingin bertarung setidaknya jangan merusak alam, sialan.

Sekar tidak sadar diri telah membantai habis hewan-hewan yang termasuk dalam daftar dilindungi.

"Lekir!!! Cepat serahkan barang yang ada di tanganmu?!" Perintah sombong orang di udara yang menyambarkan petir ke pohon, pohon tempat Sekar berdiam sementara untuk satu malam. Orang yang tak terlihat wajahnya itu mulai mengeluarkan aura hitam dari rubuhnya.

Dia sudah membuat ancang ancang mengunakan pecut miliknya untuk memecat orang yang dipanggil Lekir sampai mati.

"Tidak! Aku tidak akan memberikan batu akik ini padamu. Benda ini sangat berbahaya." Tegas Lekir sambil mencengkram dadanya erat-erat, didalamnya terdapat batu akik yang dia sembunyikan susah payah. Dia merampas batu akik ini dari Mozan dengan mengorbankan lengan kanannya, kini lengan kanannya tidak bisa bergerak karena patah tulang oleh pecutan Mozan saat dia dikejar sampai ke pegunungan sepi.

keduanya mulai bertarung gila-gilaan, tak ada satupun dari mereka yang patah semangat untuk memperjuangkan kepentingan mendapat batu itu.

Pecut penuh darah kembali menghantam Lekir, sudah berhari-hari Lekir dikejar dan terus melawan, "Aku tidak akan memberikan batu ini." Lawan Lekir sambil menghalangi pecutan yang akan merobek dadanya mengunakan lengan.

Tes... Darah segar mengetes dari punggung lengannya.

Di dalam sana terdapat batu yang dia jaga walupun harus berkorban nyawa.

Dia begitu marah dan sedih disaat bersamaan.

Paman yang selalu mengajar hal-hal baik padanya mati! Guru spiritual yang mengajari kebajikan juga mati demi melindungi batu ini.

Lekir bertekad dia akan menjaga batu ini sampai tidak membahayakan dunia, dia sangat enggan hal tragis menimpa orang lain, cukup dirinya saja yang berduka cita menyaksikan semua orang yang melindunginya mati.

Mozan menggertakkan giginya geram, Lekir ini sangat ulet. Dia takut jika membiarkan pemuda yang satu ini lolos sekarang dikemudian hari dia akan mati, bagi Mozan lebih baik melukai orang yang tidak bersalah daripada harus melewatkan ancaman yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Menarik napas dalam-dalam, Mozan mulai melakukan tendangan dan pukulan sambil memberikan pecutan ganas pada Lekir.

Lekir bersusah-payah penghindar haya untuk membuat luka robekan di tubuhnya semakin terbuka lebar.

"Menyerah lah, kau akan mati!" Mozan mengerakkan lengan lainya yang tidak memegang pecut menuju bola mata Lekir. Ibu jari dan jari telunjuknya membentuk huruf V siap untuk mencolok nya sampai buta.

Sekar termenung melihat penampilan mereka yang visualnya terlalu epik. Sekar punya pemikiran jenius, "Aku dapat ide cemerlang, aku akan membuat pertarungan kalian berdua lebih mencekam." Sekar mulai mengakat seruling bambu kuning dan menyajikan musik penuh semangat mendebarkan. Mengambil napas panjang, Sekar mulai meniup seruling mengiringi andegan dramatis sambil tersenyum sembrono di matanya.

Jika keduanya tau kalau mereka dijadikan bahan tontonan, keduanya pasti akan mengalami autis dan muntah darah.

Kau Wanita! Apa ini pantas dijadikan teater, apa kau tidak punya hati nurani sama sekali?!!!!

Lekir tidak tingal diam, dia mencegat tangan Mozan sesuai pandangan mata, senjata Pedang tajam miliknya terhumus.

Cress... Dua jari milik Mozan patah.

"Agh...... Brengsek!!!" Tangan Mozan gemetar, darah mengucur seperti air mancur, muncrat ke wajah Lekir dan Mozan sendiri. "Mati! Mati! Mati! Kau harus mati!!" Amarahnya naik ke ubun-ubun. Mozan mulai kehilangan akal sehat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   6

    Sewosss~ Sebuah wortel menancap di perut Lekir dan mengirimnya sampai ke lubang yang dulu pernah digali Sekar. Apa!? Kau mau melawan, hah? Jawabannya tidak akan bisa! Sekar tidak punya dendam, dia hanya tidak mau magang ini, hahaha. Sekar berkepribadian picik ini agak lain.... ... Lekir berlutut lemah di depan rumah pagar, saat Sekar menatap ke arahnya dengan pandangan tidak suka, napasnya tercekat, Sekar berkata padanya, "Kau pergilah! Aku tidak perlu magang." Lekir berpikir saat terbang sambil mencabut wortel diperutnya, dia memakannya dengan wajah yang begitu dalam menatap langit. Tsk, aku gagal lagi! Jika seperti ini terus dia akan selalu ditendang terus-terusan oleh calon master. Luka yang dimiliki Lekir sudah sembuh sekitar delapan puluh persen, sisanya tidak bisa lagi disembuhkan hanya dengan mengunakan wortel biasa. Dia mulai berjalan penuh semangat lagi ke arah rumah pagar milik Sekar. Hati Lekir kusut. Seorang Mozan saja telah memaksanya untuk sekuat tenaga m

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   5

    Berapa lama monster bisa hidup? Dan berapa lama manusia seperti dirinya bisa bertahan? Sekalipun tubuhnya sehat, umur manusia hanya sebentar, paling lama 1000 tahun, itu pun sudah sangat tua renta dan keriput kulitnya. Kalau dia tetap bersama makhluk itu, apa yang akan terjadi? Dia akan menua, rambutnya memutih, kulitnya keriput. Apa yang disukai monster itu darinya? Hanya wajah ini, ini tidak menyakinkan sama sekali. Bahkan monster juga tak kebal terhadap keindahan. Di dunia manusia, ada banyak orang yang jauh lebih cantik dan menarik. Dia hanya membawa telur itu, dan karena itulah monster itu menjaganya seperti harta nasional. Saat dirinya menua dan mati, makhluk itu pasti akan mengambil anak itu untuk dirinya sendiri, kemudian melupakanya. Pikiran itu membuat Ananti kesal, tapi dia tak bisa bangkit dari makamnya untuk menghentikan apa pun. Pada akhirnya, dia hanya menuruti egonya sendiri. Tapi bukankah semua manusia memang egois saat hidup? Dia ingin kembali. Semua yang pe

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   4

    "Tok... Tok... Tok... Nona Sekar, anda masih didalam?!" Tanya pengunjung cemas. Sekar yang menutupi telinganya dengan bantal akhirnya terbangan, kepalanya pusing. Siapa? Siapa yang berani menganggu waktu mimpi indahku?! Keluh Sekar sambil membentak orang di depan pintu. "Kerek! Bang..." Sekar membuka pintu sambil membantingnya. "Siapa kamu, hah?!" "Ampun....NONA!! Aku kelinci yang kemarin." Seru kelinci terburu-buru menjelaskan. "Nona... Aku datang untuk memberikan ini. Ini makan terlezat yang gudang ras kelinci kami punya, aku mengangkat semuanya ke sini. Aku mohon agar nona Sekar tidak membunuh ras kelinci lagi, kami para kelinci bersedia membagi makan terlezat kami dengan Nona. Aku mohon..." Sambung kelinci sambil menunjuk-nunjuk gunungan kecil wortel oren cerah, bersih dan besar. Mulut Sekar berkedut sedikit, dia terlihat canggung. Pikiran marahnya mereda saat melihat ketulusan kelinci. "Baiklah, kamu boleh pergi sekarang." Jawab Sekar tanpa ampun sambil melambaikan tangan.

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   3

    Mozan geram, "Kau tidak mau menurut padaku! Baiklah, aku akan membunuhmu, kemudian mengambil kembali apa yang aku miliki." Wusss Duar... Jeder.... Suara angin bergemuruh datang, Sekar masih cuek, dia tidak perduli pada pembunuhan di depan, dia juga tidak punya pikiran berlebihan untuk menolong atau ikut mencelakai siapapun. Dia menunggu dengan damai diatas pohon. Mata Lekir memerah karena kelelahan dan menahan sakit di lengannya, dia sudah mati-matian mencegah Mozan merebut kembali batu di dadanya. Batu akik berbentuk cangkrang kura-kura memang tidak ada gunanya untuk dia, tapi barang yang terlalu berbahaya di tangan Mozan harus diamankan, Lekir juga tidak atau berapa banyak orang yang sudah menjadi korban dari batu akik kura-kura. Dia hanya ingin mencegah bencana terulang kembali, walaupun beberapa hari yang lalu batu ini sudah mendapatkan nutrisi. Lekir hanya tau sedikit tentang sejarah batu akik, tapi pengetahuan dangkalnya tidak membuatnya terpikat dan mengunakan batu setan.

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   2

    "Tidak." Nona, bagimana bisa seorang kelinci baik pemakan wortel bisa memasak! Seru kelinci menangis sedih dalam diam. Wanita yang sejak tadi tidak disebutkan namanya ini adalah Arum Sekar, seorang dukun seruling sakti, pekerjaan sehari-harinya adalah menumpas monster dan menguliti dagingnya untuk dipanggang, yang menyedihkan dia tidak punya bakat untuk memasak. Semua masakannya hambar dan tidak berselera. Sekar sering meratapi nasibnya, sebagai pecinta kuliner sejati, dia tidak bisa memasak untuk memuaskan dirinya sendiri. Dia tidak kecewa mendengar jawaban kelinci, Sekar tidak patah semangat untuk menemukan seorang koki. "Ouhh... Sudah sampai belum kelinci?" Sekar tidak bisa menipu dirinya sendiri jika dia sangat tertekan makan daging panggang hambar setiap hari. "Satu belokan lagi Nona Sekar, sungai itu ada dibalik pohon beringin itu." Tunjuk kelinci tergesa-gesa, dia takut salah sedikit saja nyawanya bisa melayang. Keduanya berjalan damai, kelinci memimpin di depan, sedang

  • Sang Dukun Seruling Dan Muridnya   1

    Beberapa hari terakhir banyak rumor beredar jika dibalik Gunung Kumulus terdapat monster super kuat yang dapat mengalahkan semua monster level 9 seorang diri. Dia mengalahkan mereka hanya dengan tangan kosong. Sampai sekarang masih belum diketahui pasti, siapa yang membantai monster-monster itu sampai hanya tersisa tulang tanpa daging. Sesosok harimau bertarung tajam setinggi bukit menggeliat diantara kawanan hewan iblis super besar dan seram. "Kalian dengar! Wilayah selatan sudah dibantai habis?" "Sess.... Aku tau, itulah kenapa kita semua mengadakan rapat sembunyi-sembunyi di sini, kita datang untuk membalas dendam rekan kita yang mati, kan. Cepat... Apa kalian semua punya info terkini, siapa yang membantai saudara saudara-saudara kita?!" Desis ular bertaring tajam, matanya bersinar emas di kegelapan malam. Kawanan monster itu saling memandang kemudian menggeleng, tak ada satupun dari mereka yang pernah melihat siapa pembantai ini, karena siapapun yang bertemu si pembantai s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status