Beranda / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 035. JATI DIRI DAN PERSAHABATAN

Share

Bab 035. JATI DIRI DAN PERSAHABATAN

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-09 21:06:17

Sraath..!

Sosok Elang melesat cepat mengelilingi rumah pak Wahyu, dengan kecepatan yang sukar di ikuti oleh mata telanjang.

Pak Wahyu dan lainnya yang berada dekat Elang, mereka hanya melihat tubuh Elang tiba-tiba lenyap.

Taph..!

Lalu dalam sekejapan saja, Elang sudah terlihat kembali di tempatnya.

“Selesai. Kini rumah Pak Wahyu sudah aman, dari serangan mistis sekuat apapun,” ucap Elang.

“Terimakasih Elang. Tanpa bantuanmu, kami pasti tak berdaya apa pun melawan kiriman orang jahat itu,” ucap pak Wahyu.

“Sudahlah Pak Wahyu, saya hanya perantau yang kebetulan lewat, dan punya sedikit kemampuan untuk membantu,” ucap Elang sopan.

Tinn..! Tinn..! Brrmm..!

Blazer milik pak Bernard tiba di depan pintu gerbang rumah pak Wahyu, dan memberi tanda dengqn klaksonnya.

“Pak Rustam, tolong bukakan pintu gerbangnya,” perintah pak Wahyu pada securitynya itu.

Bergegas pak Rustam membukakan pintu gerbang, Blazer pak Bernard pun melaju masuk ke halaman rumah Wahyu.

Klek.!

Bernard turun dari
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 036. LEBURNYA TRISULA NERAKA

    "Elang. Mulai saat ini, anggaplah aku adalah ayahmu Elang,” bisik pak Bernard serak, ‘Sukanta sobatku, putramu sudah kutemukan. Dia adalah putra yang gagah Sukanta. Tenanglah kau di sisi-Nya bersama Wulandari di sana’, bathin pak Bernard dengan tulus. “Ehem. Maaf, ada apa ya Pak Bernard, Elang..?” terdengar suara Wahyu, yang baru saja kembali dan merasa heran. Karena melihat Bernard dan Elang saling berangkulan. “Ohh, tak ada apa-apa Pak Wahyu. Saya hanya berterimakasih atas bantuan Elang, untuk putra saya,” sahut pak Bernard. Ya, Bernard merasa tak berhak membuka rahasia hidup Elang. 'Biarlah Elang yang bercerita sendiri, jika memang dirasa itu perlu', pikirnya. “Ohh. Kalau begitu mari kita makan malam dulu Pak Bernard, Elang. Saya membeli beberapa porsi sop iga sapi dan bakwan jagung, di warung makan depan hotel,” ucap pak Wahyu, sambil beranjak ke dapur rumah. Wahyu berinisiatif menyiapkan peralatan makan mereka malam ini. Akhirnya mereka pun makan malam bersama dengan nikm

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 037. TETAP BERKELANA

    Splash..! Sukma Elang kini berdiri berhadapan dengan sukma Ki Pragola, di tengah-tengah halaman rumah Wahyu. Wahyu, Rustam, dan Bernard hanya bisa melihat tubuh Elang yang sedang bersila, di halaman seolah tak bernafas. Hati mereka merasa sangat cemas terhadap Elang. Namun mereka tak mau gegabah bertindak dan kesalahan tangan. “Kau benar-benar cari mati pemuda keparat..!” teriak sukma Ki Pragola murka. “Mati nggak usah dicari juga datang sendiri Pak Tua,” sahut sukma Elang kalem. Karuan sukma Ki Pragola tambah meledak, mendengar ucapan Elang yang dianggapnya meremehkan dirinya. “Keparat kau pemuda bau kunyit..! Sebentar lagi sukmamu akan terkoyak dengan aji macan silumanku ini..!” Ki Pragola berseru murka, sambil menerapkan aji macan siluman yang dimilikinya. Sukmanya tiba-tiba berubah menjadi macan hitam yang besar, dengan cakar dan gigi taring yang panjangnya melebihi leak Bali. Elang diam-diam menerapkan aji Lindu Sukma tingkat ke 4, dari 7 tingkatan pamungkas ilmu itu. S

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 038. RENCANA KEJUTAN

    “Baiklah Elang. Bapak tak bisa memaksamu. Biarlah nanti bapak, yang akan coba mengurusnya untuk kamu. O iya Elang, nama panti asuhan kamu apa namanya..? Bapak mungkin akan pergi ke sana, dan bicara dengan pengelola panti asuhan tersebut,” tanya pak Bernard. “Panti asuhan ‘Harapan Bangsa’ namanya Pak Bernard, dan nama pengelolanya adalah Bu Nunik,” sahut Elang. Bernard mencatat baik-baik nama panti asuhan dan juga nama pengelolanya itu, dalam memo ponselnya. “O iya Elang. Dalam prosesnya nanti, mungkin bapak memerlukan nomor KTP dan juga nomor rekening bank kamu. Bisakah kau memberikannya pada bapak..?” tanya pak Bernard, dalam hatinya dia merencanakan sesuatu. “Bisa Pak Bernard,” sahut Elang, lalu ia menyebutkan data yang diminta oleh pak Bernard. Bernard pun lalu kembali mencatat data yang di sebutkan oleh Elang itu.Karena malam sudah terlalu larut, akhirnya Bernard memutuskan untuk pulang dan beristirahat di rumahnya. Sementara Elang tetap di rumah pak Wahyu, dan memilih ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 039. MENERAWANG SANG KEKASIH

    “Asyik..! Terimakasih Mas Elang. Mas tunggu di sini ya. Biar Frisca ambil mobil dulu,” ucap Frisca riang. Mobil yaris berwarna merah meluncur keluar dari garasi, dan langsung menjemput Elang yang menunggu di posko satpam. Mereka pun langsung meluncur menuju ke daerah Petogogan, yang masih berada di wilayah Jakarta Selatan. Tak sampai 30 menit kemudian. Mobil Frisca masuk ke halaman parkir sebuah cafe, bernama ‘Kopi Kalyan’ di jalan Cikajang. Suasana cafe tak begitu ramai, saat Frisca dan Elang masuk ke dalamnya. Mereka mengambil meja yang berada di sudut ruang. Elang memesan kopi kalyan rasa pisang, sedangkan Frisca memesan Cafe latte, roti bakar, dan spaghetti carbonara, untuk mereka berdua. “Mas Elang. Apakah menurut Mas Elang hubungan Frisca dan Aldi bisa di teruskan..? Sejak semalam, Aldi terus menghubungi dan menchat Frisca. Dia merasa sangat menyesal dan meminta maaf pada Frisca,” tanya Frisca memulai percakapan. “Frisca, pertanyaanmu sudah masuk dalam ranah yang paling

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 040. HADIAH DAN PAMIT

    'Hmm. Istriku ini memang wanita yang rajin di dapur, senang sekali dia memasak. Sungguh beruntung aku mendapatkannya’, bathin Wahyu bersyukur, sambil memandangi sosok istrinya. Ratna merasa ada yang memperhatikannya, maka ia pun menoleh ke arah suaminya, yang sedang menatap kagum padanya itu, “Aih, Ayah bikin kaget saja, tahu-tahu sudah di pintu dapur,” ucap bu Ratna. “Aroma masakanmu yang membuat ayah terbang kesini Bu,” puji pak Wahyu sambil tersenyum. “Selesai. Silahkan Ayah menunggu di meja makan. Sebentar lagi masakkan akan di hidangkan,” ucap sang istri, yang merasa puas masakannya telah matang sempurna. “Iya sayank,” ucap Wahyu sambil mengecup kening istrinya, sebagai tanda terimakasih. Tinn ! Tiinn ! Suara klakson mobil Frisca terdengar di depan teras rumah. Elang turun dari mobil tersebut, dan Frisca langsung memasukkan mobilnya ke garasi. Frisca segera turun menyusul Elang, yang sudah berada di teras rumah. Frisca langsung mengajak Elang masuk ke rumahnya, “Assalam

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 041. PERGI DAN TERSISIH

    “Semua sikapmu sangat baik Elang, bahkan sikap kamilah yang mungkin kurang berkenan di hatimu. Untuk itu kami mohon maaf,” ucap pak Wahyu. “Mas Elang, jangan sungkan untuk mampir ke sini lagi ya. Rumah ini adalah rumahmu juga Mas,” ucap Frisca serak. Ya, Frisca sangat sedih melihat Elang akan pergi dari kehidupannya. Karena jasa dan budi baik Elang, sangat besar bagi diri dan keluarganya. “Elang, biar nanti bapak urus semuanya. Kalau sudah beres nanti akan bapak kabari kamu,” ucap pak Bernard pelan, sambil memeluk sosok Elang. “Elang. Nanti kabari keberadaanmu seminggu dari sekarang ya. Biar bapak paketkan ke alamatmu berada, soal plat motor dan STNK mu,” ucap pak Wahyu, mengingatkan Elang. “Elang, bila sudah ketemu pacar bilang-bilang ibu ya. Hihihi..!” ucap bu Ratna sambil tertawa kecil menggoda Elang. “Terimakasih semuanya. Kalian semua adalah orang-orang yang baik. Elang mohon pamit, Assalamualaikum,” pamit Elang mengucap salam. “Wa’alaikumsalam... Elang, hati-hati di jalan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 042. AKSI DI JEMBATAN GANTUNG

    Bruaghh !! "Sekarang sebaiknya kamu pergi dari rumah ini Sekar..! Aku tak mau calon anakku menjadi cacad di dalam kandungan, akibat ulah-ulahmu..!” bentak Marini. Ya, Marini datang dan melemparkan pakaian Sekar, beserta sebuah tas besar. Untuk wadah barang-barang Sekar. “Kang Barja..?!” seru Sekar, sambil menatap suaminya memohon pembelaan. Alih-alih mendapat pembelaan dari suaminya, malah...“Benar Marini sayang. Memang lebih baik perempuan ini pulang saja ke rumahnya. Dan mengurus ibunya yang sakit-sakitan itu !” ujar Barja membenarkan prilaku Marini. Hal yang sangat terasa pedas dan menyakitkan sekali di hati Sekar. “Cepat kemasi barang-barangmu Sekar..! Aku sudah muak dikerjai olehmu..! Calon anakku bisa mati sebelum dilahirkan karenamu..!” bentak Marini, yang kata-katanya tentu saja membuat Barja juga cemas, akan nasib kandungan istri mudanya itu. Sungguh licin dan keji memang, wanita bernama Marini ini. “Tunggu apalagi Sekar..?! Cepat keluarr..!” bentak keras Barja. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 043. PULANG DAN KAMBUH

    “Sstt. Tenanglah Mbak Sekar. Kasihan Ibu kalau Mbak tinggalkan begitu saja. Mbak tega melihat Ibu sakit sendirian, dan tak ada yang mengurusnya,” ucap Elang, berusaha menenangkan Sekar yang terus meronta. Akhirnya rontaan Sekar melemah, mendengar ucapan Elang yang mengingatkannya akan kondisi ibunya. Tinggallah kini isak tangis Sekar, yang terdengar memilukan di tengah hujan deras. Sungguh hal yang membuat Elang ikut kasihan melihatnya. Akhirnya tak lama kemudian hujan pun reda.“Sebaiknya kita ke rumah Ibu Mbak dulu sekarang. Pakaian Mbak Sekar basah, nanti bisa masuk angin lho,” ucap Elang. Lalu Elang bergegas mengambil tas yang di bawa Sekar tadi. Tas itu masih tergeletak begitu saja, di pinggir jembatan gantung. “Ayolah Mbak, mumpung hujan sudah reda,” ucap Elang.Perlahan Sekar bangkit dan mengikuti Elang menuju ke motornya, yang terparkir di sisi saung itu. “Tolong beri tahu arah ke rumah Ibu Mbak Sekar ya,” ucap Elang. “Iya Kang,” sahut Sekar pelan, menandakan Sekar kin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 337.

    "Tidak Ratih, malam ini aku akan mentransfer sebagian hawa murniku padamu. Dan sepertinya, esok hari kau sudah pulih total dari penyakit dalammu," sahut Elang tersenyum. 'Benarkah Mas Elang..? Maafkan Ratih telah merepotkan Mas Elang selama ini ya," ujar Ratih, dengan hati penuh rasa terimakasih. Telah dua kali Ratih berhutang nyawa pada Elang, hanya dalam kurun waktu dua hari saja. 'Tanpamu aku pasti sudah menjadi mayat saat ini Mas Elang', bathin Ratih. Keesokkan harinya seperti yang sudah diperkirakan oleh Elang, kondisi Ratih sepertinya sudan pulih seperti sediakala. Karena pada malam harinya, Elang memang telah mengalirkan hawa murni ke dalam diri Ratih. Untuk mempercepat pemulihannya. "Terimakasih Mas Elang, Ratih merasa sudah benar-benar pulih hari ini," ucap Ratih riang. Dia benar-benar takjub, merasakan kondisi tubuhnya yang telah kembali bugar itu. "Syukurlah Ratih. Untuk selanjutnya, sebaiknya kau menyamar dan berpakaian sebagai seorang pria saja. Agar perjalanan ki

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 336.

    "Hhh.. Baiklah Putriku, kau boleh keluar meluaskan pengalamanmu. Namun ingat..! Kau hanya boleh berkelana di wilayah Dhaka dan Galuga saja. Tak boleh lebih jauh dari itu," ujar sang Prabadewa akhirnya. "Terimakasih Ayahanda..! Baiklah Tantri ke kamar dulu, untuk menyiapkan bekal perjalanan nanti," seru Tantri senang, mendengar ijin dari ayahandanya. Dia segera beranjak masuk ke dalam rumah megahnya, untuk mempersiapkan perbekalannya. Nampak sang Ibunya Diyah Laksmita, juga ikut undur ke dalam rumah. Untuk membantu putri tersayangnya bersiap. "Baraga..! Kau bawalah Putriku serta, ke markas kita di wilayah Dhaka. Layani dan jaga dia dengan baik. Dan kabarkan pula pada pimpinan markas 'Serikat Mata Dewa' di Galuga. Untuk melayani Putriku, jika dia hendak ke wilayah Galuga nantinya!" perintah sang Prabadewa, pada pimpinan berbaju kuning itu. "Siap Paduka..! Saya akan melayani Tuan Putri sebaik mungkin," sahut Baraga patuh. "Untuk sementara, biarkan dulu daftar 17 pendekar itu bered

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 335.

    Danau ini terletak di antara pegunungan Kripak, yang berbatasan langsung dengan wilayah kerajaan Galuga dan kerajaan Shaba. Dua kerajaan yang masih berada di bawah kekuasaan tlatah Kalpataru saat itu.Hal yang unik di danau Kalayan itu adalah, adanya daratan yang cukup luas di tengah-tengah danau itu. Bisa dikatakan itu adalah sebuah pulau kecil di tengah danau, yang bernama Dotraga. Dan mitos yang tersebar dalam masyarakat, yang tinggal di sekitar danau Kalayan itu sangatlah mengerikkan. Dikisahkan asal muasal pulau itu dinamakan pulau Dotraga. Adalah karena banyaknya orang-orang terdahulu yang mengunjungi pulau tersebut, dan mereka tak pernah kembali lagi. Jangankan orangnya, bahkan perahu yang mereka pakai berlayar ke pulau itu pun, sama sekali tak pernah terlihat lagi di atas permukaan danau. Demikianlah secara turun temurun hingga saat itu. Tak ada lagi orang atau pencari ikan, yang berani mengunjungi pulau Dotraga itu. Karena Dotraga aslinya terdiri dari dua kata, yaitu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 334.

    "Ahh..!" Seth..! Elang langsung melesat menyambar tubuh Ratih yang nyaris polos itu. Lalu membawanya ke dalam gubuk tempat mereka bermalam. Dengan terpaksa Elang membuka perbekalan Ratih. Untuk mengambil pakaian gadis itu dan memakaikannya. Sebuah pekerjaan yang cukup sulit bagi Elang. Karena selama mengerjakan itu, mau tak mau mata Elang harus menatap kemolekkan, dan kemulusan tubuh Ratih yang memang indah itu. 'Selesai', bathin Elang lega. Elang segera memposisikan Ratih dalam keadaan duduk di tepi dipan. Lalu dia pun mulai mengalirkan kembali hawa murninya, ke dalam tubuh Ratih. Beberapa saat kemudian, "Hoeksh..! Ahh...." dua gumpalan darah kehitaman sebesar buah rambutan, dimuntahkan oleh Ratih. Terdengar suara keluhan lemah Ratih, lalu nampak perlahan kedua matanya terbuka. "Tenanglah Tuan Putri. Semuanya baik-baik saja, kau beristirahatlah kembali. Sementara aku akan keluar, untukmencari makanan dulu," Elang berkata lembut pada Ratih. Ratih hanya bisa menganggukkan lema

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 333.

    Elang segera melepas bajunya, untuk menutup tubuh Ratih yang nyaris polos penuh memar itu. Lalu cepat dia menyalurkan 'hawa murni'nya, pada Ratih yang terluka dalam dan tak sadarkan diri itu. Setelah dirasanya cukup, dan wajah Ratih sudah nampak agak memerah. Elang menghentikan transfer hawa murninya. Elang segera beranjak berdiri, dan menatap tajam pada Palguna yang masih berada ditempatnya. "Pendekar macam apa kau..?! Beraninya menghantam perempuan sampai seperti itu..?!" seru Elang murka. "Hei..! Siapa kau yang datang belakangan..?! Kau jangan mengambil keuntungan dari pertarunganku dengannya..! Gadis itu milikku..!" seru Palguna marah. Dia baru saja kembali pulih, usai mengolah nafasnya, sesaat setelah pertarungannya barusan. Namun kini dia merasa 'incarannya' hendak dicuri, oleh Elang yang datang belakangan. Tentu saja dia menjadi naik pitam. "Sungguh bedebah kau..! Gadis ini sudah bersamaku sejak awal. Apa maksudmu aku mengambil keuntungan darimu?!" Elang balas menyentak m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 332.

    'Wah..! Gadis yang masih belum pernah digoyang sepertinya ini', gumam bathin sang pemuda bercodet penuh hasrat. "Kalau begitu silahkan kau mandilah dulu. ! Aku menunggu kau selesai..!" seru Ratih kesal, seraya membalikkan tubuhnya. Ratih beranjak hendak kembali ke gubuk. Dia sebenarnya marah dan risih. Melihat mata jelalatan berminyak si pemuda codet, saat menatap tubuhnya tadi. Namun menyadari keadaan dirinya, yang memang hanya menutupi tubuhnya dengan kain. Maka Ratih memutuskan untuk kembali dulu ke gubuk, dan berganti pakaian di sana. Melihat calon 'kelonannya' beranjak hendak pergi. Tentu saja si codet tak bisa tinggal diam. Hasrat dalam dirinya sudah terlanjur membara di pagi hari itu. "Hei..! Mau kemana kau gadis denok..?!" Srath..! Pemuda codet itu berseru, seraya melesat cepat dari dalam sungai. Taph. ! Sosok si codet mendarat ringan di depan Ratih, yang tengah menuju ke gubuk. Nampak badan si codet masih basah dengan air, begitu juga celana kain yang dipakainya basah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 331.

    "Ahh..! Terimakasih Elang," ucap Ratih lirih. Kini wajah pucatnya telah kembali memerah segar. Setelah racun asap hitam yang terhirup olehnya, berhasil dimusnahkan oleh Nyi Naga Biru tadi. "Bukan apa-apa Tuan Putri. Sekarang tunggulah sebentar di sini ya. Biar kuambil dulu perbekalan kita yang tertinggal di rumah itu," ucap Elang tersenyum lembut. Ratih hanya menganggukkan kepalanya, hatinya mulai luluh dengan sikap lembut Elang terhadapnya. Slaph..! Elang langsung melesat lenyap dari hadapan Ratih. 'Ahh..! Kenapa aku tak bisa lagi membenci dirinya sekarang? Ternyata dia sungguh dewasa dan lembut dalam usianya. Namun aku takut dan malu, jika dia membaca isi hatiku', bathin Ratih. Kini dia menyesal, karena telah meremehkan peringatan Elang soal pasukan Panglima Api. Ternyata apa yang diduga dan dikatakan Elang benar. Bahwa pasukan Panglima Api telah menguasai istana Kademangan. *** Keesokkan harinya terjadi kegegeran di tlatah Kalpataru dan sekitarnya. Seluruh perguruan sila

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 330.

    "Sungguh biadab gerombolan Panglima Api itu..! Baiklah Bapak, ada sesuatu yang harus saya lakukan. Biarlah mayat kedua orang brengsek itu saya bawa, dan memvuangnya keluar batas wilayah ini," maki Elang geram, seraya beranjak pamit pada sang bapak. Elang melangkah kembali ke dalam ruangan tengah, yang nampak sudah dibersihkan oleh ibu dan anak perempuannya itu. Dilihatnya dua sosok tubuh tanpa kepala, dari dua orang berpakaian hitam itu. Kini kedua mayat itu telah dijajarkan di lantai, oleh ibu dan anak perempuannya. "Ibu, Adik. Biar saya bawa kedua mayat ini." Seth..! Slaph! Elang berkata seraya melesat meraih dua sosok mayat itu, dan langsung melesat lenyap melalui pintu rumah yang memang saat itu terbuka lebar. "Tuan Pendekar..! ... Ahh! Sungguh bodoh aku tak menanyakan namanya sejak tadi Bu..!" seru si bapak menyesali dirinya. "Aduh..! Ibu juga lupa bertanya padanya Kangmas," seru si ibu, dengan rasa sesal yang sama. Taph..! Brugh..!! Elang hinggap di atas pagaran kayu-ka

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 329.

    "Aduhhs..!" Braghk..! Teriak sang Ibu mengaduh, sosoknya terhuyung menabrak dinding kamar. Akibat tendangan pria kasar itu. Namun dia tetap keukeuh tak mau keluar dari kamarnya. "Hei perempuan keras kepala! Keluar dari kamar, atau kugorok batang leher suamimu ini..!" ucap lelaki berpakaian hitam yang satu lagi dari luar kamar. Rupanya suami wanita itu telah ditelikung, dengan leher berkalungkan golok tajam yang berkeredepan. Golok itu siap ditarik, untuk menggorok leher sang suami. Sementara sang suami sendiri terlihat pasrah tak berdaya, dalam telikungan orang berpakaian hitam tersebut. "Kangmas..! Aduhh..! Ja-jangan bunuh suamiku Paman..! Aduh..! Bagaimana ini..?! Huhuhuu..!" seru panik sang wanita, dirinya menjadi bingung memilih, di antara pilihan yang sama beratnya. "Ibu..! Cepat Ibu keluar saja, biarkan Paman jahat itu memperkosaku. Selamatkan Bopo, Ibu..! Tsk, tsk..!" seru putrinya yang masih berusia 14 tahun itu, seraya terisak pedih. Ya, dia merasa sudah tak ada harap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status