Share

Bab 166.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-03-17 03:42:33

“A-apa Elang..?! Kau hendak pergi besok..?!” seru Aditya terkejut, dia sama sekali tak menduga Elang akan pergi secepat itu.

Wajahnya nampak langsung muram, dia sudah menganggap Elang sebagai bagian dari keluarganya sendiri. Tentu saja dia merasa kehilangan jika Elang pergi.

“Benar Pak Aditya, Elang masih harus melanjutkan perjalanan panjang ini.

Mungkin ada yang sedikit bisa Elang lakukan untuk orang lain, dan juga pelajaran untuk diri Elang sendiri di luar sana pak,” sahut Elang tersenyum, meminta pemakluman Aditya.

“Ahh..! Baiklah Elang, jika itu sudah jadi keputusanmu. Tidak ada sama sekali sikapmu yang kurang berkenan di hati kami sekeluarga.

Justru sikap kamilah yang mungkin kurang pantas, dalam menyenangkan hatimu selama di sini Elang. Kami mohon maaf untuk itu Elang,” Aditya berkata dengan pelan dan sepenuh hati.

“Pak Aditya dan keluarga sudah menerima Elang dengan sangat baik. Elang senang berada di rumah ini.

Jika suatu saat Elang lewat daerah ini, Elang pasti mampir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
waahh gawaaattt Permadi pngen gasroookkk Nadia .........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 622.

    "Kakek itu adalah Guru dari Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari dari Tlatah Saradwipa. Dua Panglima yang dulu tewas di tanganku, saat perang di Tlatah Kalpataru, Paman. Dia datang hendak membalaskan dendam, atas kematian dua muridnya itu padaku," jelas Elang. "Hmm. Pantas saja dia sepertinya sengaja mencari kerusuhan di Kotaraja. Rupanya dia hendak memancing Paduka Elang keluar dari istana," ujar sang Patih. "Mungkin juga seperti itu Paman." "Paduka Elang. Baru saja seorang utusan dari sang Maharaja Danuthama Syailendra datang. Dia menitipkan pesan pada hamba, saat Paduka tengah sibuk dengan Kakek pembunuh itu," ucap sang Patih memberitahukan. "O ya Paman? Kabar apa yang dibawa utusan sang Maharaja Danuthama itu..?" tanya Elang tertarik. "Utusan itu menyampaikan kabar, bahwa beliau menunggu kedatangan Paduka Elang ke istana Palapa hari ini," sahut sang Patih. "Baiklah Paman. Memang sebenarnya aku juga berniat menemui sang Maharaja, siang hari ini di kerajaan Palapa." "Ba

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 621.

    'Gilaa..! Semua unsur semesta telah tertutup oleh cahaya emas 'power'nya..! B-bagaimana mungkin dalam usia semuda itu..?!' sentak sang Resi, dalam keterkejutan yang luar biasa. Dia merasa tak mungkin percaya, dengan tingkat 'power' yang telah dicapai Elang. Jika tak menyaksikannya sendiri, bukti yang terpampang di depan matanya saat itu. 'Dia telah mencapai tingkat Ksatria Semesta Sempurna..!' seru bathinnya, terkesima tak percaya.'Apa boleh buat..! Aku akan mengadu jiwa dengannya..!' seru bathinnya nekat. Sang Resi pun segera bersiap memanggil senjata pamungkasnya. "Trisula Langit..!!" seru lantang sang Resi. Splaarthk..!! Weersshk..!! Seketika ada sebuah gerbang langit yang terbuka, yang bergemuruh menggetarkan. Disusul dengan melesatnya sebuah Trisula berwarna perak, menyilaukan mata. Trisula itu melesat cepat ke arah sang Resi. Taph..! Scraatzsk..!! Kilatan-kilatan petir merah nampak menyelimuti 'Trisula langit', dalam genggaman sang Resi. Ya, trisula di genggaman sang

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 620.

    "Hmm..! Jika Resi menantangku itu lain masalah. Mari kita ke tempat yang pantas untuk bertarung..!" Slaph..! Akhirnya Elang tercubit 'per'nya, mendengar ucapan-ucapan kasar sang Resi yang menantangnya itu. Segera dia melesat mendahului, menuju lokasi yang aman, dan tak membahayakan bagi penduduk Belupang. Slaph..! Sang Resi Salwaka juga melesat menyusul Elang begitu saja. Tanpa itikad 'membayar' lebih dulu makanan dan tuak, yang telah dipesannya..! Sungguh sang Resi sesat yang memuakkan..! Sementara orang-orang diluar rumah makan hanya bisa diam terpaku. Saat mereka melihat dua sosok manusia melesat tinggi ke angkasa, dan lenyap dari pandangan mereka semua. Mereka sudah menduga, itu pastilah Pendekar Penembus Batas dan sang Kakek pembunuh itu. Namun kemana mereka..?! Tak ada seorang pun di antara mereka yang tahu. Taphh..! Elang menghentikan lesatannya, dan mendarat di tengah-tengah Lembah Tengkorak. Lembah yang dulu pernah digunakan para pendekar Tlatah Palapa, untuk menga

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 619.

    Ya, Pukulan Hampa Rasa yang dilepaskan sang Resi, memang bukanlah sembarag pukulan. Pukulan itu hanya bisa dikuasai oleh pendekar, yang telah memiliki pengendalian 'power' yang mumpuni. Karena sifatnya adalah menetapkan 'titik target' terlebih dahulu, lalu energi akan meledak seketika di titik target tersebut. Tanpa lesatan pukulan atau deru angin pukulan. Ngeri..!Fokus mata sang Resi Salwakalah, yang menjadi penanda targetnya. Bagai bom waktu yang telah di pasang di titik tertentu, sedangkan remot/energinya ada di tangan Resi Salwaka. Sementara soal tingkat power pukulan yang dilepaskan, itu tergantung kehendak pemilik pukulan itu. Gila. ! Namun tentu saja ilmu pukulan ini sulit diterapkan, pada target yang bergerak atau berlesatan. Dua rekan prajurit yang tewas itu segera membawa mayat rekan mereka keluar, dengan dibantu pemilik dan pelayan rumah makan itu. Dan seketika rumah makan itu pun menjadi heboh dan dikerumuni orang-orang. Mereka semua merasa penasaran, dan hendak me

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 618.

    Kenapa bisa..? Lalu dari mana kerajaan memperoleh anggaran untuk pembangunan wilayahnya..? Jika uangnya bukan dari pajak dan upeti..?! Ternyata jawabnya satu..! Harta di ruang penyimpanan kerajaan Palapa, dan kerajaan-kerajaan wilayah ternyata 'sangat' melimpah ruah..! Ya, sedemikian korupnya pemerintahan di masa sang Maharaja Kumbadewa. Sehingga dia menumpuk harta berlebih-lebihan, di ruang penyimpanan harta kerajaan. Bahkan hingga dibangun beberapa ruangan khusus. Untuk menampung semua harta kerajaan itu. Dan tentu saja, hal ini juga terjadi di kerajaan-kerajaan wilayah di bawahnya. Para Raja wilayah terdahulu, ternyata mereka menyimpan hasil 'perasan' mereka terhadap rakyat, di beberapa ruang penyimpanan harta khusus kerajaan. Sang Maharaja Danuthama juga memeriksa kediaman para pejabat kerajaan terdahulu. Di seluruh kerajaan wilayah Tlatah Palapa. Bahkan termasuk juga kerajaan Palapa sendiri, sebagai pusat kerajaan Tlatah Palapa. Dan hasilnya sungguh mencengangkan..! Kar

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 617.

    "Ba-baik Kakek..! Tlatah Palapa berada di seberang sungai Larungraga. Ke arah timur dari sini, Kakek akan menemui sungai deras itu. Itulah pembatas Tlatah Palapa dan Tlatah Kalpataru," ujar gugup salah seorang dari pengunjung kedai itu. Slaphh..! Resi Salwaka langsung berkelebat lenyap dari kedai itu bagaikan hantu, menuju ke arah timur dari kedai itu. 'Sial..! Tuak tak jadi dibeli, ehh mejaku malah hilang satu..! Apes nian malam ini nasibku..!' bathin sang pemilik kedai, menggerutu kesal. Namun tentu saja dia tak berkutik. Setelah melihat 'kemampuan' kakek aneh itu, yang bisa membuat mejanya menjadi serbuk hitam. Hanya dengan sebuah tepakkan tangan saja. Taph..! 'Hmm. Ini rupanya sungai Larungraga itu', bathin Resi Salwaka. Setelah dia tiba di tepi sungai yang cukup lebar, dan berarus sangat deras itu. Slapphs..! Cepat Resi Salwaka melesat terbang melintasi sungai Larungraga, dan menjejakkan kakinya di wilayah Pasir Raja yang sudah masuk Tlatah Palapa. Slaph..! Akhirnya san

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status