Share

Bab 249.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-04-12 00:07:09

Yudha :"Video ini sementara belum disebar luaskan Mas Elang. Karena masih dalam penyelidikkan lebih lanjut, baru kamu orang dari luar kepolisian yang melihat rekaman CCTV ini."

Elang menyimak dengan serius, video yang diputar di ponselnya. Merasa penasaran, Nanako ternyata juga ikut melihat video di ponsel Elang.

"Ahh..!" seruan Elang terdengar, saat dia melihat sosok penjahat berhelm itu kebal peluru.

Mata bathin Elang melihat adanya aura kebiruan menyelimuti sosok itu, saat ia di tembak oleh dua orang security di dalam video itu. Suatu aura energi yang sangat kuat, tak kalah dengan aura perisai sukma miliknya yang berwarna hijau.

"Luar biasa orang ini," gumam Elang, saat melihat sosok penjahat itu menjebol pintu besi brankas setebal 30 cm itu.

Bagi Elang, bukan jebolnya pintu besi itu yang membuatnya kagum, karena Elang juga bisa melakukannya.

Namun Elang melihat jelas, bahwa sosok itu belum mengerahkan seluruh 'power'nya. Saat dia menjebol pintu besi itu. Dan itu adalah dahsy
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gina Yusuf
kak,, aq tungguin kok blm update²
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 378.

    "Tak usah dipikirkan Paduka Raja. Keadaan Galuga saat ini memang sedang rawan dan mencekam. Hamba bisa mengerti jika paduka Raja bersikap hati-hati," sahut Elang tersenyum tenang memaklumi. "Baiklah Mas Elang. Silahkan kau periksalah kondisi putriku Arum Sokawati itu. Semoga saja dia bisa segera pulih kembali," ujar sang Raja akhirnya. Ya, sang Raja akhirnya mengijinkan Elang melakukan tindakan yang dianggap perlu. Dia sepenuhnya percaya kini pada pemuda itu. Akhirnya setelah mengalirkan hawa murninya pada putri Arum. Dan melihat kondisi gadis itu, yang sudah agak membaik dan sadar kembali. Maka Elang langsung memutuskan, untuk kembali terjun ke medan perang. Dia menuju ke arah sektor kanan, di arah pintu gerbang daerah Kedungga. Karena Elang menduga, pastinya Panglima Awan yang memimpin penyerangan di sana. Karena di sektor kiri tadi, dia sama sekali tak melihat sosok Panglima Awan di medan peperangan. Elang sama sekali tak cemas pada Prasti. Karena dia yakin gadis baju hijau

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 377.

    Weerrsshk..!"Majulah perempuan tak tahu di untung..!" serunya marah. Ki Rekso memutar cepat gada hitamnya, yang kini telah berselimut kobaran api hitam panas. Dia sudah tak memandang Arum sebagai wanita jelita lagi. Ya, kini Ki Reksogoro benar-benar melihat Arum sebagai lawan, yang harus dilenyapkan. Blaanngkhs..!! Benturan dua ajian sakti milik keduanya, menggaungkan suara dentuman bergema di tengah medan peperangan. "Arkhkssh..!! Hoeksh..!!" Arum terpental melayang, akibat hantaman energi Ki Reksogoro yang terlampau kuat baginya. Darah menyembur dari mulutnya, saat ia masih terhempas. Slaph! Taph! Dari kejauhan sosok tubuh berkelebat cepat, menyambar sosok Arum yang tengah terhempas itu. "Ahh..! K-kau seorang wanita..!" seru sosok itu, yang tak lain adalah Elang adanya. Dari kejauhan dia tak jelas menampak, bahwa sosok yang tengah bertempur di tengah kalangan adalah seorang wanita, dari pasukan kerajaan Galuga. "S-siapa kau..?! Hoeksh..!" seru Arum dalam keadaan setengah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 376.

    Kepanikkan penduduk kotaraja pun makin menggila. Suara teriakkan, denting senjata, jerit kematian, dan tangisan wanita serta anak-anak. Seolah menjadi latar belakang pecahnya perang, yang tak mungkin dielakkan lagi. Dan di sektor kanan. Senopati Agrapati yang memimpin tiga ribu pasukkan kerajaan Galuga. Dia harus menahan terjangan deras 4 ribu pasukkan pemberontak, yang dipimpin langsung oleh Panglima Awan Lamhot. Sungguh perang yang tak seimbang tengah terjadi di sektor kanan itu. Sektor yang merupakan pintu gerbang perbatasan kotaraja, dengan daerah Kedungga. Karena baik dari sisi kemampuan maupun jumlah. Pasukkan kerajaan Galuga berada di bawah pasukkan ppemberontak, yang datang menyerbu bak badai gelombang samudera. Pasukkan kerajaan di bawah pimpinan Senopati Agrapati pun, seketika saja berada dalam keadaan terdesak. Adalah Patih Manggala yang berada di sektor tengah. Melihat pasukkan sektor kanan yang dalam keadaan terdesak. Maka segera dia mengarahkan pasukkan di bawah pi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 375.

    "Ki Randujati..! Ka-kami adalah prajurit utusan kerajaan. Wilayah batas kerajaan, pagi ini tiba-tiba telah dikepung oleh pasukkan pemberontak. Patih Manggala memerintahkan kami, untuk mengabarkan pada Ki Randujati dan para pendekar semua. Untuk turut membantu pasukkan kerajaan," ucap terbata , dari salah satu prajurit yang terluka itu. "Baik..! Begitu mendadak..! Apakah mereka sudah menyerang ke dalam wilayah kerajaan..?!" Seru Ki Randujati. "Te-telik sandi kerajaan berkata, mereka akan menyerang esok hari. Tepat saat matahari terbit Ki Randujati..!" sahut prajurit itu. Lalu ... Brughk..! Brughk..! Kedua prajurit itu pun roboh tengkurap tak sadarkan diri. Akibat luka-luka yang dideritanya. Seth..! Elang segera melesat dan memeriksa kondisi kedua prajurit itu. Dengan cepat di totoknya beberapa jalan darah, di sekitar punggung kedua prajurit itu. Untuk menghentikan pendarahan yang terus mengalir. "Prayoga, biarlah selanjutnya istriku Nariti yang mengobatinya. Dia adalah putri Ki

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 374.

    Ya, rasa bersalah dalam diri Batara, atas kejadian yang menimpa nenek guru Lanjarsari, Nyi Centring Manik. Membuat Batara merasa harus bersikap baik, pada Kedasih dan putrinya Lanjarsari. Batara lah yang menyadarkan Kedasih dari pingsannya, dan mengalirkan hawa murninya. Untuk mempercepat pulihnya energi Kedasih, akibat luka dalam yang diterimanya. Sedangkan di sudut ruangan itu, Sepasang Garuda Putih nampak duduk tenang di sana. Namun tatapan Setyoko, tak pernah lepas dari sosok Prasti. Gadis cantik yang saat itu nampak gelisah, menanti kembalinya Elang bersama Eyang Guruchakra. Kyaarrghk..!! Slaph..! Pekikkan Ki Naga Merah di atas langit bukit Rajawali, menjadi penanda tibanya Elang kembali. Elang pun segera melesat turun dan mendarat di tengah dataran bukit Rajawali. Di tempat bekas panggung peresmian perguruan Rajawali Emas, yang telah rata dengan tanah itu. Sementara Ki Naga Merah kembali melesat masuk, ke dalam Cincin Naga Asmara. "Mas Yoga..! Syukurlah kau kembali," seru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 373.

    "Nah Prayoga. Coba kau lawanlah daya sugesti Eyang, dengan seluruh kekuatan bathinmu. Balikkanlah perintah Eyang, jika kau bisa melawannya dengan kekuatan bathinmu," ujar Eyang Guruchakra. Segera dia menghimpun 'power' bathinnya, dan bersiap melambari suaranya dengan power itu. "Baik Eyang, Yoga akan mencobanya," sahut Elang, dia bisa menangkap ilmu yang dimaksud oleh Eyang Guruchakra. Karena belum lama dia memang telah mempraktekkan ilmu itu, pada Senopati Singayudha. Segera Elang juga menghimpun daya bathin dalam dirinya. "ELANG PRAYOGA..! BERLUTUTLAH MEMINTA AMPUN PADA EYANG..!!" bagai geledek di siang hari, suara Eyang Guruchakra menggema, meresap, dan menggetarkan sukma Elang. Sungguh penuh hawa magi, yang berusaha menekan kesadaran Elang. Karena dilambari dengan energi bathin, yang bukan olah-olah tingginya. 'Degh!' Elang merasakan tekanan kuat yang hampir tak disadarinya. Lutut Elang sudah setengah menekuk hendak berlutut. Hampir saja dia berlutut, menuruti perintah Ey

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 372.

    Khra - Blammphsk..!!! Langit di atas pulau Buaya Putih pecah porak poranda, dalam kilatan-kilatan cahaya merah terang. Terlihat kecil memang di ketinggian langit sana. Namun Elang sangat mengerti, betapa dahsyatnya bila pukulan itu diarahkan pada lawan Eyang Guruchakra di bumi. Entah kerusakkan dan bencana dahsyat apa yang bakal terjadi. Sebuah pukulan yang dapat melenyapkan sebuah istana kerajaan dalam sekejap..! Betapa mengerikkannya..! 'Luar biasa sekali..! Tak kusangka ada ilmu semacam itu di jaman ini. Sungguh dahsyat..!' bathin Elang tercekat kagum, akan power eyang Guruchakra. "Luar biasa sekali Eyang Guruchakra..! Yoga mengaku kalah..!" seru Elang kagum. Dia menyaksikan, betapa fisik Eyang Guruchakra bahkan tak nampak kelelahan, setelah melepaskan pamungkasnya itu. Sungguh stamina prima, dari seorang sepuh seperti Eyang Guruchakra itu. "Hahahaa..! Prayoga, jangan terlalu memuji Eyang. Seperti itu pun masih belum ada apa-apanya, bila dibandingkan kemampuan Salopa. Nah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 371.

    "Bagus Prayoga! Awas..!" Seth..! Guruchakra melesat turun, seraya hantamkan tangannya ke arah dada Elang. Angin tajam berkesiuran dahsyat laksana puluhan mata pedang. Daaghk..!! Daambhs..!! Elang menangkis hantaman tangan Guruchakra dengan sisi tangannya. Dan terjadilah benturan power, yang mengakibatkan bumi yang dipijak Elang bergetar bak gempa. Angin pun pecah berantakkan disekitar mereka. Elang terhuyung mundur, kuda-kuda poros jagadnya goyah, sementara Guruchakra terpental dan langsung kembali melayang berputar di atas Elang. "Bagus, kau bisa mengimbanginya Prayoga..! Hahaaa!" betapa senangnya Guruchakra, mendapati power Elang bisa menangkis serangannya. Sebab jika tingkatan level power Elang terlalu jauh darinya. Maka pastilah Elang sudah terkapar, di uji coba serangan pertamanya itu. Melihat posisi dirinya yang kurang menguntungkan, jika hanya bertahan di bumi. Maka Elang pun merubah gaya bertarungnya. "Huph..!" Slaph! Wesh..! Elang melesat cepat, seraya hantamkan sera

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 370.

    "Ahh..! Rupanya pandangan Eyang sangat tajam," Elang terkejut, mendengar isi hatinya terbaca oleh Eyang Guruchakra. Segera dia juga terapkan aji 'Wisik Sukma'nya. "Sekarang bolehkah aku yang muda ini mengetahui nama asli Eyang?" Elang balik bertanya. Karena menurutnya, tak mungkin nama Guruchakra adalah nama asli sepuh dihadapannya ini. 'Hahaa..! Pemuda pintar. Dia tahu nama asliku bukanlah Guruchakra. Tapi aku memang sudah hampir melupakan Pudjasena nama asliku. Biarlah nama asliku itu terkubur untuk selamanya', bathin Eyang Guruchakra. "Baiklah Eyang Pudjasena. Kiranya cukup sekali ini saja, aku yang muda menyebut nama itu," ucap Elang, setelah membaca isi hati Eyang Guruchakra. "Ahh..! Hahahaa..! Jagad Dewa Bhatara! Prayoga! Kau benar-benar seperti orang yang diramalkan sahabatku, Salopa. Seorang sahabat yang telah lebih dulu 'sampai' dibanding diriku ini," Eyang Guruchakra terg3lak dalqm ketakjuban, saat mengetahui Elang juga bisa membaca isi hatinya. Segera dia teringat ra

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status