Share

Bab 328.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-02 18:37:38

'Baik Elang! Aku percaya padamu! Aku akan tetap setia pada kerajaan Kalpataru, hingga tetes darah terakhirku..!' tegas bathin Suralaga.

Dia merasa yakin, jika pemuda utusan dari Maharaja Kalpataru benama Elang itu, pasti bukanlah orang sembarangan.

"Tuan Putri, aku ingin bicara denganmu sebentar," ucap Elang, saat dia melihat Ratih langsung saja ingin memasuki kamarnya.

"Katakan saja yang ingin kau bicarakan Elang," sahut Ratih seraya menahan langkahnya, dia pun berbalik menuju ke ruang tengah rumah.

Nampak satu set meja kursi ukir dari kayu jati telah tersedia di sana. Lalu Ratih pun duduk, diikuti oleh Elang yang juga ikut duduk di seberang Ratih.

"Tuan Putri, sebaiknya kita tidak bermalam di sini. Aku merasa Kademangan ini sudah dikuasai oleh pasukan Panglima Api," ujar Elang membuka percakapannya.

"Elang..! Aku peringatkan kau..! Jangan menduga sembarangan tanpa bukti..!

Apa buktinya, kalau kademangan ini sudah dikuasai oleh Panglima Api?!" seru Ratih, yang langsung emosi m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sinyo XD
serasa ada di dlm dimensi waktu lampau baca bab demi bab kerennnn
goodnovel comment avatar
Sinyo XD
yaaa Ampun ini buku apa Sihhhh ceritanya lho bagussssss pake banget, Masya Allah sehat trs mas bay's lanjutkan karyamu uuu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 384.

    "Ahh..! D-darimana Eyang tahu Elang berasal..?!" tanya Elang agak gugup. Karena Elang merasa tak melihat bayangan atau lintasan apapun, tentang Eyang Wilapasara. Bahkan nampaknya sepuh itu tak pernah berhubungan, dengan pihak di luar lembah Marabunta itu. "Hmm. Elang, kau tak perlu kaget mengenai itu. Eyang adalah sahabat Maharesi Salopa. Soal kabar nama dan waktu kedatanganmu ke alam ini. Semuanya Eyang ketahui dari Maharesi Salopa langsung," ujar eyang Wilapasara tenang. "Baiklah, silahkan Eyang Guru dan Mas Yoga berbincang dulu ya. Prasti akan memasak hasil buruan Eyang dulu," ucap Prasti, seraya beranjak menuju dapur. Dia memang ingin memasak suatu yang istimewa, buat Elang dan Eyang Gurunya itu. "Ahh, rupanya Eyang bersahabat dekat dengan Maharesi Salopa. Pantas saja Eyang demikian yakin dengan hal itu," ucap Elang. Hampir tak kuat rasanya Elang balas menatap pandangan Eyang Wilapasara, yang bagai menembus ke relung hatinya. Elang yakin, seperti halnya Eyang Guruchakra p

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 383.

    Usai bersantap di rumah makan itu. Elang dan Prasti segera beranjak, untuk menuju ke Telaga Wangipandan. Dan benar saja, tak lama kemudian Elang dan Prasti tiba di sebuah lereng perbukitan Lasinda. Letaknya memang tak begitu jauh dari rumah makan tadi. Elang dibuat takjub, dengan keindahan alam yang tersaji di hadapannya. Air jernih telaga yang segar, sejuk, serta wangi semerbak aroma pandan. Kini terhampar nyata di sana. Nampak saat itu juga ada beberapa orang, yang tengah mandi di telaga itu, dengan menggunakan kain atau pakaian. Bebatuan besar juga banyak terdapat di telaga itu. Telaganya sendiri cukup luas, namun airnya tak begitu dalam. Hanya sekitar dada orang dewasa. Dan dibagian tengah telaga itu, terdapat sebuah pusaran kecil. Itu adalah suatu hal yang aneh di mata Elang. Bagaimana mungkin ada sebuah pusaran, di tengah telaga seperti itu..? Lalu pusaran air itu menembus ke mana..? Pikir Elang. "Mas Yoga, ini adalah bagian luar dari Telaga Wangipandan ini. Di bagian ini

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 382.

    "Aku setuju dengan usulan Kakang Kampala. Bagaimana kalau gerakkan kita tunda dulu..? Sambil menunggu Mahaguru kembali. Karena sepertinya hanya Mahaguru sendiri, yang bisa mengatasi orang bernama Elang itu," ujar Surapati, menanggapi usulan Kampala. "Baiklah. Mulai besok, kita tarik mundur semua pasukkan kita ke Hutan Lawangjati, yang merupakan perbatasan Tlatah Kalpataru dan Palapa. Maharaja Kumbadewa Padmachakra sendiri telah mengatakan, dia akan menyerang Kalpataru pada saat yang tepat. Lebih baik kita menunggu kepulangan Mahaguru di hutan Lawangjati, dan menunggu juga kesiapan Maharaja Palapa Kumbadewa Padmachakra, untuk menyerang secara serentak ke Kalpataru," akhirnya Gardika memberikan putusannya. Keputusan yang langsung disambut baik oleh kedua adik seperguruannya. "Namun sementara waktu menunggu Mahaguru tiba. Kita juga harus menyelidiki dan selalu mengawasi, sepak terjang orang bernama Elang itu. Kita harus tahu banyak tentang orang itu, dan juga kelemahannya," ujar G

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 381.

    "Prayoga..! Prasti..! Mari kita bersama ke istana," seru Ki Randujati pada Elang. "Baik Ki Randujati. Dimana yang lain Ki?" tanya Elang. "Semuanya sudah bergerak ke alun-alun, mengawal para tawanan pemberontak, Prayoga. Istriku, Dirga, Panji, Lanjarsari, Batara, dan yang lainnya sudah ke sana. Sementara Kedasih langsung pulang menuju ke Jurang Hampa Sukma," jelas Ki Randujati. Akhirnya mereka pun tiba di istana Galuga. Kepala pengawal istana langsung menyambut mereka, dan mempersilahkan mereka semua berkumpul di Pendopo Agung istana. "Selamat datang seluruh para satria kerajaan Galuga..! Suatu kebanggaan bagiku menerima kedatangan kalian semua. Tanpa kalian, mungkin saat ini kerajaan Galuga telah runtuh tak terselamatkan. Elang Prayoga, terimakasih atas sumbangsihmu menyelamatkan putriku Arum Sokawati, dan mengalahkan Panglima pemberontak. Ki Randujati dan semua para pendekar wilayah Galuga. Terimakasih atas kesetiaan kalian pada tanah air Galuga. Aku Dewangga Kusumawardhana,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 380.

    "Keparat dangkalan..! Rupanya kau yang membunuh adik seperguruanku.! Hiaahh..!!" Werrssh..! Wusshk..!!Betapa murka Lamhot hingga ke ubun-ubun, karena di antara saudara seperguruan lainnya, dia memang paling dekat dengan Bashuta. Dia langsung berseru keras kibaskan deras Kipas Awan Saktinya. Dua serangannya seketika mengarah ke leher dan pinggang Elang. Dua larikkan hawa dingin berselimut cahaya putih, menderu tajam dan ganas. Elang langsung melenting tinggi, menghindari serangan Lamhot. Dan selanjutnya Elang berlesatan kian kemari, menghindar dan sesekali menangkis serangan membabibuta Lamhot, yang sedang dikuasai amarahnya itu. Larikan-larikan serangan kipas Lamhot, bagaikan liukkan ular yang mencari mangsa. Sedangkan Elang yang sejak tadi hanya menghindar, kini mulai balas menyerang. Spratzh..! ... Blastth..! Pukulan-pukulan jarak jauh Elang dilesatkan, untuk mengacaukan arah serangan kipas Lamhot. "Bedebah..! Hanya jurus monyet main petak umpet inikah kebisaanmu Elang..! Ay

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 379.

    "Lihatlah..! Pemimpin kalian telah mati..! Menyerahlah..!" teriak Prasti lantang di tengah medan perang, seraya menunjuk Ki Reksogoro yang terkapar tanpa nyawa. Namun pasukan pemberontak tak menyerah. Karena mereka melihat, di sektor kanan sana para rekan mereka masih sengit berperang, bersama Panglima Awan. Namun tentu saja perlawanan pasukkan pemberontakkan di sektor kanan itu tak sedahsyat sebelumnya. Apalagi kini dengan masuknya pasukkan para pendekar, yang kemampuan seorang saja dari mereka, sudah setara dengan 5 orang pasukkan pemberontak. Maka tak lama kemudian. Pasukkan pemberontak di sektor kanan, yang masuk melalui gerbang Campaga berhasil di tumpas habis. 'Kemana Mas Yoga? Mengapa dia lama sekali tak kembali..?' bathin Prasti. Dia segera mendekati Ki Randujati, yang tengah menyiapkan kembali pasukkan pendekar. Untuk membantu menghadapi pasukan pemberontak di sektor kiri. "Ki Randujati, sepertinya aku lebih baik mendahului ke sana menyusul Mas Yoga," ucap Prasti membe

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 378.

    "Tak usah dipikirkan Paduka Raja. Keadaan Galuga saat ini memang sedang rawan dan mencekam. Hamba bisa mengerti jika paduka Raja bersikap hati-hati," sahut Elang tersenyum tenang memaklumi. "Baiklah Mas Elang. Silahkan kau periksalah kondisi putriku Arum Sokawati itu. Semoga saja dia bisa segera pulih kembali," ujar sang Raja akhirnya. Ya, sang Raja akhirnya mengijinkan Elang melakukan tindakan yang dianggap perlu. Dia sepenuhnya percaya kini pada pemuda itu. Akhirnya setelah mengalirkan hawa murninya pada putri Arum. Dan melihat kondisi gadis itu, yang sudah agak membaik dan sadar kembali. Maka Elang langsung memutuskan, untuk kembali terjun ke medan perang. Dia menuju ke arah sektor kanan, di arah pintu gerbang daerah Kedungga. Karena Elang menduga, pastinya Panglima Awan yang memimpin penyerangan di sana. Karena di sektor kiri tadi, dia sama sekali tak melihat sosok Panglima Awan di medan peperangan. Elang sama sekali tak cemas pada Prasti. Karena dia yakin gadis baju hijau

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 377.

    Weerrsshk..!"Majulah perempuan tak tahu di untung..!" serunya marah. Ki Rekso memutar cepat gada hitamnya, yang kini telah berselimut kobaran api hitam panas. Dia sudah tak memandang Arum sebagai wanita jelita lagi. Ya, kini Ki Reksogoro benar-benar melihat Arum sebagai lawan, yang harus dilenyapkan. Blaanngkhs..!! Benturan dua ajian sakti milik keduanya, menggaungkan suara dentuman bergema di tengah medan peperangan. "Arkhkssh..!! Hoeksh..!!" Arum terpental melayang, akibat hantaman energi Ki Reksogoro yang terlampau kuat baginya. Darah menyembur dari mulutnya, saat ia masih terhempas. Slaph! Taph! Dari kejauhan sosok tubuh berkelebat cepat, menyambar sosok Arum yang tengah terhempas itu. "Ahh..! K-kau seorang wanita..!" seru sosok itu, yang tak lain adalah Elang adanya. Dari kejauhan dia tak jelas menampak, bahwa sosok yang tengah bertempur di tengah kalangan adalah seorang wanita, dari pasukan kerajaan Galuga. "S-siapa kau..?! Hoeksh..!" seru Arum dalam keadaan setengah

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 376.

    Kepanikkan penduduk kotaraja pun makin menggila. Suara teriakkan, denting senjata, jerit kematian, dan tangisan wanita serta anak-anak. Seolah menjadi latar belakang pecahnya perang, yang tak mungkin dielakkan lagi. Dan di sektor kanan. Senopati Agrapati yang memimpin tiga ribu pasukkan kerajaan Galuga. Dia harus menahan terjangan deras 4 ribu pasukkan pemberontak, yang dipimpin langsung oleh Panglima Awan Lamhot. Sungguh perang yang tak seimbang tengah terjadi di sektor kanan itu. Sektor yang merupakan pintu gerbang perbatasan kotaraja, dengan daerah Kedungga. Karena baik dari sisi kemampuan maupun jumlah. Pasukkan kerajaan Galuga berada di bawah pasukkan ppemberontak, yang datang menyerbu bak badai gelombang samudera. Pasukkan kerajaan di bawah pimpinan Senopati Agrapati pun, seketika saja berada dalam keadaan terdesak. Adalah Patih Manggala yang berada di sektor tengah. Melihat pasukkan sektor kanan yang dalam keadaan terdesak. Maka segera dia mengarahkan pasukkan di bawah pi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status