Share

Bab 466.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 18:21:21

"Wah..! Berarti aku harus mempelajari isi kitab 'Cambuk Tujuh Gerbang' itu dulu. Sebelum aku keluar dari dimensi ini, begitukah Ki Naga Merah..?" tanya Elang.

"Benar Tuanku. Karena hanya ruang 'langit hampa' yang ada di dimensi ini. Satu-satunya tempat yang sanggup, menjadi tempat latihan jurus itu Tuanku."

"Kenapa bisa begitu Ki..?"

"Karena Tuanku harus menggunakan pusaka langit 'Cambuk Tujuh Petir'. Untuk melatih dan menggunakan jurus 'Cambuk Tujuh Gerbang' itu Tuanku."

"Ahh..! Begitu rupanya," ucap Elang kaget.

Dia pun membayangkan, jika dia melatih jurus itu dengan 'Cambuk Tujuh Petir' di dimensi biasa.

Karena pastilah akan mengerikkan dampak yang terjadi, selama dia berlatih jurus itu pada alam sekitarnya.

Dan mulai hari itu juga, mulailah Elang berlatih jurus 'Cambuk Tujuh Gerbang', yang diwariskan 'Manusia Setengah Dewa' moyangnya itu.

Ki Naga Merahlah yang mengantarkannya ke 'Langit Hampa' tempatnya berlatih.

Dan waktu pun berlalu dengan cepat di dimensi itu.

***

"H
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
FrismaMungil
rasakan kau surapati memng kau pantas di bunuh jg sudah jadi penjahat kelamin pake wajah mas elang huuuuhhhh............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 496.

    "Sebaiknya kita ke kedai minuman saja dulu Sandi," ajak Elang, seraya merangkul pundak Sandi. Kebetulan ada sebuah kedai minuman, yang tak jauh dari gerbang kerajaan tersebut. Mereka masuk ke kedai minuman itu, dan memilih duduk di meja bagian belakang. Karena Elang memang hendak mengatakan rencana penyusupannya pada Sandi. Mereka berdua memesan wedang jahe segar, sebagai minuman di senja hari itu. Kedai minuman memang agak sepi di waktu senja seperti itu. "Sandi. Jujur saja aku berniat menemui Pangeran Danuthama, di kuil belakang istana Belupang itu," ujar Elang akhirnya, memberitahukan maksudnya pada Sandi. "Ahh..! Sudah kuduga Mas Prayoga pasti memiliki maksud tertentu. Karena menuju ke Belupang secara tiba-tiba,' sahut Sandi yang nampak tak begitu terkejut, mendengar ucapan Elang. Karena memang dia sudah menduganya. Namun yang cukup mengejutkan Sandi, adalah orang yang hendak ditemui Elang ternyata adalah Pangeran Danuthama. "Benar Sandi. Karena sepertinya aku tahu. Soal ke

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 495. Rahasia Jati Diri

    Di sebuah warung makan cukup besar, tak jauh dari gerbang masuk menuju Kotaraja Palapa. Nampak seorang sosok bercaping dan seorang pemuda, yang sedang asik makan di dalamnya. Sementara di sekitar mereka nampak beberapa pengunjung warung, yang sedang berbincang hangat seputaran isu kerajaan di Tlatah Palapa. "Sungguh kebijakkan yang salah, saat dahulu Pangeran Mahkota Danuthama Syailendra menyerahkan hak warisnya, atas takhta kerajaan Belupang, pada adiknya pangeran Dharma Prasetya..! Raja Dharma sangat kejam terhadap rakyatnya. Sangat jauh berbeda dengan kakaknya, Pangeran Danuthama yang bijak dan welas asih, terhadap rakyat Belupang," ucap seorang pengunjung warung, di tengah percakapannya. "Ya, kasihan memang Pangeran Danuthama itu. Kematian istri dan kehilangan putrinya di tengah hutan Shaba, di tlatah Kalpataru. Pastinya kejadian itu sangat memukul jiwa dan gairah hidupnya. Hingga akhirnya dia memutuskan menyepi di kuil belakang istana Belupang. Dia juga menyerahkan ahli wa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 494.

    'Ahhh..! Gila..! Telapak kakiku bagai menapak bara neraka..! Bedebah kau Surapati..!' maki bathin sang Resi, seraya mengeluh marah. Dilihatnya seluruh rumput di alun-alun istana telah mati, dan berubah warna menjadi hitam. Sedangkan tanah pun nampak retak-retak menghitam, bagai bertahun tak terkena air. Dahsyat..!Slaph..! Sosok sang Resi langsung melenting ke udara, kerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Nampak kedua kepalan tangan sepuh itu tetap manjing, diselimuti cahaya putih menyilaukan dan hitam berkilapan. Lalu ... "Hiaahh..!" Splaatskh..! Wurrsshk..!! Sang Resi berseru keras, seraya hantamkan kedua kepalannya ke arah Surapati di bawahnya. Sepasang bola cahaya hitam dan putih melesat deras. Bagaikan dua batu meteor berlainan warna, yang hendak menghantam Surapati. Tekanan gelombang energi dari angkasa, seketika langsung dirasakan oleh Surapati. "Hiaahh..!" Wuurrsshk..!! Surapati arahkan hantaman cakar hitam pekat, yang berkobar panas luar biasa itu ke atas. Dia hanya kera

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 493.

    Ya, tentunya mereka semua memendam rasa penasaran, yang sama besarnya dengan Maharaja mereka. Tak lama kemudian rombongan Maharaja dan para pejabat tinggi kerajaan pun tiba, di tepi alun-alun istana Palapa. Mereka langsung melihat, bila kini guru dan murid yang sedang berseteru itu. Keduanya telah berdiri berhadapan di tengah alun-alun istana. Nampak mereka saling menatap tajam satu sama lain. Sesungguhnya baik Resi Mahapala ataupun Surapati, keduanya memang sengaja menunggu kedatangan rombongan Maharaja itu. Mereka sama-sama merasa yakin akan bisa mengalahkan lawannya. Dan tentu saja mereka berharap, ada pihak serta penonton yang menyaksikan kemenangan mereka. Demikianlah isi kepala dan maksud, dari murid dan guru yang sebenarnya 'setali tiga uang' itu..! "Surapati..! Kuberi kau kesempatan menyerang lebih dulu..! Kuingatkan ini bukan latihan..! Aku takkan ragu memotes kepalamu itu dari lehermu..!!" seru gagah sang Resi Mahapala, yang merasa yakin sekali akan menang atas muridny

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 492.

    Hari itu kembali istana dalem kerajaan Palapa menggelar pertemuan cukup penting. Karena kini telah hadir Guru Besar kerajaan Resi Mahapala didalam ruang dalem istana tersebut. Sang Resi tiba di kerajaan Palapa, tepat sebelum Surapati hendak kembali ke pulau Neraka. Hingga akhirnya Surapati mengurungkan niatnya kembali ke pulau Neraka, untuk sementara waktu. Surapati tetap berlaku hormat pada Guru pertamanya itu. Kendati secara level kemampuan, sepeetinya dia kini sudah berada di atas level gurunya itu. Namun sang Resi rupanya lebih memilih berbicara dengan sang Maharaja Kumbadewa secara pribadi terlebih dulu, di ruangan khusus sang Maharaja. Tempat dimana sang Resi selalu memberikan masukkan-masukkan, serta 'sugestinya' pada sang Maharaja. Wajar sang Resi melakukan hal itu. Karena dia tak ingin pengaruhnya hilang, pada diri sang Maharaja. Selama 1 hari lebih Resi Mahapala berada dalam kamar khusus sang Maharaja itu. Dan akhirnya pembicaraan pribadi mereka selesai. Surapati di

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 491.

    "Keparat kau pemuda usil..! Siapa kau..?!" Seth..! Taph..! Sentak Senopati Pranala, yang juga tengah dikeroyok oleh para murid Belibis Emas. Puluhan pisau lempar melesat ke arahnya bagai tanpa henti. Dia memaki Sandi Lanang, seraya melesat bersalto keluar dari kepungan, dan mendarat ringan di bumi. "Untuk apa mengenalku..?! Aku baik-baik saja tanpa mengenalmu..!" sahut cuek Sandi Lanang. Sungguh dalam hatinya dia muak sekali dengan model-model anjing penjilat kerajaan, macam Senopati Pranala itu. "Bedebah..!! Awas kalian..! Pasukkan mundurr..!!" Slaph..! Senopati Pranala langsung melesat kabur lebih dulu, setelah menyerukan pasukkannya untuk mundur. Sungguh contoh pemimpin 'bajingan' yang tak bertanggung jawab, atas pasukkan yang dipimpinnya. Bisa dikatakan, Senopati Pranala adalah seorang 'Pimpinan Pecundang', di mata para ksatria..! Semua prajurit kerajaan langsung lari tunggang langgang, menjauh secepatnya dari lokasi bekas pertempuran mereka. Terlihat sekali tiada rasa 'k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status