Share

Bab 477.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-06-11 20:31:42

"Hmmmh, nyam..nyam..! Dari dulu hasil bakaran dagingmu yang terbaik Prasti," ucap Elang senang, memuji hasil bakaran daging kelinci racikan Prasti.

"Hihihi. Mungkin yang makan saja yang sedang kelaparan. Jadi apa saja terasa nikmat..!" ledek Prasti tertawa geli.

Namun tentu saja hati Prasti mengembang, mendengar pujian dari Elang itu.

Usai makan, mereka berdua duduk saling berdekatan. Keduanya saling bercerita, tentang pengalaman masing-masing.

"Ahh..! Jadi benar rupanya, kabar Mas Yoga dikeroyok oleh para pendekar, di bukit Karang Waja.

Kurang ajar sekali mereka..! Kenapa Mas Yoga tak balas serang saja mereka..?!" seru Prasti geram. Saat mendengar cerita tentang pengeroyokkan para pendekar, dari mulut Elang sendiri.

"Tak perlu begitu Prasti. Mereka berbuat begitu, karena mereka tak mengetahui hal yang sebenarnya.

Biarlah akan kuselidiki fitnah keji ini sampai tuntas..!" sahut Elang tenang dan tegas.

Hal yang membuat kekaguman hati Prasti semakin meraja. Melihat ketenangan Ela
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 499.

    "Resi Mahapala..! Untuk sementara waktu kau latih dan tingkatkanlah, kemampuan para Senopati dan Kepala Pasukkan kerajaan Palapa ini. Kita memiliki waktu 4 bulan, untuk mempersiapkan serangan besar ke tlatah Kalpataru..! Aku akan melihat perkembangan kemampuan mereka, setelah urusanku di Serikat Mata Dewa selesai..!" "Baik Panglima Besar Surapati, aku akan meningkatkan kemampuan mereka semua..!" seru patuh sang Resi. Tetap saja ada rasa nyeri dihati sang Resi. Karena kini dia berada di bawah komando bekas muridnya itu. "Maha Patih Giri Cakra..! Kau perintahkanlah pada 4 Patih di kerajaan wilayah di tlatah Palapa. Agar mereka menggembleng para prajurit mereka. Untuk dipersiapkan maju berperang serentak, bersama pasukkan kerajaan Palapa pada waktunya nanti..!" "Siap Panglima Besar..! Aku akan segera maklumatkan perintah Panglima Besar, pada keempat Patih kerajaan wilayah di tlatah Palapa!" sahut sang Patih bersemangat. Ya, dia mulai mengagumi sepak terjang Surapati, yang memilik

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 498.

    "Adik ini siapakah..? Mas Elang tak pernah datang ke sini lagi, sejak terakhir dia berpamitan pada Ibu malam itu," tanya Bu Laras, seraya menjelaskan pada Kirani. "Sa-saya Kirani. Sahabat Mas Elang, Bu," sahut Kirani tergagap. "Wahh..! Kalau Dik Kirani sahabat Mas Elang. Tinggallah saja Dik Kirani sementara waktu di sini. Daan tak perlu Dik Kirani membayar makanan tadi," ucap Bu Laras terkejut. Sikapnya seketika menjadi lebih ramah lagi, terhadap Kirani. "Ahh..! T-tidak Ibu. Te-terimakasih atas tawaran baik Ibu. Tapi ada hal penting yang harus saya lakukan. Kirani permisi Bu." Slaph..! Kirani pun gugup menolak, dia langsung berkelebat lenyap dari warung makan bu Laras. Demikianlah, hingga saat ini pun Kirani masih belum menemukan jejak Elang. Pemuda yang diam-diam telah merampas hatinya itu. Dan harapan terakhirnya adalah, dia bisa menemukan Elang, di tengah pertemuan para pendekar di Lembah Tengkorak dua hari mendatang. Ya, hanya itu harapan terbesar Kirani saat itu. "Hey li

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 497.

    "Apakah Prasti yang Pangeran cari itu, memakai kalung emas berbentuk bintang..?" tanya Elang lagi. Karena Prasti pernah menunjukkan kalung emas itu pada Elang. Dan Prasti mengatakan jika kalung itu adalah benda yang sudah dipakainya, saat dia ditemukan oleh Eyang Wilapasara di hutan Shaba. "D-demi Hyang Widhi..! Ya..! Dia benar-benar Prasti putriku yang hilang itu Prayoga..! Aku sendiri yang memesan kalung berbentuk bintang itu pada tukang emas istana..! Di-dimana dia sekarang Prayoga..?! Katakanlah padaku..!" tubuh Pangeran Danuthama seketika bergetar, penuh emosi jiwa. Pada saat Elang mengatakan soal kalung emas berbentuk bintang, yang selalu dipakai Prasti. Hilang sudah pertahanan hati sang Pangeran, suaranya serak dengan mata beriak membasah. Saat ia berseru pada Elang. "Tuan Pangeran. Saat ini putri Prasti berada di tempat yang aman, di lembah Marabunta bersama Eyang Wilapasara. Eyang Wilapasaralah yang telah mengangkat Prasti, menjadi muridnya sejak kecil," sahut Elang m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 496.

    "Sebaiknya kita ke kedai minuman saja dulu Sandi," ajak Elang, seraya merangkul pundak Sandi. Kebetulan ada sebuah kedai minuman, yang tak jauh dari gerbang kerajaan tersebut. Mereka masuk ke kedai minuman itu, dan memilih duduk di meja bagian belakang. Karena Elang memang hendak mengatakan rencana penyusupannya pada Sandi. Mereka berdua memesan wedang jahe segar, sebagai minuman di senja hari itu. Kedai minuman memang agak sepi di waktu senja seperti itu. "Sandi. Jujur saja aku berniat menemui Pangeran Danuthama, di kuil belakang istana Belupang itu," ujar Elang akhirnya, memberitahukan maksudnya pada Sandi. "Ahh..! Sudah kuduga Mas Prayoga pasti memiliki maksud tertentu. Karena menuju ke Belupang secara tiba-tiba,' sahut Sandi yang nampak tak begitu terkejut, mendengar ucapan Elang. Karena memang dia sudah menduganya. Namun yang cukup mengejutkan Sandi, adalah orang yang hendak ditemui Elang ternyata adalah Pangeran Danuthama. "Benar Sandi. Karena sepertinya aku tahu. Soal ke

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 495. Rahasia Jati Diri

    Di sebuah warung makan cukup besar, tak jauh dari gerbang masuk menuju Kotaraja Palapa. Nampak seorang sosok bercaping dan seorang pemuda, yang sedang asik makan di dalamnya. Sementara di sekitar mereka nampak beberapa pengunjung warung, yang sedang berbincang hangat seputaran isu kerajaan di Tlatah Palapa. "Sungguh kebijakkan yang salah, saat dahulu Pangeran Mahkota Danuthama Syailendra menyerahkan hak warisnya, atas takhta kerajaan Belupang, pada adiknya pangeran Dharma Prasetya..! Raja Dharma sangat kejam terhadap rakyatnya. Sangat jauh berbeda dengan kakaknya, Pangeran Danuthama yang bijak dan welas asih, terhadap rakyat Belupang," ucap seorang pengunjung warung, di tengah percakapannya. "Ya, kasihan memang Pangeran Danuthama itu. Kematian istri dan kehilangan putrinya di tengah hutan Shaba, di tlatah Kalpataru. Pastinya kejadian itu sangat memukul jiwa dan gairah hidupnya. Hingga akhirnya dia memutuskan menyepi di kuil belakang istana Belupang. Dia juga menyerahkan ahli wa

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 494.

    'Ahhh..! Gila..! Telapak kakiku bagai menapak bara neraka..! Bedebah kau Surapati..!' maki bathin sang Resi, seraya mengeluh marah. Dilihatnya seluruh rumput di alun-alun istana telah mati, dan berubah warna menjadi hitam. Sedangkan tanah pun nampak retak-retak menghitam, bagai bertahun tak terkena air. Dahsyat..!Slaph..! Sosok sang Resi langsung melenting ke udara, kerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Nampak kedua kepalan tangan sepuh itu tetap manjing, diselimuti cahaya putih menyilaukan dan hitam berkilapan. Lalu ... "Hiaahh..!" Splaatskh..! Wurrsshk..!! Sang Resi berseru keras, seraya hantamkan kedua kepalannya ke arah Surapati di bawahnya. Sepasang bola cahaya hitam dan putih melesat deras. Bagaikan dua batu meteor berlainan warna, yang hendak menghantam Surapati. Tekanan gelombang energi dari angkasa, seketika langsung dirasakan oleh Surapati. "Hiaahh..!" Wuurrsshk..!! Surapati arahkan hantaman cakar hitam pekat, yang berkobar panas luar biasa itu ke atas. Dia hanya kera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status