Share

Bab 556.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-05 00:10:43

"Haakksh..!" Wuurshh..!!

Elang terhempas melayang dengan derasnya. Dan sungguh suatu kebetulan, arah hempasannya menuju ke arah kotaraja Marapat.

Elang merasakan semua tulang dan sendinya lemas bukan main. Dia hanya bisa pasrahkan tubuhnya hendak terhempas, atau menabrak apapun nantinya.

Elang merasa sangat lemas, dengan energi yang sudah terkuras habis-habisan melawan Surapati.

"Haaghks..!" Wusshk..!! Surapati muntahkan segumpal darah hitam dari mulutnya. Sosoknya terhempas deras melayang, dengan arah yang berlawanan dengan Elang.

Lalu dengan segenap powernya yang masih sedikit tersisa.

"Hupsh..!" Surapati berhasil hentikan tenaga hempasan, dari pukulan dahsyat Elang.

Sekujur tubuhnya bagai dialiri tegangan listrik saat itu. Namun ditahannya terus posisi tubuhnya, yang telah kembali berdiri melayang itu.

Taph..! Brughk..!

Akhirnya kedua kaki Surapati berhasil menjejak bumi. Namun tepat saat itu juga kedua lututnya ambruk, mrnghempas bumi.

Ya, seluruh energi di tubuhnya tela
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 602.

    Sesungguhnya keluarga sang Maharaja sendiri sedang dalam keadaan berduka. Atas gugurnya Begawan Ekapaksi, ayahandanya. Namun hal itu juga malah menjadikan sang Maharaja lebih bersemangat, dan merasa tertantang. Karena sang Maharaja harus bisa membuktikan, bahwa Kalpataru akan berdiri lebih jaya dari sebelumnya. Setelah melalui ujian dan perjuangan beratnya. Ya, sang Maharaja tak ingin menyia-nyiakan nyawa yang telah dikorbankan oleh ayahandanya serta para prajurit Tlatah Kalpataru. Karena sang Maharaja tengah memegang amanah, cita-cita, dan keinginan luhur, dari mereka semua. Yaitu memakmurkan dan menjadikan Tlatah Kalpataru sebagai Tlatah yang besar, makmur, serta jaya bersama rakyatnya. *** Tiga hari kemudian di halaman istana kerajaan Palapa. "Elang pergi dulu Paduka Maharaja. Mohon restunya," ucap Elang, seraya menghormat pada sang Maharaja Danuthama. "Ayahanda, Prasti berangkat dulu ke dimensi Ki Naga Merah ya," ucap Prasti, seraya mencium tangan sang Maharaja dan memelu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 601.

    "Baik Elang. Kuijinkan kau ke dimensi itu bersama Prahasta Yoga, dengan restuku," ucap sang Raja. "Ayahanda. Emm, bolehkah Prasti ikut menemani Mas Yoga dan adik Prahasta Yoga berlatih di sana..? Sebelum Prasti benar-benar sibuk membantu Ayahanda di kerajaan Palapa nantinya," tanya Prasti, dengan wajah terlihat penuh harap memandang sang ayahandanya itu. "Hhhh. Putriku sayang, baru saja kau pulang kembali, kini malah hendak pergi lagi. Baiklah. Tapi ayahanda harap kau pergi bersama Elang dan Prahasta Yoga nanti. Setelah kau tinggal di istana Palapa selama 2-3 hari Prasti. Ayahanda masih kangen padamu. Dan aku juga butuh beberapa pandangan darimu Elang. Mengenai rencana membangun Tlatah Palapa, yang kini masih sangat jauh tertinggal, dengan tetangga kita Tlatah Kalpataru," ujar sang Raja akhirnya. "Wah..! Terimakasih Ayahanda," ucap Prasti senang sekali. "Baik Paduka Raja," ucap Elang, menyetujui permintaan sang Raja Danuthama. "Elang. Jujur saja selain dirimu, aku juga akan m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 600.

    "Terima kasih Ki Naga Merah." Slaph..! Slaph..! Elang ucapkan terimakasih, seraya melesat turun, dengan membawa Prahasta Yoga dalam rangkulan sebelah tangannya. Dan Prasti pun ikut melesat turun. Taph..! Elang dan Prasti mendarat ringan, di halaman istana Belupang. "Selamat datang Tuan Putri Prasti. Selamat datang Tuan Elang," sapa para penjaga gerbang istana penuh hormat. "Terimakasih Paman," sahut Elang dan Prasti tersenyum, seraya masuk kedalam istana. Keramahan inilah yang disukai para pengawal di istana Belupang, terhadap Tuan Putri Raja mereka dan sahabatnya yang bernama Elang itu. "Ahh..! Putriku yang cantik sudah pulang rupanya!" sapa sang Raja tersenyum gembira. Sontak dia berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan putrinya tercinta. "Ayahanda..!" seru Prasti, seraya mencium tangan sang Ayahanda yang dihormatinya. Dan Prati pun mandah saja, saat sang Ayahanda mengecup keningnya. "Salam hormat dari Elang, Paduka Yang Mulia," ucap Elang tersenyum mengangguk, ser

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 599.

    "A-apa..?!" Kraagkh..! Resi Salwaka terkejut bukan kepalang. Dan dalam kemurkaannya, dia meremas luluh sandaran kursi kayu jati ukir, yang didudukinya seraya berdiri. Dan kursi itu seketika remuk lebur menjadi serbuk kayu hitam, akibat 'power'nya yang spontan bergolak. Dahsyat..! "Hahh..!" ganti kini sang Maharaja Selangit Rantak, yang berseru kaget dan terbelalak ngeri. Dia menatap kursi jati ukir istananya, yang kini telah menjadi serbuk hitam di lantai istana. "Katakan siapa yang telah membunuh kedua muridku itu..?!" seru sang Resi murka. Dan dalam kemurkaannya, dia tak lagi memandang Selangit Rantak sebagai Maharaja Saradwipa. "Yang membunuh Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari, adalah seorang pendekar sakti. Dia berjuluk Pendekar Penembus Batas di Tlatah Kalpataru Resi sepuh," sahut sang Maharaja Selangit Rantak. Hatinya dipenuhi rasa ketakutan yang mencekam. Dia sangat sadar, jika ratusan bahkan ribuan prajurit pun, tak akan bisa melepaskannya dari cengkraman sang Re

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 598.

    Nampak sosok Surapati telah berada di tengah alun alun dalam keadaan terikat. Sebuah kayu gelondongan ukuran sedang, yang dipancangkan di tengah alun-alun itu. Menjadi tumpuan sosok penjahat besar itu.Nampak pula Maharaja Mahendra, agak jauh di pinggir alun-alun. Sang Mahara telah berdiri tegak, menghadap ke arah posisi Surapati. "Elang..! Majulah dan berdiri di sisiku..! Kau juga berhak menghukum Surapati dengan tanganmu..! Karena perbuatan fitnah kejinya padamu..!" seru sang Maharaja Mahendra"Baik Paduka Yang Mulia..!" sahut Elang, seraya masuk ke dalam area eksekusi itu. Elang pun kini berdiri di sebelah sang Maharaja Mahendra. "Surapati..! Jika ada yang hendak kaukatakan disaat terakhirmu..! Katakan saja sekarang..!" seru lantang sang Maharaja. "Hahahaa..! Hal terakhir yang akan kukatakan hanya satu..! Jiwaku akan selalu menitis, dan menjadi musuh abadi bagi leluhur tlatah Kalpataru dan keturunannya..!!" seru lantang Surapati. "Baik..! Dan seluruh keturunan Tlatah Kalpata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 597.

    "Hidup Maharaja Palapa yang baru..!!" Teriak seorang dari rombongan itu. Dan tentu saja hal ini menjalar dengan cepat. "Hidup Maharaja Danuthama Syailendra..!!" "Jayalah Tlatah Palapa..!!" "Bangkitlah Palapa..!!" Seruan-seruan kegembiraan terdengar riuh rendah, di pendopo istana Belupang pagi itu. Suatu pagi yang akan mengawali babak baru, bagi perubahan besar Tlatah Palapa, menuju puncak kejayaannya..! *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Kalpataru. Saat itu tengah digelar pertemuan besar, membahas hukuman bagi Surapati. Seorang penjahat 'besar' bagi Tlatah Kalpataru, dan juga bagi Elang yang telah difitnah olehnya. Nampak sosok Surapati berlutut ditengah-tengah pertemuan itu. Tubuhnya dalam keadaan terbelenggu. Ya, Elang telah memusnahkan 'power' dalam diri Surapati, dan menotok pusat energinya. Agar Surapati tak bisa menghimpun kekuatannya kembali. Kini Surapati benar-benar tak berdaya. Dia hanya bisa menjawab atau menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status