Share

Bab 562.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-07-07 10:55:15

Dan bagian 'pusat' dalam simbol lingkaran cakra itu, di tempati oleh Elang.

Karena memang hanya Naga dengan status tertinggi saja, yang boleh menempati atau bertapa di lempeng batu hijau tertua. Dalam lingkaran simbol cakra tersebut.

Dan Ki Naga Merah sebagai penguasa Kerajaan Selaksa Naga. Dia sengaja menempatkan Elang di posisi 'pusat' tersebut.

Kelebihan naga/manusia, yang mendapatkan posisi di batu hijau bagian pusat cakra itu. Adalah orang atau naga tersebut akan mendapatkan sedikit energi transferan secara otomatis, dari para naga/orang yang bertapa di sekitarnya.

Karena sesungguhnya, setiap batu-batu lempengan hijau dalam rangkaian cakra tersebut, semuanya saling berhubungan dalam 'akar-akar' batu di bawah tanah.

Ya, bagaikan akar menjalar atau saluran pipa air dibawah tanah, yang berpusat di batu lempengan tengah pusat cakra. Batu hijau yang kini digunakan oleh Elang.

Demikianlah 'rahasia' yang hanya diketahui oleh sebagian kecil, dari para pertapa di Lembah Hijrah Naga.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 604.

    "Ki Naga Merah. Sebetulnya ada apakah, di tingkat tertinggi pura/kuil di air terjun Naga Moksa itu..? Kenapa ada cahaya emas menyilaukan, yang keluar dari kuil/pura yang berada di pusat empat pura yang mengellinginya..?" tanya Elang pada Ki Naga Merah. Setelah dia tiba di istana Selaksa Naga. "Demi Hyang Widhi Yang Agung..! Apakah kau benar-benar melihat cahaya keemasan itu. Cahaya berkilau yang menyorot ke empat kuil di sekelilingnya Tuanku Elang..?!" seru Ki Naga Merah. Ya, Ki Naga Merah nampak terkejut bukan kepalang, dan malah balik bertanya pada Elang. "Ya benar Ki Naga Merah. Ada apakah dengan hal itu..?!" seru Elang jadi semakin penasaran. "Paduka Tuan Elang Prayoga..! Terimalah sembah hormatku," ucap Ki Naga Merah. Ki Naga Merah lakukan sikap penghormatan yang lebih dalam, dari yang biasanya terhadap Elang. Kata 'Paduka' juga kini disematkan Ki Naga Merah pada Elang. "Ahh..! Ada apa sebenarnya ini Ki Naga Merah..?!" seru Elang terkejut dan jadi rikuh, mendapat penghor

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 603.

    'Sebuah wilayah kerajaan yang sangat indah dan mengesankan', bathin Prasti dan Prahasta Yoga. Malam harinya usai makan malam. Elang dan Raja Naga Merah duduk berbincang secara pribadi, di ruang khusus sang Raja Naga Merah. Sementara Prasti nampak juga sedang asik berbincang dengan Nyi Naga Biru, di ruang dalem istana"Ki Naga Merah. Apakah air terjun Naga Moksa adalah tempat untuk mencapai kesempurnaan, bagi para Naga sepuh yang hendak 'moksa'..?" tanya Elang serius. Dia memulai pembicaraan tentang air terjun Naga Moksa, yang dilihatnya tadi. "Tuanku Elang. Air terjun Naga Moksa adalah sebuah tempat khusus, bagi para leluhur serta bangsa naga. Disitulah tempat para leluhur, yang telah lelah dengan kehidupannya. Maupun Naga sepuh yang ingin mencapai 'penyempurnaan laku'nya, dengan moksa. Ada hal apakah Tanku menanyakan soal air terjun Naga Moksa itu..?" "Ki Naga Merah, benarkah dulu moyang Indra Prayoga pernah masuk disana..? Untuk hal apakah dia masuk kesana Ki Naga Merah?" tan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 602.

    Sesungguhnya keluarga sang Maharaja sendiri sedang dalam keadaan berduka. Atas gugurnya Begawan Ekapaksi, ayahandanya. Namun hal itu juga malah menjadikan sang Maharaja lebih bersemangat, dan merasa tertantang. Karena sang Maharaja harus bisa membuktikan, bahwa Kalpataru akan berdiri lebih jaya dari sebelumnya. Setelah melalui ujian dan perjuangan beratnya. Ya, sang Maharaja tak ingin menyia-nyiakan nyawa yang telah dikorbankan oleh ayahandanya serta para prajurit Tlatah Kalpataru. Karena sang Maharaja tengah memegang amanah, cita-cita, dan keinginan luhur, dari mereka semua. Yaitu memakmurkan dan menjadikan Tlatah Kalpataru sebagai Tlatah yang besar, makmur, serta jaya bersama rakyatnya. *** Tiga hari kemudian di halaman istana kerajaan Palapa. "Elang pergi dulu Paduka Maharaja. Mohon restunya," ucap Elang, seraya menghormat pada sang Maharaja Danuthama. "Ayahanda, Prasti berangkat dulu ke dimensi Ki Naga Merah ya," ucap Prasti, seraya mencium tangan sang Maharaja dan memelu

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 601.

    "Baik Elang. Kuijinkan kau ke dimensi itu bersama Prahasta Yoga, dengan restuku," ucap sang Raja. "Ayahanda. Emm, bolehkah Prasti ikut menemani Mas Yoga dan adik Prahasta Yoga berlatih di sana..? Sebelum Prasti benar-benar sibuk membantu Ayahanda di kerajaan Palapa nantinya," tanya Prasti, dengan wajah terlihat penuh harap memandang sang ayahandanya itu. "Hhhh. Putriku sayang, baru saja kau pulang kembali, kini malah hendak pergi lagi. Baiklah. Tapi ayahanda harap kau pergi bersama Elang dan Prahasta Yoga nanti. Setelah kau tinggal di istana Palapa selama 2-3 hari Prasti. Ayahanda masih kangen padamu. Dan aku juga butuh beberapa pandangan darimu Elang. Mengenai rencana membangun Tlatah Palapa, yang kini masih sangat jauh tertinggal, dengan tetangga kita Tlatah Kalpataru," ujar sang Raja akhirnya. "Wah..! Terimakasih Ayahanda," ucap Prasti senang sekali. "Baik Paduka Raja," ucap Elang, menyetujui permintaan sang Raja Danuthama. "Elang. Jujur saja selain dirimu, aku juga akan m

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 600.

    "Terima kasih Ki Naga Merah." Slaph..! Slaph..! Elang ucapkan terimakasih, seraya melesat turun, dengan membawa Prahasta Yoga dalam rangkulan sebelah tangannya. Dan Prasti pun ikut melesat turun. Taph..! Elang dan Prasti mendarat ringan, di halaman istana Belupang. "Selamat datang Tuan Putri Prasti. Selamat datang Tuan Elang," sapa para penjaga gerbang istana penuh hormat. "Terimakasih Paman," sahut Elang dan Prasti tersenyum, seraya masuk kedalam istana. Keramahan inilah yang disukai para pengawal di istana Belupang, terhadap Tuan Putri Raja mereka dan sahabatnya yang bernama Elang itu. "Ahh..! Putriku yang cantik sudah pulang rupanya!" sapa sang Raja tersenyum gembira. Sontak dia berdiri dari singgasananya, menyambut kedatangan putrinya tercinta. "Ayahanda..!" seru Prasti, seraya mencium tangan sang Ayahanda yang dihormatinya. Dan Prati pun mandah saja, saat sang Ayahanda mengecup keningnya. "Salam hormat dari Elang, Paduka Yang Mulia," ucap Elang tersenyum mengangguk, ser

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 599.

    "A-apa..?!" Kraagkh..! Resi Salwaka terkejut bukan kepalang. Dan dalam kemurkaannya, dia meremas luluh sandaran kursi kayu jati ukir, yang didudukinya seraya berdiri. Dan kursi itu seketika remuk lebur menjadi serbuk kayu hitam, akibat 'power'nya yang spontan bergolak. Dahsyat..! "Hahh..!" ganti kini sang Maharaja Selangit Rantak, yang berseru kaget dan terbelalak ngeri. Dia menatap kursi jati ukir istananya, yang kini telah menjadi serbuk hitam di lantai istana. "Katakan siapa yang telah membunuh kedua muridku itu..?!" seru sang Resi murka. Dan dalam kemurkaannya, dia tak lagi memandang Selangit Rantak sebagai Maharaja Saradwipa. "Yang membunuh Panglima Bagus Tuah dan Bayang Mentari, adalah seorang pendekar sakti. Dia berjuluk Pendekar Penembus Batas di Tlatah Kalpataru Resi sepuh," sahut sang Maharaja Selangit Rantak. Hatinya dipenuhi rasa ketakutan yang mencekam. Dia sangat sadar, jika ratusan bahkan ribuan prajurit pun, tak akan bisa melepaskannya dari cengkraman sang Re

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status