Share

02. Mayat Gyeonggukdae

Tingkatan sihir yang menjadi kualifikasi atas seberapa berharganya seseorang untuk Tanah Wari dibagi menjadi 6 kelas. Antara lain;

Naegeumwi—mewakili warna merah. Memiliki akses paling besar dengan Raja dan petinggi Istana lainnya. Mempunyai kemampuan sihir, serta fisik yang lebih besar ketimbang orang-orang dari tingkatan lain. Mahir berpedang dan mampu memanipulasi serangkaian tali tambang yang bersembunyi pada beberapa bagian tubuh untuk menjerat lawan.

Howechung—mewakili warna kuning. Memiliki fisik yang dua kali lebih kuat dari manusia dengan kelas lain. Bila dibandingkan dengan manusia biasa, mampu ditakar sebagai empat kalinya. Fisik mereka luar biasa terbilang langka, dan tak mudah mendapatkan seseorang dengan Him yang mampu berkembang menjadi Howechung sejati. Serta, fisik mereka merupakan senjata terbaik yang dapat dikuasai.

Gyeonggukdae—mewakili warna biru. Mahir berpedang, dikenal sebagai pelindung Raja namun tak memiliki kekuasaan lebih untuk bertemu secara empat mata. Dapat bertempur di bawah air selama beberapa menit dengan Him yang mereka miliki. Dikenal sebagai salah satu ahli strategi bersama para Jungrowi.

Jungrowi—mewakili warna hijau. Sering berkelana dan memantau keadaan sekitar dengan mata elang mereka, serta dikenal lincah. Kemampuan Him yang mereka miliki dapat memanjangkan serta mengalirkan kekuatan ajaib pada tongkat yang menjadi senjata utama.

Woorimwi—mewakili warna ungu. Pemanah andal yang dikumpulkan dari sepenjuru Wari dengan berbagai tes. Cekatan, turut mendalami ilmu pengobatan. Sesekali bergabung dengan Howechung untuk melakukan pengintaian.

Gyeomsabok—mewakili warna jingga. Disinyalir sebagai kelas terakhir yang bisa diasah oleh orang bermilik Him Kera sekali pun. Selama bisa menguasai ilmu dasar sihir, bela diri, dan persenjataan, mereka bisa menjadi bagian dari Gyeomsabok.

Menilik pakaian yang melapisi si pria muda, tentunya manusia yang tak lagi bernyawa itu merupakan seorang Gyeonggukdae. Muhan melemas, terduduk di depan mayat si pria muda. Tangan kanan yang mengulurkan sebuah belati dan pecahan permata itu terkulai di sisi lain tubuhnya yang mulai dingin.

Sejenak, Muhan mencerna apa yang baru saja terjadi. Seorang Gyeonggukdae tewas di hadapannya—entah dikarenakan oleh perang melawan sang naga, atau ditusuk oleh musuh yang menyelinap, Muhan tak tau pasti akan jawabannya.

Pecahan permata jernih yang menyilaukan itu membuyarkan lamunan Muhan. Ditengoknya permata tersebut. Dapat dipastikan, permata itu ialah permata naga yang sangat berharga. Tetapi, bagaimana bisa pria muda di depannya membawa benda sepenting ini sampai ke hutan?

Menenangkan diri sebentar, Muhan meraih belati dan permata naga itu untuk kemudian disimpan di balik pakaian lusuhnya. Meskipun dia tak bisa menyelamatkan si pria muda, Muhan akan membawa mayat si Gyeonggukdae ke Istana.

Berlari kecil dari hutan sampai Istana, orang-orang sempat memandanginya dengan kening berkerut, namun Muhan tidak peduli. Yang digendongnya itu merupakan personil Pasukan Pemburu Naga, maka sudah seharusnya dia sebingung ini untuk mengembalikan seseorang yang setara dengan seorang Kesatria itu terhadap Raja dan para petinggi lainnya.

Tepat di depan gerbang utama Istana, dua penjaga mencegat Muhan. Menjulurkan pedang yang keluar dari sarungnya, Muhan mundur selangkah.

"Siapa kau? Apa yang kaubawa dan apa yang hendak kau lakukan di sini?" tanya salah satu penjaga.

Muhan sudah menduga bahwa dia akan dihadang. Satu tangannya lekas meraih sesuatu dari balik pakaiannya; sebuah Hopae—tanda pengenal milik si pria muda yang sudah dicarinya terlebih dahulu.

"Hopae ini milik orang yang saya bawa ini, Tuan." Kata Muhan. "Saya menemukannya di hutan dalam keadaan sekarat. Dan seperti yang bisa Tuan lihat, orang ini merupakan Pasukan Pemburu Naga—seorang Gyeonggukdae."

Dua penjaga itu mendekat, mengamati seseorang dalam gendongan Muhan dengan Hopae yang diserahkan. "Benar! Dia Panglima Divisi Gyeonggukdae yang pergi enam bulan lalu. Baik! Tetap gendong dia, cepat bawa masuk ke Istana!"

•••••

"Apa? Kim Joon tewas?!"

Mendengar pernyataan yang disampaikan oleh salah satu kasim, Raja menegapkan tubuhnya dengan keterkejutan yang menggelegar. Berita mengenai tewasnya Panglima Divisi Gyeonggukdae yang terkenal kuat dan mahir dalam segala hal itu tentu saja menggetarkan banyak kepala.

Kim Joon sangat dipercaya oleh Raja dan jajaran para menteri. Tetapi mengetahui bahwa seseorang baru saja membawa mayat Kim Joon yang bersimbah darah, membuat seluruhnya kelimpungan. Mereka mulai mengira-ngira, bahwa Naga Neraka yang berhadapan dengan Pasukan Pemburu Naga ke-29 merupakan Naga Neraka yang sangat kuat.

Naga Neraka; manifestasi kehancuran yang muncul ke permukaan bumi sejak 21 tahun lalu. Berdasarkan rumor yang beredar, Naga Neraka terpanggil dari tempatnya di Dunia Bawah disebabkan oleh seorang penyihir yang ingin menguasai dunia dengan kengerian dan teror.

Penyihir tersebut berhasil memanggil sekumpulan Naga Neraka yang seharusnya berjaga di Dunia Bawah. Sesuai dengan namanya, dunia berada dalam kehancuran terbaru. Naga Neraka meluluh lantakkan tiap area yang dipijakinya. Semburan api berhasil meratakan rumah dan apa pun yang manusia miliki dengan tanah.

Bukan hanya membinasakan apa yang melintas dalam pandangan, Naga Neraka pun menjadikan beberapa manusia sebagai siluman Dunia Bawah yang tersebar di berbagai wilayah guna melindunginya dari buruan manusia berpemilik Him.

Naga Neraka memiliki kelemahan; permata yang berada di antara mata tajam para naga yang berkilauan. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Naga Neraka ialah dengan menghancurkan permata tersebut. Namun begitu didapat, permata naga berguna bagi tanah bumi yang energinya telah terserap oleh kekuatan Dunia Bawah.

Akan berlangsung sebuah kemakmuran pada negeri yang memiliki permata naga. Mulanya Wari berhasil mendulang kemenangan dengan mengalahkan salah satu Naga Neraka setelah menghabiskan tiga bulan pertempuran yang memakan begitu banyak nyawa. Wari mendapatkan kesejahteraan sebagai imbalan atas pertempuran alot yang dicanangkan. Akan tetapi, ketenangan itu hanya berjalan hingga 5 tahun lamanya. Oleh karena itu, Raja membuat Pasukan Pemburu Naga yang memang ditakdirkan untuk berhadapan dengan Naga Neraka berbalutkan tanggungjawab besar.

Pada pasukan ke-29 yang berangkat 5 bulan lalu, seharusnya tidak ada yang salah. Semuanya Kesatria terhebat yang sangat dipercaya dapat menangkap beberapa permata naga dalam ekspedisi yang ditempuh. Namun, Raja mulai menyesali keputusannya untuk membiarkan Kim Joon berangkat ke medan perang selama beberapa periode ini.

"Ini tidak mungkin ...." Raja tertunduk lemah. Dengungan para petinggi yang berkumpul di depan singgahsananya pun saling menyapa. Semua terpukul atas kematian Kim Joon. "Tapi, siapa yang membawa Kim Joon ke sini? Seorang budak, katamu?"

Kasim Heo mengangguk, "Budak yang tinggal di Perguruan, Yang Mulia. Dia biasa mendatangi hutan untuk mencari kayu bakar atau obat-obatan. Siang ini, kebetulan budak itu menemukan Kim Joon di hutan dalam kondisi sekarat, Yang Mulia."

"Dalam kondisi sekarat?"

"Betul, Yang Mulia."

"Kalau begitu, ada kemungkinan budak itu masih mendapati Kim Joon dalam keadaan sadar." Gumam Raja. "Sekarang, di mana budak itu?"

"Budak itu berada di gerbang depan, dijaga oleh para penjaga, Yang Mulia. Dan satu lagi," kasim mendekat, berbisik. "Ada yang hendak disampaikan oleh budak itu kepada Yang Mulia."

•••••

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status