Tingkatan sihir yang menjadi kualifikasi atas seberapa berharganya seseorang untuk Tanah Wari dibagi menjadi 6 kelas. Antara lain;
Naegeumwi—mewakili warna merah. Memiliki akses paling besar dengan Raja dan petinggi Istana lainnya. Mempunyai kemampuan sihir, serta fisik yang lebih besar ketimbang orang-orang dari tingkatan lain. Mahir berpedang dan mampu memanipulasi serangkaian tali tambang yang bersembunyi pada beberapa bagian tubuh untuk menjerat lawan.Howechung—mewakili warna kuning. Memiliki fisik yang dua kali lebih kuat dari manusia dengan kelas lain. Bila dibandingkan dengan manusia biasa, mampu ditakar sebagai empat kalinya. Fisik mereka luar biasa terbilang langka, dan tak mudah mendapatkan seseorang dengan Him yang mampu berkembang menjadi Howechung sejati. Serta, fisik mereka merupakan senjata terbaik yang dapat dikuasai.Gyeonggukdae—mewakili warna biru. Mahir berpedang, dikenal sebagai pelindung Raja namun tak memiliki kekuasaan lebih untuk bertemu secara empat mata. Dapat bertempur di bawah air selama beberapa menit dengan Him yang mereka miliki. Dikenal sebagai salah satu ahli strategi bersama para Jungrowi.Jungrowi—mewakili warna hijau. Sering berkelana dan memantau keadaan sekitar dengan mata elang mereka, serta dikenal lincah. Kemampuan Him yang mereka miliki dapat memanjangkan serta mengalirkan kekuatan ajaib pada tongkat yang menjadi senjata utama.Woorimwi—mewakili warna ungu. Pemanah andal yang dikumpulkan dari sepenjuru Wari dengan berbagai tes. Cekatan, turut mendalami ilmu pengobatan. Sesekali bergabung dengan Howechung untuk melakukan pengintaian.Gyeomsabok—mewakili warna jingga. Disinyalir sebagai kelas terakhir yang bisa diasah oleh orang bermilik Him Kera sekali pun. Selama bisa menguasai ilmu dasar sihir, bela diri, dan persenjataan, mereka bisa menjadi bagian dari Gyeomsabok.Menilik pakaian yang melapisi si pria muda, tentunya manusia yang tak lagi bernyawa itu merupakan seorang Gyeonggukdae. Muhan melemas, terduduk di depan mayat si pria muda. Tangan kanan yang mengulurkan sebuah belati dan pecahan permata itu terkulai di sisi lain tubuhnya yang mulai dingin.Sejenak, Muhan mencerna apa yang baru saja terjadi. Seorang Gyeonggukdae tewas di hadapannya—entah dikarenakan oleh perang melawan sang naga, atau ditusuk oleh musuh yang menyelinap, Muhan tak tau pasti akan jawabannya.Pecahan permata jernih yang menyilaukan itu membuyarkan lamunan Muhan. Ditengoknya permata tersebut. Dapat dipastikan, permata itu ialah permata naga yang sangat berharga. Tetapi, bagaimana bisa pria muda di depannya membawa benda sepenting ini sampai ke hutan?Menenangkan diri sebentar, Muhan meraih belati dan permata naga itu untuk kemudian disimpan di balik pakaian lusuhnya. Meskipun dia tak bisa menyelamatkan si pria muda, Muhan akan membawa mayat si Gyeonggukdae ke Istana.Berlari kecil dari hutan sampai Istana, orang-orang sempat memandanginya dengan kening berkerut, namun Muhan tidak peduli. Yang digendongnya itu merupakan personil Pasukan Pemburu Naga, maka sudah seharusnya dia sebingung ini untuk mengembalikan seseorang yang setara dengan seorang Kesatria itu terhadap Raja dan para petinggi lainnya.Tepat di depan gerbang utama Istana, dua penjaga mencegat Muhan. Menjulurkan pedang yang keluar dari sarungnya, Muhan mundur selangkah."Siapa kau? Apa yang kaubawa dan apa yang hendak kau lakukan di sini?" tanya salah satu penjaga.Muhan sudah menduga bahwa dia akan dihadang. Satu tangannya lekas meraih sesuatu dari balik pakaiannya; sebuah Hopae—tanda pengenal milik si pria muda yang sudah dicarinya terlebih dahulu."Hopae ini milik orang yang saya bawa ini, Tuan." Kata Muhan. "Saya menemukannya di hutan dalam keadaan sekarat. Dan seperti yang bisa Tuan lihat, orang ini merupakan Pasukan Pemburu Naga—seorang Gyeonggukdae."Dua penjaga itu mendekat, mengamati seseorang dalam gendongan Muhan dengan Hopae yang diserahkan. "Benar! Dia Panglima Divisi Gyeonggukdae yang pergi enam bulan lalu. Baik! Tetap gendong dia, cepat bawa masuk ke Istana!"•••••"Apa? Kim Joon tewas?!"Mendengar pernyataan yang disampaikan oleh salah satu kasim, Raja menegapkan tubuhnya dengan keterkejutan yang menggelegar. Berita mengenai tewasnya Panglima Divisi Gyeonggukdae yang terkenal kuat dan mahir dalam segala hal itu tentu saja menggetarkan banyak kepala.Kim Joon sangat dipercaya oleh Raja dan jajaran para menteri. Tetapi mengetahui bahwa seseorang baru saja membawa mayat Kim Joon yang bersimbah darah, membuat seluruhnya kelimpungan. Mereka mulai mengira-ngira, bahwa Naga Neraka yang berhadapan dengan Pasukan Pemburu Naga ke-29 merupakan Naga Neraka yang sangat kuat.Naga Neraka; manifestasi kehancuran yang muncul ke permukaan bumi sejak 21 tahun lalu. Berdasarkan rumor yang beredar, Naga Neraka terpanggil dari tempatnya di Dunia Bawah disebabkan oleh seorang penyihir yang ingin menguasai dunia dengan kengerian dan teror.Penyihir tersebut berhasil memanggil sekumpulan Naga Neraka yang seharusnya berjaga di Dunia Bawah. Sesuai dengan namanya, dunia berada dalam kehancuran terbaru. Naga Neraka meluluh lantakkan tiap area yang dipijakinya. Semburan api berhasil meratakan rumah dan apa pun yang manusia miliki dengan tanah.Bukan hanya membinasakan apa yang melintas dalam pandangan, Naga Neraka pun menjadikan beberapa manusia sebagai siluman Dunia Bawah yang tersebar di berbagai wilayah guna melindunginya dari buruan manusia berpemilik Him.Naga Neraka memiliki kelemahan; permata yang berada di antara mata tajam para naga yang berkilauan. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Naga Neraka ialah dengan menghancurkan permata tersebut. Namun begitu didapat, permata naga berguna bagi tanah bumi yang energinya telah terserap oleh kekuatan Dunia Bawah.Akan berlangsung sebuah kemakmuran pada negeri yang memiliki permata naga. Mulanya Wari berhasil mendulang kemenangan dengan mengalahkan salah satu Naga Neraka setelah menghabiskan tiga bulan pertempuran yang memakan begitu banyak nyawa. Wari mendapatkan kesejahteraan sebagai imbalan atas pertempuran alot yang dicanangkan. Akan tetapi, ketenangan itu hanya berjalan hingga 5 tahun lamanya. Oleh karena itu, Raja membuat Pasukan Pemburu Naga yang memang ditakdirkan untuk berhadapan dengan Naga Neraka berbalutkan tanggungjawab besar.Pada pasukan ke-29 yang berangkat 5 bulan lalu, seharusnya tidak ada yang salah. Semuanya Kesatria terhebat yang sangat dipercaya dapat menangkap beberapa permata naga dalam ekspedisi yang ditempuh. Namun, Raja mulai menyesali keputusannya untuk membiarkan Kim Joon berangkat ke medan perang selama beberapa periode ini."Ini tidak mungkin ...." Raja tertunduk lemah. Dengungan para petinggi yang berkumpul di depan singgahsananya pun saling menyapa. Semua terpukul atas kematian Kim Joon. "Tapi, siapa yang membawa Kim Joon ke sini? Seorang budak, katamu?"Kasim Heo mengangguk, "Budak yang tinggal di Perguruan, Yang Mulia. Dia biasa mendatangi hutan untuk mencari kayu bakar atau obat-obatan. Siang ini, kebetulan budak itu menemukan Kim Joon di hutan dalam kondisi sekarat, Yang Mulia.""Dalam kondisi sekarat?""Betul, Yang Mulia.""Kalau begitu, ada kemungkinan budak itu masih mendapati Kim Joon dalam keadaan sadar." Gumam Raja. "Sekarang, di mana budak itu?""Budak itu berada di gerbang depan, dijaga oleh para penjaga, Yang Mulia. Dan satu lagi," kasim mendekat, berbisik. "Ada yang hendak disampaikan oleh budak itu kepada Yang Mulia."•••••Muhan dan Kihong tersentak. Dari sudut lain gua, mereka mendapati sosok yang berdiri di tengah kegelapan. Sosok tersebut mengambang, bagai hologram berwarna merah pudar yang siap menguap sewaktu-waktu. Muhan mendekat, sementara Kihong mematung di tempatnya. Sosok tersebut mengenakan pakaian lusuh, seperti penduduk pada umumnya. Berambut panjang, yang terlihat ujungnya dipotong tak beraturan. Memindai dari atas sampai bawah, Muhan menyadari bahwa sosok tersebut merupakan wanita yang tampak seperti korban dari sebuah peperangan memilukan."Hei? Apakah kau yang meminta tolong kepada kami sedari tadi?" tanya Muhan, berusaha ramah meskipun terlihat menggelikan di mata Kihong."Muhan! Apa yang kaulakukan? Dia itu hantu! Mau apa kau menolong sesosok hantu?" bisik Kihong setengah putus asa.Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk diam, sedangkan langkahnya kian dekat pada sosok tersebut. Sosok itu tersenyum tipis, yang mana memperlihatkan sudut pipinya yang berdarah, seperti hendak disobek."K
Teriakan seorang pemuda yang berhasil menyentakkan kesadaran Panglima Naegeumwi itu turut mengejutkan Roah. Keduanya mematung, saling melempar tatapan ngeri."Apakah kau mendengarnya, Panglima?" tanya Roah. Pertanyaan tersebut masih bercampur aduk dalam pendengaran Panglima Naegeumwi sebab nyanyian pada isi kepalanya masih menguasai."Aku mendengarnya—tapi ... kenapa rasanya aneh sekali? Kenapa hanya terdengar satu jeritan saja? Kenapa yang lain ... ah? Apakah karena nyanyian yang berbunyi di dalam kepala kita ini?" terka Panglima Naegeumwi."Benar, Panglima. Sejak tadi, saya kesusahan untuk memghilangkan nyanyiannya." Balas Roah."Mari kita sumpal sebentar menggunakan kain atau apa pun itu!" Panglima Naegeumwi mengedar pandang, mencari selembar kain yang bisa disobek untuk dibagi dua dengan Roah. "Dengan begini, paling tidak kita suara nyanyiannya sedikit tidak jelas. Sekarang, kita harus mencari siapa dalangnya."Berusaha tetap tegar dan baik-baik saja, keduanya keluar dari tenda. J
Berdasarkan pergerakan Ha-rang yang menunjuk ke bagian lain hutan, Muhan dan Kihong berhenti di depan sebuah gua misterius yang berada di pinggir sungai. Entah bagaimana caranya mereka bisa menjejaki tempat tersebut, Muhan berjalan begitu saja tanpa berpikir lebih."Kenapa kita bisa ada di sini?" tanya Kihong kebingungan. "Ini gua yang aneh. Kau mau masuk untuk memeriksanya?""Kau sedang menawarkan atau memang bertanya?" timpal Muhan."Aku menawarkanmu untuk masuk saja, Muhan. Sementara itu, aku akan menunggu di luar sini untuk berjaga-jaga. Oh iya, omong-omong, sejak kita menjauh dari perkemahan, nyanyian itu sudah tidak terdengar lagi." Ungkap Kihong.Muhan mengangguk mengiyakan. Memang benar, sekarang dia sudah tak mendengar nyanyian yang secara ajaib menghuni isi kepalanya itu.Menyadari bila dia harus mengecek gua tersebut secepat mungkin, Muhan memberi tanda bagi Kihong untuk menunggu selama beberapa saat. Berbekalkan pencahayaan minim dari belati istimewanya, Muhan juga mendapa
Muhan memiringkan kepala selepas mendudukkan dirinya di samping Yidan. Malam kian larut. Dia baru saja membantu berburu rusa, lalu menguliti mereka agar bisa segera disantap. Begitu menuju ke tengah api unggun, Muhan memandangi sebongkah kayu yang berangsur menghilang menjadi sekumpulan abu tak berharga."Seharusnya ... menjadi seperti itu kan?""Apanya?" bingung Yidan sembari melahap dua butir anggur yang dengan ajaibnya menjulur di salah satu rumah. Namun pemuda itu dengan cepat mengeluarkannya lagi, sebab buahnya belum benar-benar masak.Muhan mendengus, menggelengkan kepala. "Paling cuma firasatku saja. Kau makan apa itu?""Jangan! Tidak enak! Kau tidak akan menyukainya—asam sekali." Timpal Yidan.Bertepatan saat itu, Roah lewat bersama Shim Gyeong. Mereka akan melakukan penjagaan di sisi timur perkemahan pada sesi kedua itu. "Hai, Muhan! Yidan! Ah, aku ingin mengbrol dengan kalian, tapi aku harus berjaga." Kata Roah, kemudi
Rombongan Pasukan Pemburu Naga menuju sisi barat daya sejak melepaskan diri dari Hutan Perbatasan. Sepanjang perjalanan awal itu, Muhan tak bisa menemukan Moque—serigala bersayap yang pernah membantunya saat latihan berburu tempo hari.Ketika Muhan benar-benar melewati garis perbatasan, pemuda itu mengulum senyum. Dia masih tidak menyangka akan kesempatan luar biasa ini. Sedari dulu, dia hanya akan berada di sisi hutan yang aman, mencari tanaman yang mampu digunakan sebagai obat-obatan, lalu membersihkan Perguruan sampai benar-benar bersih.Sekarang, dia telah menjadi Pasukan Pemburu Naga yang tersohor dan mengemban tugas besar. Kalau boleh jujur, dia sendiri tidak sabar untuk melihat Naga Neraka yang lain."Omong-omong," Muhan membuka suara, mendekatkan diri ke arah Panglima Gyeonggukdae yang baru itu. "Berarti kita akan melewati Mansil?""Hm, betul! Kau pasti sudah menghafal wilayah lainnya saat berlatih dengan Panglima Naegeumwi kan? Kita meman
Muhan keluar sebagai peringkat pertama.Kenyataan tersebut menghantam dada Shim Gyeong dengan begitu kuat dan memilukan. Sebab bagaimana bisa? Seorang pemuda yang kebetulan mempunyai Him setelah sekian lamanya dirundung, lalu dengan keberuntungan besar mampu memusnahkan Naga Neraka tanpa latihan bertahun-tahun lamanya, justru mendulang peringkat pertama? Hal yang selama ini sangat Shim Gyeong inginkan?Masih dikuasai oleh keterkejukan, Muhan menaiki panggung. Pemuda itu sendiri bisa merasakan tatapan tajam bercampur protes yang tertambat padanya tanpa ampun."Selamat, Muhan!" Raja memejamkan mata sejenak untuk menyalurkan doa kemakmuran atas pencapaian pemuda itu. "Kau adalah peringkat pertama yang lulus dengan evaluasi khusus.""Ka-kalau hamba boleh tau, apa itu evaluasi khusus, Yang Mulia?" tanya Muhan setengah berbisik selepas menerima Hopae miliknya.Raja tersenyum samar. "Kau mengalahkan satu Naga Neraka dan berhasil mendapatkan permatanya yang berguna untuk melindungi Wari, Muha