"Apa yang kau lakukan?" bentak raja mabuk saat dia merasakan ada satu pukulan ke bagian belakang kepalanya. Raja mabuk langsung menoleh dan ayunkan tangan kanannya, dan pukulan itu dia arahkan pada orang yang bersama dengan Arya.Plakkkkkk! Orang yang bersama dengan Arya dengan segera menepis pukulan tangan kanan raja mabuk. Dan terjadi benturan tenaga dalam di kedai penginapan itu."Kau! Apa yang kau lakukan disini?" kata raja mabuk pada orang yang datang bersama dengan Arya. "Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau bersantai-santai di saat aku bingung mencari keberadaan raja racun!" kata orang itu."Aku membantu orang di dekatmu itu," jawab raja mabuk menjadikan Arya jadi alasannya."Dia? Kenapa kalian bisa bertemu?" tanya lelaki itu."Kau tidak mungkin tahu apa yang sudah kami lalui, kami melewati perjalanan yang melelahkan," kata raja mabuk."Tunggu! Apa kalian saling mengenal?" tanya Arya."Dialah raja obat! Orang yang kita cari untuk obati rekanmu!" kata raja mabuk men
Arya meningalkan putri Yung Yen di kamarnya. Itu setelah Arya menekan racun agar tidak bergerak lagi. "Kek! Aku akan mencari ramuan obat untuk putri Yung! Aku tinggal disini!" Kata Arya permisi pada raja mabuk. "Silahkan saja anak muda! Kau tidak perlu takut, aku akan jaga rekanmu itu," kata raja mabuk yang menikmati arak di kedai penginapan itu. Arya angguk kepala. Arya yakin jika Raja mabuk pasti akan melakukan sesuatu jika terjadi sesuatu pada putri Yung Yen. "Pemuda ini memiliki sesuatu yang membuatku selalu penasaran padanya. Siapa sesungguhnya pemuda ini!" gumam raja mabuk yang menatap kepergian Arya. Arya keluar, dan berjalan di sekitar kota itu. Sampai Arya merasakan ada energi hitam yang dia rasakan. "Energi apa ini?" gumam Arya. Arya yang awalnya ingin mencari toko obat untuk membuat ramuan bagi putri Yung Yen malah ikuti energi hitam itu. "Energi itu berasal dari toko senjata ini?" gumam Arya. Arya mau tidak mau, karena penasaran masuk ke dalam toko senjata itu. "
Arya yang membawa putri Yung Yen saat ini masih meneruskan perjalanan. Dan kini mereka bertambah satu orang lagi, Raja mabuk orangnya. "Apa yang membuatmu ingin miliki pusaka pakaian dewa itu, anak muda?" tanya raja mabuk. "Sama seperti dirimu, kek. Aku ingin memiliki pertahanan diri," jawab Arya. "Pertahanan? Saat Pertarungan kita, aku merasa jika kau sudah memiliki pertahanan yang sangat kuat," kata raja mabuk. "Aku ingin lebih kuat lagi," ucap Arya. "Jangan terlalu memaksakan untuk memiliki sesuatu yang sangat sulit kau miliki anak muda, atau kau akan menyesal," kata raja mabuk. "Aku tidak memaksakan diri, kek. Tapi aku memang harus memiliki pusaka pakaian dewa itu," ucap Arya. "Baiklah! Aku ingin lihat sekuat apa nanti kau bertahan demi pusaka itu," kata raja mabuk pada Arya. "Aku pasti akan memiliki pusaka itu, harus!" kata Arya. "Hahahaha! "Akhirnya ada juga yang berani melewati jalan ini. Sungguh aku sial beberapa hari ini!" Seorang lelaki gempal dengan golok di pingg
Lelaki yang mendekati Arya berjalan uring-uringan dan seolah anggap tidak ada orang di sana. Haaaaaaaaaaa! Secara tiba-tiba dia bergerak dengan begitu cepat, menyerang Arya dengan serangan yang mengagetkan Arya. Plakkkkkk! Arya yang dari awal sudah rasakan energi dari lelaki itu jelas sudah waspada, dan menahan serangan lelaki tua itu dengan telapak tangannya. Utsssss! Wajah lelaki tua itu cukup terkejut merasakan hamtamannya seperti tertahan sebuah dinding besar. "Memiliki kemampuan juga kau bocah!" kata lelaki itu melakukan kembali serangan ke arah Arya. "Tahan, paman! Apa kita memiliki silang sengketa?" teriak Arya mencoba menahan agar lelaki itu tidak melanjutkan serangan. "Aku tidak butuh silang sengketa untuk hadapi dirimu, aku ingin bertarung denganmu, dengan jagoan-jagoan negeri ini," kata lelaki tua itu. "Jagoan negeri ini? Apa maksudnya?" gumam Arya. Tapi Arya tidak memiliki waktu yang banyak untuk memikirkan itu, serangan lelaki itu sudah datang dengan angin yang
Huahhhhhh!! Berkali-kali Arya membuka mulutnya karena menguap. Itu karena hampir satu malam Arya tidak tidur karena terus mendapatkan gangguan dari Putri Yung Yen. Sama seperti Arya, Putri Yung Yen juga terlihat jelas kekurangan istirahat, kurang tidur. Itu terlihat dari matanya yang sudah memerah. Arya maupun Putri Yung menjalankan kuda dengan sangat pelan. Seolah tidak ingin melanjutkan perjalanan menuju Utara."Kapan kita akan memasuki kota, Kak Arya?" tanya gadis itu."Kita mungkin tidak akan melewati kota, Adik Yung. Kita akan melewati lembah dan gunung," jawab Arya."Jadi kapan aku akan mandi?""Nanti saat kita menemukan sungai, kita akan bersihkan tubuh sekalian isi tempat minum yang sudah mulai kosong," jawab Arya."Satu lagi Kak Arya, di mana kita akan menemukan akar dewa itu?" tanya Putri Yung lagi."Dari kitab yang aku baca, akar dewa itu akan ditemukan di daerah yang lembab, daerah subur yang memungkinkan bagi akar dewa itu tumbuh," jawab Arya."Begitu ya!" kata gadis it
"kita akan bermalam disini adik Yung!" kata Arya saat mereka sampai di pinggiran sebuah hutan. "Disini? Apa tidak ada penginapan yang bisa kita sewa, kak Arya?" tanya putri Yung Yen. Gadis itu tidak menyangka jika hari pertama yang akan dia lewati adalah bermalam di tengah hutan. "Penginapan? Hahahahaha! Apa kau pikir dihutan ini ada penginapan, adik Yung?" ucap Arya. Wajah putri Yung Yen sedikit berubah rona karena akan tidur di tengah hutan. Hal yang belum pernah dia alami selama dia hidup. Arya segera hidupkan api unggun untuk hangatkan badan. Dan dengan segera putri Yung Yen juga mendekati api unggun yang Arya hidupkan. Selain hidupkan api unggun, Arya juga membakar seekor kelinci yang Arya dapatkan di pinggiran hutan itu. "Ini makanan kita malam ini, makanlah, atau kau akan kelaparan malam ini," kata Arya. Putri Yung Yen dengan terpaksa memakan apa yang diberikan oleh Arya. Tidak membantah sedikit pun. "Enak!" kata gadis itu. "Hahahaha! Tapi yang pastinya jauh lebih enak