LOGIN"Aku baik, hanya saja pertempuran ku dengan Black Cyborg terakhir kali menyisakan kerusakan yang cukup berat, aku tidak tau apakah aku masih akan mampu bertahan, tapi untungnya aku juga berhasil memberikan kerusakan fatal pada tubuh mesin monster gila itu. Harus ku akui, dia adalah lawan yang tangguh." Alex tersenyum getir membayangkan pertempuran besar yang nyaris menghapus keberadaannya.
"Jika saja makhluk terkutuk itu tidak menjebak tuan, dia dan anak buahnya pasti Bukan lawan tuan." Kata tristan dengan penuh emosi. "Tenang lah Tristan, yang terjadi sudah merupakan takdir. tapi aku tetap tidak akan terima begitu saja, jika aku bisa memulihkan keadaan ku, kita akan kembali "Tenang lah Tristan, yang terjadi sudah merupakan takdir, tapi aku tetap tidak akan terima begitu saja, jika aku bisa memulihkan keadaan ku, kita akan kembali ke planet Orion dan membalaskan dendam bangsa kita. Jika aku tidak bisa pulih, maka kalian harus tetap bersembunyi, jangan pernah mencoba balas dendam jika kalian tidak yakin dengan kekuatan kalian." Ucap Alex dengan suara berat, bahkan terdengar sedikit penyesalan dalam kata-katanya. Mendengar ucapan Tuan mereka, kedua orang itu hanya memasang wajah sedih, tampa mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tau, jika tuan mereka sudah menanggung beban yang amat sangat besar. Mereka tidak ingin menambahkan beban lagi, dengan mengucapkan sesuatu yang mungkin akan membuat tuan mereka lebih terpuruk. Sesaat kemudian, Pod yang mereka tumpangi sudah memasuki atmosfer bumi. "Pemberitahuan sistem, Megatrix akan menyiapkan pendaratan otomatis dalam 5, 4, 3, 2, 1... Wussshhh... pod itu melayang dengan tak terlihat, menuju sebuah bukit yang berada di pinggir kota Savana. Disisi lain. Axel tengah berjalan pulang dengan langkah gontai, lya terus-menerus memikirkan tentang kondisi ibunya. Saat hampir tiba di rumahnya, ia merasa ada angin kencang bertiup ke arahnya dari kejauhan, dia tersentak kaget lalu reflek berjongkok, seketika angin kencang itu bertiup di atasnya menuju bukit di belakang rumahnya. "Apa itu?" Pikir Axel penasaran. la yang penasaran, memberanikan diri berjalan ke arah angin itu bertiup. Dia sangat terkejut, saat melihat sebuah Bola Raksaka yang terpampang didepannya saat ini. Megatrix telah menonaktifkan mode transparan setelah pendaratan sukses, itu sebabnya Axel bisa melihat Pod bola itu. Axel yang masih belum sadar dari keterkejutannya, dengan penasaran berjalan mendekat, ia ingin melihat lebih dekat apa sebenarnya bola raksasa itu. Tiba-tiba, Axel kembali dikejutkan oleh pergerakan yang terjadi pada bola raksasa itu. seolah ada pintu yang terbuka dan samar-samar la bisa melihat, tiga cahaya biru terbang dari bola itu dan menuju ke arahnya, seketika Axel terkejut, ketakutan dan hendak berlari. Namun langkah kakinya terhenti, saat dua cahaya biru yang tadi berada di belakangnya, kini sudah berada tepat di depannya, sedangkan satu yang tersisa berada tepat di belakangnya, seolah mengunci pergerakannya, agar tidak bisa berlari. Jantung Axel berdegup kencang. la melihat, dua Cahaya didepannya perlahan meredup dan berubah menjadi sesosok pria dan wanita muda. "Si... siapa kalian." Tanya Axel dengan suara bergetar. Tiba-tiba terdengar suara, "Laporan sistem, Megatrix mendeteksi bahasa, menganalisis..., menterjemahkan..., sukses, bahasa terdeteksi. "Hại Tenang lah, kamu jangan takut. Kami bukan orang jahat." kata Lilian yang pertama berbicara. "Si... siapa kalian, Ma... makhluk apa?" Tanya Axel, masih terbata dan gemetar ketakutan. "Kami adalah bangsa Blue Light Spartan, kami berasal dari planet Orion, Galaksi Lioris. Planet kami berjarak 1,2 Miliar tahun cahaya dari planet ini." Lilian menjelaskan dengan singkat. Bersambung. . .Di seluruh dimensi, nama Axel telah menjadi legenda. Sang Penguasa Elemental, Ketua Aliansi Skays, dan makhluk terkuat di seluruh semesta. Ia yang berhasil menyatukan hampir seluruh kosmos, bukan dengan pasukan raksasa atau kekuatan tanpa batas, tapi dengan tim kecil yang setia: para istrinya. Cita-cita Axel kini terwujud. Orion pulih sepenuhnya, makmur, dan damai. Seluruh jagat raya merasakan ketenangan yang baru. Di Bima Sakti, peradaban level 11 menjulang, menjadi satu-satunya galaksi yang tak seorang pun makhluk asing berani ganggu. Nama besar Axel menggema di setiap sudut semesta, dari planet-planet kecil hingga inti galaksi yang paling jauh. Namun di tengah semua pujian dan kekaguman itu, Axel justru tertidur pulas di pangkuan Evelyn. Napasnya tenang, seolah dunia ini hanyalah lukisan indah yang tak perlu ia khawatirkan. Ginora mendekat, tersenyum lembut, dan mulai menciumi pipi Axel, mencoba membangunkannya dengan sentuhan kasih. Para istri lain hanya duduk di sekeliling, me
Hari itu di Planet Orion yang kini mengorbit dekat Bumi terasa hangat dan damai. Cahaya matahari memantul lembut di menara megah yang dibangun Axel untuk tinggal bersama para istri dan anak-anaknya. Burung-burung asing beterbangan di langit, menciptakan harmoni sempurna di antara taman-taman hijau dan kolam-kolam kristal yang menyegarkan mata. Olivia tengah berbaring di kamar melahirkan yang luas dan nyaman, dikelilingi oleh tim medis yang terdiri dari beberapa istri Axel yang memiliki keahlian penyembuhan. Axel duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan lembut, matanya berbinar menatap istrinya. “Olivia, semuanya akan baik-baik saja. Aku di sini,” bisik Axel sambil tersenyum menenangkan. Olivia menatap Axel, tersenyum lemah tapi penuh cinta. “Aku tahu, Axel. Anak kita… akan menjadi cahaya baru untuk dunia ini.” Di ruangan lain, Catherine juga tengah menahan kontraksi terakhirnya, sementara Vania yang paling cepat rentang kehamilannya, sudah memeluk bayi laki-laki mungil me
Kapal antariksa Axel menembus atmosfer Bumi dengan lembut, cahaya matahari memantul di kaca kabin, menyinari wajah para istri yang berseri-seri. Setelah perjalanan panjang menyeberangi galaksi, akhirnya mereka kembali ke rumah. “Ah… akhirnya,” desah Lilian sambil menatap hamparan tanah dan lautan biru yang familiar. “Bumi tidak pernah terlihat sebegitu indah.” Evelyn menepuk bahu Axel, tersenyum nakal. “Dan aku bisa menunggu untuk melihat reaksi semua orang saat kita muncul, terutama setelah cerita kita di Orion.” Catherine ikut bergumam, “Ini akan jadi sambutan yang meriah. Aku bisa merasakan tawa dan kehebohan dari jauh.” Olivia tersenyum sambil menatap Axel, “Kau sudah siap menghadapi keluarga dan teman-temanmu yang akan heboh melihat kita kembali?” Axel tersenyum tipis. “Tentu saja. Dan kali ini, aku ingin semuanya berjalan damai. Tidak ada pertempuran, hanya tawa dan pelukan.” Di landasan, Dilan dan Julia Skays, kedua orang tua Axel, sudah menunggu dengan senyum lebar. Wili
Setelah kemenangan besar di Orion, Axel menatap jendela kapal antariksa. Bintang-bintang berkilau di luar, dan medan tempur yang hancur kini hanya kenangan. Di sampingnya, para istrinya duduk santai, masing-masing menikmati momen tenang setelah pertempuran yang mengguncang semesta. Catherine tersenyum sambil menatap pemandangan luar, “Aku masih tidak percaya kita berhasil menaklukkan Black Cyborg dan Mega Void.” Suaranya tenang, tapi ada rasa bangga yang sulit disembunyikan. Olivia menepuk pundak Axel ringan, “Kau tidak boleh terlalu serius, sayang. Lihat kami semua, sehat dan utuh. Itu sudah kemenangan terbesar.” Lilian duduk di dekat jendela, kakinya menekuk di kursi, menatap bintang. “Aku senang akhirnya kita bisa pulang. Tidak ada lagi perang yang harus kita hadapi untuk sementara.” Evelyn mencondongkan badan ke Axel, menatapnya sambil tersenyum nakal. “Mau aku bilang sesuatu, sayang?” Axel mengangkat alis. “Apa itu?” “Selama perjalanan pulang ini, jangan pikirkan urusan bes
Orion sunyi. Setelah gelombang energi terakhir dari Final Fusion 16 dan serangan Ether Axel mereda, hanya tersisa reruntuhan dan debu kristal yang beterbangan pelan. Langit yang sebelumnya gelap oleh energi Mega Void kini perlahan menembus cahaya lembut, semburat aurora menghiasi cakrawala Orion, seolah semesta ikut bernapas lega. Axel berdiri di tengah medan yang hancur, pedang sucinya menunduk, tubuhnya masih memancarkan aura Ether yang menenangkan. Di sekelilingnya, fusion para istri berdiri selaras, energi mereka stabil, wajah-wajah mereka berseri meski lelah. Tidak ada lagi ancaman dari Mega Void. Seluruh wujud kehancuran yang pernah menguasai Orion kini lenyap, tersapu kombinasi kekuatan Ether dan fusion sempurna para istri Axel. Axel menutup matanya sejenak, merasakan pulsa energi planet. Orion bukan lagi dunia yang hancur; ia kini perlahan menyembuhkan dirinya sendiri. Gunung-gunung yang runtuh perlahan kembali berdiri, sungai-sungai beku mencair, pepohonan dan padang krista
Orion bergemuruh hebat, reruntuhan yang tersisa bergetar menahan gelombang energi dari pertempuran terakhir. Dari kegelapan terdalam muncul wujud terkuat Mega Void, tubuhnya berpendar aura kehancuran, setiap serat energi Void berputar liar. Mata makhluk itu berkilau merah pekat, menandakan niatnya untuk menelan seluruh Orion sekaligus. Di sisi lain, Axel berdiri tegak, seluruh energi Ether mengalir dalam tubuhnya. Di belakangnya, Final Fusion 16 istri bersiap, menyatu dalam harmoni energi, membentuk medan pertahanan dan ofensif yang luar biasa. Aura gabungan mereka memancar ke segala arah, menciptakan cahaya yang menantang kegelapan Mega Void. “Ini… pertarungan kita yang terakhir!” Axel berteriak, menyalurkan kekuatan Ether ke seluruh pedang sucinya. Pedang-pedang itu kembali berpendar, mengorbit tubuh Axel seperti cincin energi, siap menebas tiap serangan Void. Mega Void melesat, tubuhnya memancarkan gelombang kehancuran yang menghancurkan apapun di sekitarnya. Ledakan pertama men







