Share

Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda
Sang Penguasa Selatan : Ahli Pedang Ganda
Penulis: Yuexi

Bab 1 || Ryder Si pecundang

Musim panas yang begitu terik, dengan keringat bercucuran pria itu terus meronta agar dia di lepaskan.

"Kembalikan pedangku!" Pekik pria yang sedang dikepung oleh pria sebayanya.

"Ryder, kamu hanyalah seorang pecundang yang membuat malu desa kita." Seru pria yang mengambil pedang Ryder.

Ryder adalah seorang pria muda berusia 18 tahun yang tidak memiliki kekuatan sihir di Wilayah Selatan. Dari zaman dahulu Wilayah selatan selalu di anugrahi penyihir hebat, hingga pada bulan purnama ke sepuluh musim dingin seorang anak terlahir tanpa memiliki kekuatan sihir. Ryder merupakan cucu dari Alexiuz sang penyihir dan petarung legenda yang menyelamatkan wilayah selatan dari peperangan besar antar wilayah. Sikap tegas, baik dan bijaksana sang kakek membuat Ryder tenang dari keterpurukannya.

Wilayah selatan terkenal dengan pencetus generasi yang memiliki kekuatan sihir yang hebat, sedangkan di wilayah utara yang merupakan salah satu wilayah terbesar dengan penduduk manusia tanpa kekuatan sihir, bahkan di wilayah utara kelahiran seorang penyihir merupakan suatu hal yang langka di sana. Ryder tinggal bersama kakeknya sejak orang tua Ryder menyerah untuk membangkitkan kekuatan anaknya. Alexiuz menerima Ryder dengan kasih sayang yang melimpah, dengan itu Ryder bisa pandai berpedang.

"Apa yang kalian lakukan!!" Teriak Alexiuz.

Para pria muda itu segera membuang pedang Ryder dan meninggalkan gunung tempat latihan Ryder.

"Kakek, aku begitu memalukan hiks hiks." Tangis Ryder.

"Tenanglah, kamu masih bisa menjadi seorang petarung terkuat nanti." Tutur Alexiuz.

Alexiuz memeluk cucunya, kakek tua itu terus berpikir berapa banyak penghinaan yang harus di terima Ryder agar membuat dirinya memiliki kekuatan. Sang kakek Alexiuz membantu Ryder berjalan kembali ke rumah, hutan kecil itu sebagai rumah mereka berdua. Meski Ryder selalu meminta Alexiuz untuk membangkitkan kekuatannya tapi tak ada yang bisa dilakukan kakek tua itu, yang penting bagi Alexiuz adalah dia bersyukur Ryder sama sekali tidak mempertanyakan tentang alasan dirinya tidak memiliki kekuatan.

Pagi menyingsing, Ryder mengangkat kapak perak besar dan membelah batang kayu yang telah dikumpulkannya dari hutan. Kayu bakar itu di gunakan untuk perapian saat malam tiba, sang kakek tidak kuat dengan hawa dingin karena usianya telah sangat tua. Tiba-tiba ada sebuah asap yang hitam yang mengepul di bagian utara hutan, dengan cepat Ryder berlari ke arah asap tersebut. Ternyata para murid sekolah sihir sedang melakukan praktek belajar sihir api.

"Andai saja aku bisa seperti mereka." Lirih Ryder.

Pria itu kembali ke rumahnya dengan perasaan sedih, dari sekian banyak orang mengapa hanya Ryder yang terpilih mendapatkan nasib buruk.

Alexiuz menggunakan kekuatannya untuk membuat api, terkadang Ryder merapalkan mantra yang di bacanya untuk mengeluarkan api, namun nihil tak ada yang energi sihir yang muncul. Dengan langkah pelan sang kakek memberika sebuah pedang pada Ryder. Cucunya tersenyum tipis, dan mengeluarkan pedang itu dari sabuknya. Alexiuz duduk dengan kaki menyilang, melihat latihan Ryder.

Ayunan pedang Ryder semakin lincah, semilir angin membuat dedaunan jatuh tercabik-cabik oleh pedang Ryder. Tak heran jika Ryder menjadi seorang ahli pedang karena Alexiuz seorang petarung yang melatih Ryder untuk menjadi kesatria.

"Lakukan sekali lagi." Teriak Alexiuz.

Ryder mengangguk, badannya berputar dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan yang luar biasa. Alexiuz tersenyum dalam hati, melihat cucunya yang telah mahir berpedang. Ryder membungkuk dan memasukkan pedangnya kembali.

"Kakek, biasakah aku libur latihan besok?" Tanya Ryder.

Keringat Ryder bercucuran, nafasnya yang tersengal-sengal. Alexiuz menatap Ryder sendu, cucunya telah beranjak dewasa.

"Tidak." Tegas Alexiuz.

"Apa? Kenapa kek?" Tanya Ryder bingung.

Ryder berlutut di depan kakeknya, alexiuz menepuk pundak Ryder dan tersenyum. Melihat ekspresi kakeknya, Ryder menjadi bungkam dan masuk ke rumah meninggalkan kakeknya di luar.

"Maaf kakek." Lirih Ryder.

Saat Ryder memasuki rumahnya, tiba-tiba sosok baju hitam menerjang sang kakek membuat Ryder dengan cepat berlari menuju kakeknya. Alexiuz sedang tidak baik-baik saja, luka dalam dirinya sudah sangat parah akibat penggunaan sihir berskala besar saat peperangan dahulu. Sosok hitam besar menerjang Alexiuz, karena terkejut Alexiuz tidak mampu mengeluarkan kekuatannya. Sosok hitam itu dengan kejam, menusuk leher Alexiuz dengan sadis hingga terpisah dari badannya. Ryder yang terlambat datang menyelamatkan kakeknya, seketika terdiam membatu dunianya seakan runtuh. Bayangan sang kakek yang tersenyum tadi membuat kepalanya panas karena emosi. Sosok hitam itu berlari ke arah Ryder, tendangan yang begitu kuat membuat Ryder berlutut di tanah yang bersimpah darah. Ryder mengepalkan tangannya lalu menghunuskan pedang ke aras sosok hitam itu.

"Biadab, matilah kamu!!" Pekik Ryder.

Sosok hitam itu menghilang seketika, tangan Ryder gemetar dengan hebat. Tak menyangka bahwa senyum terakhir sang kakek membuatnya menyesali perbuatannya tadi.

Melihat kakeknya yang terkulai lemah tak bernafas, Ryder segera berlari mencari bantuan. Kaki Ryder terluka parah karena berlari begitu cepat ke rumah sang tetua desa.

"Cepat tolong kakek, ku mohon!!" Teriak Ryder.

Tetua menatap Ryder yang bersimpah darah, dengan cepat Tetua berlari bersama Ryder menuju hutan.

"Alexiuz." Seru Tetua.

Melihat bagian kepala Alexiuz yang terpisah, membuat Tetua terdiam dan meraung dengan keras. Ryder ikut menangis di samping tetua, lalu memeluk jasad kakeknya.

"Berhentilah menangis, biar aku yang mengurus pemakamannya besok." Tutur Tetua datar.

Ryder tak menjawab sama sekali, matanya masih terpaku pada kakeknya yang tertidur lelap.

Keesokan harinya, pemakaman sang kakek berlangsung khidmat. Seluruh penduduk desa mengahdiri pemakamakan itu, orang tua Ryder memeluk batu penanda pemakan dan menangis dengan keras. Ryder melangkah pergi, perasaannya begitu hancur. Tak ada lagi orang yang menjadi tempatnya berlatih dan berkelih kesah.

"Kakek, dunia ini begitu kejam, mengapa kamu meninggalkanku sendiri." Isak Ryder.

Beberapa minggu kemudian, Ryder masih tinggal di dalam hutan sendirian. Ryder sama sekali tidak peduli dengan orang tuanya yang memintanya untuk tinggal bersama mereka. Ryder mengisi hari-harinya dengan berlatih pedang, seperti arahan sang kakek dulu. Saat dalam perjalanan pulang dari tempat latihan, Ryder bertemu dengan Zane sang penyihir muda yang memiliki bakat luar biasa. Zane sengaja menahan Ryder dan mengajaknya berbicara.

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Ryder.

"Aku bisa membuatmu mendapatkan kekuatan sihir." Jawab Zane.

"Aku tidak percaya, enyahlah dari sini." Teriak Ryder.

Zane menepuk pundak Ryder, lalu mengambil telapak tangan menunjukkan sebuah lambang sihir emas di telapak tangan Ryder. Dengan cepat Ryder menarik tangannya tak percaya, baru kali ini simbol sihir ada di telapak tangannya. Ryder menatap Zane dengan mata berbinar.

"Aku percaya, kamu lihat tadi... Ada lambang sihir. Aku ingin kekuatan sihirku bangkit, bantulah aku." Seru Ryder antusias.

Zane tersenyum tipis dan membisikkan Ryder sesuatu, dengan cepat Ryder pergi meninggalkan Zane sambil bersenandung senang.

"Tamatlah riwayatmu Ryder si pecundang." Gumam Zane.

Ryder berdiri di tengah hutan, menunggu Zane datang untuk bertemu. Satu jam kemudian, Zane datang dengan seorang wanita muda yang memiliki paras begitu cantik.

"Baik, kontrak darah akan di lakukan sekarang, kemarilah Ryder dan Natalia." Sahut Zane.

Ryder masih menatap wanita yang bernama Natalia itu, Zane merapalkan mantra dan menggoreskan dengan pisau kecil pada telapak tangan Ryder dan Natalia membuat darah mereka bercampur di tanah. Zane menggunakan sihir air untuk menggerakkan darah mereka, lalu menggunakan sihir cahaya seperti sambaran kilat dan melenyapkan darah yang tergabung di tanah tadi. Ryder menatap Zane begitu takjub, baru kali ini Ryder melihat kontrak darah secara langsung.

"Selesai, agar tidak ketahuan kita berpisah disini dan kembalilah ke rumah masing-masing. Owh iya Ryder, tunggulah dalam seminggu kekuatanmu akan muncul." Terang Zane lalu pergi bersama Natalia.

Ryder menatap tangannya yang mengeluarkan darah, dia begitu senang karena impiannya memiliki kekuatan sihir sebentar lagi menjadi kenyataan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status