Share

Dua

Author: Dewanu
last update Last Updated: 2024-01-03 10:43:35

Jono melihatnya sekilas.

Dari penglihatannya yang tak sempurna itu, dia juga melihat dua tiket bioskop.

"Ooh, baik. Masukkan kembali tiket tersebut dan uang yang kau temukan lagi," perintah Jono kemudian.

"Baik, Pak," ucap Laila hormat.

Di sisi lain, Pak Burhan menunggu di ruang tamu, dan tak lama kemudian Laila keluar dengan membawa dompet tersebut.

"Ini Pak, dompetnya," ujar Laila sambil menyerahkan dompet Winda pada Pak Burhan.

Pria itu pergi dan Jono sebenarnya sedang melihat dengan seksama pria yang tempo hari mengatakan semua hal tentang ayahnya.

Antara percaya dan tidak percaya, Jono akhirnya memutuskan untuk memercayai pria itu.

"Laila, bisakah kau memanggil Pak Burhan untukku?" kata Jono setelah Pak Burhan pergi. "Katakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadanya."

Laila mengangguk dan segera berlari ke arah Pak Burhan. Pria itu melihat Laila yang berlari ke arahnya akhirnya urung menyalakan kendaraannya.

Tak lama kemudian, Jono berjalan pelan seperti orang yang benar-benar tidak bisa melihat seperti biasa, meskipun sebenarnya ia mulai bisa melihat warna hitam putih dan terkadang sedikit warna kekuningan. Ia bisa melihat siluet tubuh pak Burhan dan juga Laila meskipun tanpa wajah, ia sangat bersyukur sekarang.

Setelah Laila pergi untuk melanjutkan pekerjaannya, Jono dan Pak Burhan berbincang-bincang.

"Pak Burhan, apakah apa yang bapak katakan bukalah sesuatu yang berlebihan? Saya merasa semua itu hanya cerita yang tidak bisa dipercaya. Orang seperti saya yang sedari kecil hidup tanpa sanak keluarga, dan kenapa setelah usia saya setua ini, ada orang yang mengaku-ngaku keluargaku?"

"Saya tidak mungkin berbohong, Pak. Bahkan saya segera akan mempertemukan anda dengan Pak Jovan jika anda sudah siap. Pak Jovan hanya berpesan kalau dia sudah sangat ingin bertemu dan meminta maaf sebesar-besarnya atas yang terjadi selama ini," katanya.

Hati Jono mulai tersentuh dan sedikit percaya itu bukan cerita dongeng.

Sesungguhnya kehidupan pahit yang dialaminya selama ini membuatnya sering berpikir betapa kejamnya kedua orang tuanya yang telah membuatnya terlantar dan terbuang.

Namun dengan ucapan itu, hatinya tersentuh dan merasa iapun juga membutuhkan pengakuan yang tulus dari seorang ayah.

Ya, bahkan hanya pengakuan saja hatinya merasa sejuk dan berdebar.

Ia pun mulai menitikkan air matanya karena merasa sedih.

Sama halnya pak Burhan, pria tua itu menitikkan air matanya karena terharu.

"Tunggu, bisakah semua itu dirahasiakan dahulu sampai aku merasa siap? Aku harus melakukan sesuatu untuk hidupku yang sudah berantakan ini! Apakah kamu mengerti?" kata Jono memohon supaya Pak Burhan tidak terburu-buru.

Pria itu tersenyum dan memaklumi kondisi Jono yang masih shock dengan berita yang diterimanya.

Setelah Pak Burhan pergi, Jono kemudian masuk ke rumahnya dan iapun duduk di kursi makan.

"Maaf Pak, masakan sudah siap dan juga obat sudah disiapkan seperti biasa. Sore saya akan datang lagi, dan memasak untuk bapak," ujarnya.

"Baik, terima kasih Laila," jawab Jono singkat.

Laila pulang dan Jono menikmati makan siang dengan baik. Akan tetapi, ia menunda meminum obat untuk mengurangi rasa kantuk yang sering melandanya jika dia sedang mengonsumsi obat.

Ia berencana berkeliling sekitar rumahnya yang terletak di sebuah paviliun milik Desta.

Ia lalu berkeliling di sana dan menikmati pemandangan yang indah di sana.merasa kagum meskipun tak bisa melihat dengan jelas.

"Ini sungguh keajaiban. Aku bisa bersyukur karena terlepas dari penjara hidupku. Sebuah nikmat yang tak pernah aku sadari selama ini," lirihnya sambil merentangkan tangannya menatap langit yang membentang luas.

Ia pun mulai menikmati kesendirian dan memikirkan apa yang terjadi padanya. Ia merasa Winda telah berubah dan itu mengganggunya.

"Apa yang harus kulakukan pada Winda dan Desta?"

Jono termenung. Hanya karena ia tidak bisa melihat dengan matanya, istrinya tega bermain-main di belakangnya.

Hanya karena ia hidup dalam kemiskinan, teganya Winda menganggapnya lemah.

Jelas saja, Jono tidak akan tinggal diam. Dia akan membuat keduanya membayar pengkhianatan ini.

Namun, dia harus mengumpulkan bukti sebelum pembalasan dimulai!

"Benar juga, mereka memiliki dua tiket bioskop, seharusnya itu adalah bukti yang bisa menguak semua rahasia ini," katanya kemudian.

Jadi malam harinya, Jono memanggil taksi online diam-diam.

Ia memastikan tidak ada seorangpun yang tahu bahwa ia keluar rumah malam ini.

Jono lalu masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sesuai.

Dia harus tahu keberadaan kantor Desta dan dimana posisi bioskop yang akan mereka kunjungi. Maka iapun segera bergegas keluar rumah meskipun itu sulit baginya.

Bagaimanapun kondisinya masih belum sepenuhnya stabil dan penglihatannya masih buruk. Hanya saja rasa penasaran menguatkan tubuhnya untuk pergi.

Sebelum benar-benar gelap, Jono sampai di depan kantor Desta. Anehnya sesampainya di sana kondisi kantor tersebut sangat sepi. Iapun menemui seorang satpam yang ada di sana.

"Maaf, Pak. Apakah saya bisa ketemu Pak Desta sekarang?

"Bapak siapa?" tanya satpam itu.

"Saya kerabat jauhnya, Pak."

"Oh gitu, begini Pak, biasanya pak Desta sudah pulang lebih dulu sekitar pukul empat sore. Hari ini juga sudah pulang Pak."

"Uhmm, apakah dia sendiri?"

"Maksudnya?"

"Apakah pulang dengan pacarnya atau...."

"Tunggu, sepertinya memang akhir-akhir ini ada perempuan di mobilnya, tapi...," satpam itu menautkan alisnya, ia tak yakin siapa wanita yang bersama Desta karena kaca mobil yang gelap.

Jono tersenyum miris.

Jika satpam itu mengatakan kantor selalu tutup jam lima sore, kenapa Winda selalu pulang larut malam dan mengatakan kantor selalu lembur?

Ke mana lagi Winda setelah pulang dari bekerja selama ini?

****

Di sisi lain, seorang pria tua tengah menatap pada sebuah potret yang dikirimkan anak buahnya.

Dari sekilas pandang saja, ia bisa merasakan darahnya mengalir dalam diri pria bernama Jono itu.

Akan tetapi, perasaannya begitu campur aduk. Ternyata anak yang dicarinya selama ini, buta karena kecelakaan beberapa waktu lalu. Bahkan, istrinya berkhianat darinya.

Sebuah kabar yang sungguh menyayat hatinya sebagai seorang ayah.

Ia pun segera mengirim teks supaya anak buahnya mendekati Jono dan mebawanya kembali segera.

"Bagaimanapun keadaanmu, kau adalah putraku, Jono," katanya pelan seolah berbicara pada kertas di tangannya. Dia harus meminta Burhan untuk segera mempertemukan Jono dengannya!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pewaris Buta    TAMAT

    "Jonathan, bangunlah nak, sebaiknya kalian tidur di kamar kalian dan bukan di sini," bisik ibunya pelan sementara Jonathan masih belum penuh kesadarannya. "Ibu? Oh, tidak, aku ketiduran tadi." "Mana Mirna pengasuh kalian? Kenapa tidak ada di sini untuk menjaga mereka?" "Anu Bu, Ayah Mirna sakit keras sehingga ia harus ke rumah sakit." "Oh, begitu rupanya. Kalau begitu, bangunkan istrimu dan aku yang akan menjaga anak-anak malam ini." Jonathan sedikit malu, tapi tentu saja itu yang diharapkan. "Baik, Bu, aku akan membangunkan Meena terlebih dahulu." "Baik, bangunkan dia dan aku akan menyiapkan botol susu untuk anak-anak." Setelah ibunya pergi, Jonathan mendekati Meena yang terlelap sementara Juan masih menyusu di tubuhnya. Perlahan iapun mengusap puncak kepala Meena dengan lembut lalu menyentuh pipinya. "Sayang, kamu mau bangun apa enggak?" panggil Jonathan dengan terus membelai pipinya. "Hah? Eh, Jonathan?" "Iya, ini aku, suamimu." "Ya Tuhan, aku lupa. Aku hampir terkejut

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Empat Puluh

    Winda berjalan mendekati dengan jantung berdetak hebat. Rasa malu bercampur marah seorang membayang di wajahnya. Akan tetapi ini adalah akhir dari perjalanan yang harus ia lakukan. Setelah semua ini, ia akan pergi menjauh dari pria pujaannya ini. Meena melihat wajah Winda yang tertunduk dalam membuatnya kasihan. "Winda..." "Selamat atas pernikahan kalian, Meena. Semoga kalian bahagia." Jonathan hanya diam melihatnya sementara Hanah melihatnya dengan wajah kesal. "Kamu tau sekarang, seorang lelaki itu tidak akan memaafkan perempuan yang berselingkuh, apa kamu mengerti sekarang?" Hanah berbicara blak-blakan, membuat Winda semakin sedih. "Maafkan aku atas semuanya. Aku sungguh minta maaf," wajah Winda kemerahan menahan air mata. Jonathan berharap penyesalan itu memang benar-benar ada pada wanita ini.Setelah mengatakannya Winda kemudian membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.Meena sedikit merasa bersalah atas kejadian itu. Iapun tak mengira akan seperti ini akhirnya."Aku mer

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Indriana menerimanya, akan tetapi telapak tangannya sudah penuh keringat dingin. Ia merasa inilah yang ia butuhkan selama ini. Sebuah bukti nyata yang bisa mengembalikan ingatannya pada masa itu. Jonathan membiarkan Indriana dalam pikirannya sendiri. Ia terus mencoba banyak hal untuk membantu Indriana pulih. Wanita itu terus membuka album dan melihat apa yang ada di sana. Entah mengapa dadanya bergemuruh hebat saat melihat wajahnya berada di setiap lembar foto di sana. "Aku tak menyangka memiliki kenangan yang begitu indah seperti ini." Indriana melihat sendiri betapa indah senyum yang ia miliki dahulu. Senyum seorang wanita yang penuh kebahagiaan. Pada foto pernikahan itu iapun bisa menyaksikan tatapan matanya yang mencintai Jovan. "Ini adalah pernikahan kita?" tanya Indriana takjub. Jovan hampir menitikkan air matanya karena sangat sedih saat ini. Semua kebahagiaan yang pernah mereka miliki bersama menghilang begitu cepat. Karena tiga bulan setelah itu Indriana meng

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Delapan

    Meena terpaksa mencobanya karena permintaan Indriana dan cincin itu sangat pas di jarinya. "Itu sangat pas sama kamu, Meena." Meena mengedikkan bahunya, ia masih tak mengerti. "Kalau begitu, aku akan menikahimu saja, apakah kamu bersedia?" Meena melotot tajam, jadi benar Jonathan sedang bermain-main? "Jonathan, apa maksudmu?" "Ayah, ibu... sebenarnya wanita itu adalah Meena. Wanita yang kusukai adalah Meena, dan sekarang aku ingin mendengar jawaban dari Meena." Indriana lebih terkejut lagi, ia tak menyangka Meena adalah gadis yang dimaksud Jonathan. "Kamu Serius?" "Tentu saja aku serius, Bu. Aku tau Meena adalah yang terbaik untukku dan juga untuk Juan. Apakah menurut ibu tidak seperti itu?" Indriana menatap Meena tak bisa menahan untuk tersenyum. Tentu saja itulah yang ia harapkan selama ini. "Aku sudah pernah menjodohkan kalian dahulu, tapi kalian tidak menuruti keinginan ibu, hah?" Ya, Jonathan juga ingat waktu itu dirinya menolak mentah-mentah tawaran ibuny

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Jovan mendengarkan dengan serius, dia tidak mengerti siapa wanita itu kali ini. "Kalau begitu, perkenalkan dia pada ayahmu ini, ayah senang mendengarnya, Juan membutuhkan seorang ibu, seharusnya kalian cepat menikah saja." Jonathan tersenyum, tidak sulit mendapatkan persetujuan semacam ini bukan? "Lalu bagaimana dengan ibu? Apakah ibu setuju kalau aku cepat menikah?" Indriana terdiam, ia tidak terlihat antusias. "Aku tidak yakin wanita seperti apa lagi yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu. Tapi aku sudah kehabisan kata-kata untuk membuatmu sadar." Jawaban ibunya membuat Jonathan tidak puas samasekali. "Ibu tidak setuju aku menikah lagi?" "Bukan begitu, Jonathan. Ibu hanya ingin mengenal wanita seperti apakah dia itu. Ibu tentu saja merasa kuatir dengan kisahmu dalam menjalani rumah tangga. Ibu takut kamu terluka lagi." "Ibu, aku tidak seperti ayahku,.dia hanya setia dengan satu wanita saja, bukankah begitu, Ayah?" Jovan dan Indriana tertawa kecil dan sedikit t

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Enam

    Tentu saja itu sangat penting, apakah kamu tidak berniat memberi tau? batin Meena, ia tetap diam tidak mengatakan apapun. "Terserah, kalau menurutmu penting, suatu saat kau pasti akan memberi tau padaku. Tapi sebenarnya... ini cukup berlebihan, aku bahkan tidak berharap kau bertindak sejauh ini. Bagiku, sudah cukup jika kamu mencintaiku." "Kenapa aku merasa wanita tidak seperti itu, Meena? Winda dulu juga begitu, tapi ternyata..." "Lihatlah, kamu masih juga membawa-bawa masa lalu. Aku berharap menjadi wanita yang cukup pintar sehingga tidak terlalu menunggu dan menuntut pemberian seorang laki-laki. Akan tetapi sebenarnya banyak juga kejadian wanita jadi besar kepala kalau sudah menghasilkan uang sendiri. Apakah kamu tidak takut aku menjadi seperti itu?" Jonathan hanya tersenyum tipis dan melangkah pergi, "Lakukan dan tunjukkan sifat aslimu secepat mungkin, Meena. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengerti dan memutuskan apakah aku bisa bertahan atau tidak, seperti yang sudah lewat

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Lima

    Ruangan itu sungguh diluar ekspektasinya. Bisa dibilang ruangan yang ditata begitu estetik dengan berbagai macam peralatan mewah. Ada satu meja besar dengan berbagai macam peralatan dan juga manekin dalam berbagai pose. Ada dua buah perangkat laptop dan juga monitor dinding yang besar. Meena bahkan tidak tau kapan ruangan ini di desain dan diubah menjadi seperti ini. "Apakah ini sungguh ruangan milikku?" Meena berbicara sendiri. "Tentu saja, ini adalah hadiah dariku. Kamu suka?" "Tapi... kenapa kau memberikan hadiah semahal ini? Aku...." "Apa yang harus ku berikan untuk wanita yang begitu spesial di hatiku? Aku juga tidak tau apakah ini cukup spesial. Selain itu... kau mungkin sangat kesal kepadaku akhir-akhir ini." "Jadi maksudmu?' "Kamu tidak akan melihatku dari sini, kau bisa fokus bekerja. Haruskah aku membuat area bermain untuk anak kita?" Meena tentu saja sangat terperangah, "Jangan keterlaluan, apa yang akan mereka katakan nantinya?" "Jangan perdulikan merek

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Empat

    Meena menghempaskan dirinya di pembaringan. Ia teringat dengan bagaimana Jonathan bersikeras untuk menikahinya. Egonya setinggi ini untuk menolak tawaran yang dulu begitu ia inginkan. "Aku merasa sangat marah, aku juga bingung harus bagaimana," lirihnya mematut dirinya di cermin. Wajahnya... ia teringat dengan Laila yang begitu dicintai Jonathan. Ia sedikit terganggu karena bisa jadi Jonathan hanya ingin mengabadikan wajahnya demi Laila di sisinya. "Kenapa semua ini membuatku semakin bodoh dan takut?" gumamnya lagi. Adapun Jonathan melakukan hal yang sama di kamarnya. Ia melihat dirinya di cermin dan berkata, "Aku ingin tau dan penasaran, apakah kamu hanya mengoleksi banyak sekali fotoku tanpa tujuan? Seharusnya kau menerimaku karena aku yakin kau membutuhkanku," ujarnya pelan. "Tapi baiklah, kita lihat nanti apa yang akan kau lakukan," ujarnya kemudian. Keesokan harinya Jonathan berangkat bekerja tanpa menjemput Meena. Pria itu bahkan tidak menjenguk Juan pagi ini. "J

  • Sang Pewaris Buta    Seratus Tiga Puluh Tiga

    "Kau masih tak mengerti? Aku bilang aku akan menjalani hidup ini bersamamu sampai akhir, kenapa kau masih berkeras menolakku?" "Tapi Jonathan..." "Kau menyukaiku, aku ingat sekarang bahwa Wiliam pernah mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Sayangnya aku tidak pernah memikirkannya." Meena sedikit terkejut. Ia tak menyangka Wiliam mengatakan hal bodoh semacam itu pada Jonathan. "Maafkan aku karena keadaan tidak memungkinkan bagiku pada waktu itu. Kau tau aku menyimpan rasa bersalah karena Laila juga tidak pernah mendapatkan cinta dariku saat dia menjadi istriku. Aku hanya seorang lelaki dingin dan bodoh." "Aku membuatnya menderita dan pergi dari rumahku, sehingga dia sangat terpuruk sendirian." "Jadi kau menikah karena penyesalan?" tanya Meena penasaran. "Begitulah, dia sebenarnya menyukaiku sebelum ingatannya hilang," ujarnya. "Tapi pada akhirnya saat dia menemukan cinta itu, semuanya sudah terlambat." Meena terdiam memikirkannya, akan tetapi hatinya masih dipenuhi ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status