Share

Bab 8

Author: Benjamin
”Sudah waktunya bagimu, Daffa Halim, untuk meninggalkan kehidupanmu yang lama dan menerima posisimu sebagai pewaris Konsorsium Halim.”

Daffa kesulitan untuk memahami perkataan kakeknya itu. Dia masih belum selesai mencerna kenyataan tentang identitas kedua orang tuanya, tapi kakeknya malah melemparkan bom lain padanya. Dia bertanya-tanya berapa kali lagi dia harus merasa terkejut sebelum dia bisa istirahat.

“Pewaris Konsorsium Halim?” tanya Daffa.

“Iya, kamu adalah pewaris Konsorsium Halim,” jawab kakek Daffa.

Daffa terkejut sekali lagi. Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, dia langsung memahami apa itu konsorsium. Dapat dikatakan bahwa siapa pun yang mengaku memiliki konsorsium adalah orang yang sangat kaya!

Apa itu konsorsium? Seseorang baru bisa dikatakan memiliki konsorsium jika dia memiliki lebih dari 50% saham di semua bisnis afiliasi yang terlibat!

Daffa menatap kakeknya dengan tatapan yang berbeda. Itu sudah cukup menjelaskan mengapa semua hal di sini sangat mewah dan kenapa pelayan kakeknya bisa mengendarai mobil semahal Rolls-Royce.

Namun, ada satu hal yang aneh dari perkataan kakeknya. Bahkan jika dia memang benar pewaris dari Konsorsium Halim, kenapa dia tidak pernah mendengar perusahaan apa pun yang menggunakan nama Halim? Walaupun dia miskin, bukan berarti dia tidak menyadari hal itu. Dia mengetahui banyak perusahaan ternama di dunia juga beberapa konsorsium terkemuka. Bahkan, ayah Dilan Handoko merupakan pemilik restoran bintang lima di daerahnya.

“Kakek, kamu bilang aku pewaris Konsorsium Halim?” tanya Daffa.

“Iya, benar,” jawab kakeknya.

“Namun, kenapa aku tidak pernah mendengar satu pun perusahaan yang menggunakan nama Halim? Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, aku sudah melakukan banyak riset mengenai perusahaan-perusahaan terkemuka dan tidak pernah melihat perusahaan dengan nama Halim.”

Kakek itu menghela nafas ketika mendengar pertanyaan cucunya. Namun, dia tidak menyalahkannya. Itu sudah diduga, karena hanya pewaris dari Konsorsium Halim yang tahu kekuasaan dan kekayaan yang mereka atur.

Kakeknya tidak menjawab pertanyaannya. Dia malah berdiri dan berjalan ke arah meja mahoni tempat beberapa dokumen berserakan. Dia mengambil dua dokumen dan berjalan kembali ke kursi tempat dia duduk sebelumnya. Dia menyerahkan dokumen itu pada Daffa sebelum berbicara.

“Semua perusahaan yang terdaftar di sana merupakan bagian dari Konsorsium Halim. Aku memiliki lebih dari 90% saham di setiap perusahaan tersebut. Sebagai mahasiswa Manajemen Bisnis, kamu seharusnya mengenal kebanyakan, kalau tidak semua perusahaan itu.”

Daffa menatap kakeknya dengan singkat sebelum mengalihkan pandangannya ke dokumen di tangannya. Namun, belum satu detik berlalu, mulut Daffa langsung menganga.

Dia benar-benar terperangah!

Dia kira tidak akan ada lagi hal yang membuatnya terkejut, tapi yang sedang dia lihat sangat mengejutkannya.

Dalam dokumen tersebut, terdapat beberapa perusahaan ternama di seluruh dunia, dengan perusahaan yang paling rendah berada di peringkat ke-70 di seluruh dunia, dan keuntungan tahunan mereka.

PT Groove berada di peringkat ke-17 di seluruh dunia dengan keuntungan tahunan sebesar 4,5 kuadriliun rupiah!

Daffa tidak tahu platform siaran langsung tempat kencan makan malam mantan pacarnya dengan Dilan ditayangkan ternyata merupakan milik keluarganya.

PT Nix berada di peringkat tujuh di seluruh dunia dengan keuntungan tahunan sebesar sembilan kuadriliun rupiah! Itu dua kali lipat keuntungan yang PT Groove hasilkan!

Daffa mengetahui banyak hal mengenai PT Nix. Dia bahkan telah melakukan riset mengenainya di tahun kedua kuliahnya. Sebagai perusahaan terkemuka di bidang teknologi dan gawai elektrik, mereka merupakan perusahan global ternama. Peringkat mereka sudah menunjukkan kekayaan yang mereka hasilkan. Mereka juga merupakan perusahaan terkaya ke-10 di dunia, tapi dokumen ini mengatakan bahwa PT Nix juga merupakan bagian dari Konsorsium Halim!

Ada banyak bisnis ternama yang terdaftar di dokumen itu juga. Konsorsium Halim tidak hanya terdiri dari beberapa perusahaan.

Distrik-distrik kaya, toko-toko mewah yang diakui dunia, hotel-hotel bintang 10 bersertifikasi, serta beberapa tambang mineral dan sumur minyak, semuanya merupakan bagian dari Konsorsium Halim, dan Konsorsium Halim memiliki lebih dari 90% saham di masing-masing semua hal tersebut!

Daffa merasa kepalanya berputar ketika dia melihat keuntungan tahunan setiap bisnis yang terdaftar di dokumen tersebut. Yang benar saja, beberapa tambang minyak bahkan hampir menghasilkan 15 kuadriliun rupiah!

Daffa tiba-tiba berhenti melihat daftar tersebut. Dia berbalik pada kakeknya dan menanyakan pertanyaan yang sangat penting.

“Kakek, berapa kekayaan bersih dari Konsorsium Halim?”

Kakeknya tersenyum sebelum menjawab.

“Sudah lama sejak terakhir aku memeriksanya. Lagi pula, kekayaan bersihnya terus meningkat 10 kali lipat setiap harinya.”

Daffa mengangguk. Intinya, kakeknya mengatakan bahwa tidak ada gunanya menanyakan itu. Kekayaan mereka bisa dibilang tidak terbatas.

Kakek Daffa menyadari bahwa Daffa sudah selesai memeriksa dokumen yang dia berikan padanya. Dia berdeham dengan keras, menarik perhatian Daffa padanya. Ketika perhatian Daffa tertuju padanya, dia angkat bicara.

“Daffa, semua perusahaan itu sudah tidak lagi terdaftar dengan namaku.”

Mata Daffa terbelalak.

“Apa maksudnya itu, Kakek?” tanya Daffa gelisah.

“Tenanglah, Daffa. Semua perusahaan dan bisnis ini sebelumnya terdaftar dengan namaku, karena ayahmu yang seharusnya mewariskannya meninggal terlalu cepat. Sekarang, aku hanyalah seorang pria tua yang ingin beristirahat dan memerhatikan kesehatannya.”

Daffa terkejut sekali lagi.

“Apa maksudnya memerhatikan kesehatan? Kakek terlihat sangat sehat!”

Kakeknya menghela nafas lagi.

“Aku kelelahan, Daffa. Aku sudah menjadi kepala Konsorsium Halim selama lebih dari 40 tahun. Sekarang sudah waktunya bagimu untuk mengambil posisimu. Tidak ada alasan bagimu untuk mencoba mengubah pikiranku. Aku sudah memindahkan semua saham yang aku miliki di perusahaan-perusahaan itu dan mendaftarkannya di bawah namamu. Kamu sekarang memiliki 90% saham dari setiap perusahaan tersebut.”

Lidah Daffa seolah terikat. Semua hal ini terjadi begitu cepat. Namun, kakeknya terus berbicara.

“Aku tahu semua ini sangat tiba-tiba dan aku berharap aku bisa terus menjadi kepala sampai kamu siap menjadi kepala Konsorsium Halim, tapi kesehatanku melarangnya.”

Kakeknya bangkit dari kursi tempat dia duduk dan lanjut berbicara.

“Jangan khawatir. Aku sudah memberi tahu semua manajer dari bisnis-bisnis itu bahwa kamu adalah kepala baru dari Konsorsium Halim. Ketika kamu menyebutkan namamu pada mereka, mereka akan memperlakukanmu dengan hormat tertinggi.”

Daffa baru saja ingin angkat bicara, tapi kakeknya berbicara lebih dulu.

‘Daffa...’
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jumadi Nurdin
susah bayarx, ini pspua
goodnovel comment avatar
Suherman Syah
saya gk bsa bayar critanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 665

    Wanita itu menjelaskan, “Aku kehabisan uang dan mereka bilang mereka akan membayarku dengan bayaran yang tinggi untuk melakukan ini. Yang perlu kulakukan hanyalah membawa kamera ketika datang kemari.”Daffa mengernyit. “Bagaimana caranya kamu masuk kemari?” Nada bicaranya dingin. Penjelasan wanita itu tidak berarti apa-apa baginya.Wanita itu menelan ludah. “Aku tidak tahu. Mereka menyuruhku untuk meminum ramuan, setelah itu aku kehilangan kesadaranku. Ketika aku terbangun, aku sudah ada di sini.”Daffa mengernyit mendengarnya. Wanita itu berseru, “Tunggu! Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya!”Dia tahu Daffa tidak puas dengan jawabannya, tapi hanya itu yang dia ketahui. Dia menatap Daffa sambil menangis saat Daffa berkata, “Apakah kamu perlu berteriak padaku seperti itu?”Dia berkata dengan gemetar, “Maaf, a … aku tidak bermaksud.”Mata Daffa masih dingin, tapi dia melepaskan wanita itu. Akan tetapi, ini tidak membuat wanita itu tenang. Sebaliknya, wanita itu menegang da

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 664

    Bram menatap dia dengan tenang. “Mungkin kamu akan mempertimbangkan untuk memberitahuku kenapa kamu ada di sini jika kamu tidak ingin mati.”Pria itu tertawa terbahak-bahak. Daffa mengernyit dan berkata, “Bram, bawa dia pergi supaya kamu bisa menginterogasinya nanti.”Bram langsung mengulurkan tangannya untuk memegang pria itu—kecepatannya membuat mata Daffa berbinar. Seperti yang dia duga, Bram adalah ahli bela diri yang tampaknya lebih cakap dibandingkan semua orang yang ada di sana, termasuk Daffa. Ini membuat Daffa ingin bertarung dengannya, tapi ini tentunya bukan waktu yang tepat untuk itu. Dia berusaha sekeras mungkin untuk menahan keinginannya untuk menerkam Bram.Pada saat ini, Edward dan Briana muncul. Dari langkah kaki dan napas mereka, Daffa tahu mereka telah berlari sampai ke sini, membuatnya mengangkat sebelah alisnya. Dia menoleh untuk melihat ke arah pintu dan berkata, “Bram, tunggu sebentar.”Bram tidak tahu kenapa Daffa tiba-tiba menghentikannya, tapi dia melakuka

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 663

    Daffa menunjuk ke arah kamar mandi saat dia berbicara. “Kamu bisa periksa kamar mandinya jika kamu mau. Itu sama saja seperti kamar mandi lainnya. Tidak ada apa pun yang memungkinkan aku untuk mengunggah apa pun di internet.” Dia menatap Bram yang masih terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu. Sebagai ahli bela diri terbangkit, Daffa langsung tahu apa yang Bram pikirkan dan bibirnya pun berkedut. Daffa menatap Bram dengan tatapan tidak berdaya dan berkata, “Dengar, kamera-kamera itu tidak ada hubungannya denganku.”Bram langsung menghela napas lega. Daffa menahan keinginannya untuk memutar bola matanya dan berbalik untuk melihat wanita tadi sambil mengetukkan jari-jarinya di sandaran tangan sofa. Suasananya menjadi sangat tegang hingga Bram menundukkan kepalanya lagi, memandang lantai.Setelah beberapa detik, Daffa berujar, “Bram.” Itu membuat Bram merinding dan menundukkan kepalanya makin dalam. Bram tidak dapat membayangkan apa yang hendak Daffa katakan dan keringat membasahi ken

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 662

    Daffa mengangkat sebelah alisnya. Dia memegang leher wanita itu dan melemparkannya ke dalam bak mandi, membuatnya megap-megap karena dia berusaha bernapas. Daffa mengabaikannya, memakai celananya, dan meletakkan tangannya di kenop pintu. Di dalam benaknya, vila Keluarga Halim adalah tempat baginya untuk bersantai dan menjalani waktu yang damai, tapi tampaknya dia keliru. Dia membuka pintu untuk melihat Erin berdiri di sana dan bibirnya berkedut. “Kukira kamu akan menunggu di luar.” Dia tidak memakai atasan karena lemari pakaiannya ada di luar.Tentunya, Erin tidak menduga akan melihat Daffa seperti ini. Dia merona dan memalingkan diri dari Daffa, tapi tidak dapat berjalan pergi—rasanya seakan-akan kakinya dilem ke lantai. Namun, mungkin otaknya berhenti berfungsi dan tidak dapat menyuruh kakinya untuk bergerak. Bagaimanapun, Erin tidak pergi.Daffa tampak terkejut oleh itu, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia berjalan melewati Erin dan memasuki ruang gantinya, muncul ke

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 661

    Wanita itu tetap terdiam di tempatnya, terlihat terkejut. Daffa berniat untuk ikut berpura-pura seolah dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia sangat ingin menertawai akting wanita itu yang sangat buruk. Lagi pula, tidak ada pelayan Keluarga Halim yang akan mengenakan stoking setinggi paha saat bekerja. Namun, Daffa tahu dia harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Dia memasang ekspresi marah dan menggeram, “Aku jijik oleh keberadaanmu, jadi sebaiknya kamu menjauh dariku!”Mendengarnya, wajah wanita itu menjadi pucat. Daffa mengetukkan jemarinya ke tepi bak mandi, bertanya-tanya apakah dia terlalu kasar. Apakah wanita itu akan bisa melanjutkan aktingnya? Bibir Daffa berkedut saat dia memejamkan matanya dan berkata, “Ingat, jangan pakai apa pun selain seragam yang benar lain kali kamu bekerja … tidak peduli sebagus apa itu terlihat padamu.”Daffa merasakan kekejutan dan kesenangan wanita itu mendengar perkataan Daffa dan mendengar langkah kaki menghampirinya. Daffa m

  • Sang Pewaris Konsorsium   Bab 660

    Teivel membutuhkan tempat yang sunyi supaya tidak akan ada yang mengganggunya. Daffa menunggu hingga dia tidak dapat mendeteksi Teivel sebelum mendarat di tanah. Ketika dia melakukannya, orang-orang berjubah hitam itu perlahan membuka mata mereka dan tersadar kembali. Beberapa dari mereka mulai muntah-muntah ketika mereka melihat darah tikus dan potongan-potongan yang tersebar di sekitar mereka, tapi ini tidak memengaruhi Daffa.Dia bilang, “Maaf tidak sengaja mengetahui rahasia kalian seperti ini.” Orang-orang itu kembali tenang dan menatap Daffa. Daffa tersenyum dan berkata, “Kurasa ini adalah permasalahan yang perlu diselesaikan.”Pemimpin dari mereka melangkah maju untuk menghalangi yang lain dari pandangan Daffa dan berkata dengan pelan, “Semuanya bisa didiskusikan selama kamu tidak membiarkan Pak Teivel tahu tentang ini.”Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Sayangnya, dia sudah tahu.”Si pemimpin menjadi pucat mendengarnya, tapi amarah mulai menggelora di matanya. Namun, beber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status