Share

6. Fakta

Mohan pulang dengan rasa amarah yang luar biasa, bagaimana mungkin ia bisa kehilangan jejak Inka saat keluar dari cafe tadi. Mohan tak menghiraukan tatapan takut dari bi Mirna sang asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya.

Mohan melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

Cklek...

Amarah Mohan mendidih begitu membuka pintu kamarnya dan melihat tubuh seorang wanita yang nyaris telanjang. Wanita yang dengan santainya tidur di ranjang king size-nya hanya mengenakan pakaian dalam saja, belum lagi berpose seksi bak model majalah dewasa.

"Apa yang kau lakukan di sini!!!" bentak Mohan menggelegar.

Wanita itu bukannya takut malah tersenyum manis menyambut kedatangan Mohan. 

"Siapa yang mengizinkan mu menginjakkan kaki ke rumah ku!!" lagi Mohan membentak, rasanya amarahnya yang sejak tadi tak bisa ia tahan lagi.

"Bi Mirna!!!!!" teriakan Mohan kali ini yang memanggil nama bi Mirna pun sedikit membuat nyali wanita itu menciut.

Tak lama bi Mirna datang ke kamar Mohan dengan nafas ngos-ngosan, sepertinya bi Mirna lari terbirit-birit begitu mendengar teriakan sang majikan.

"Siapa yang mengizinkan wanita ini masuk ke rumah saya?" tanya Mohan kali ini dengan nada sedikit menurun seraya menatap bi Mirna yang menunduk ketakutan.

"Sa—saya tadi sudah melarang nyonya tuan, ta—tapi nyonya Dewi yang bersikeras tetap memaksa ingin masuk." jelas bi Mirna tergagap menjelaskannya.

Mohan mengusap kasar wajah tampannya dengan kedua tangannya, lalu ia menyuruh bi Mirna keluar setelah mendapatkan jawaban dari penjelasan bi Mirna tadi.

Mohan kembali menatap ke arah Dewi yang masih tetap pada posisinya tadi. Pose yang seharusnya menggugah para lelaki yang melihatnya saat ini, tetapi tidak untuk Mohan. Ia merasa ingin muntah saat ini juga menatap tubuh wanita yang telah tega mengkhianatinya.

"Aku merindukanmu." ucap Dewi seraya turun dari ranjang dengan gerakan yang sangat seksi.

Dengan santainya Dewi berjalan ke arah Mohan, tak memperdulikan dirinya yang saat ini hanya mengenakan pakaian dalam saja.

"Berhenti di situ!" tegas Mohan mencegah Dewi yang berjalan semakin dekat ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Dewi yang berhenti hanya sesaat, dan kembali melanjutkan langkahnya mendekati Mohan.

"Aku bilang berhenti Dewi!" teriak Mohan kehilangan kesabarannya.

Dewi tersenyum sinis. "Sungguh kau melarangku mendekati mu Mohan? apa kau tidak merindukan tubuh dan adegan kegiatan kita di ranjang, sayang?" 

Ucapan vulgar yang di lontarkan Dewi membuat mual Mohan. Kini Dewi sudah berdiri tepat di hadapan Mohan.

"Mohan...." Dewi sengaja sedikit mendesah saat menyebut nama Mohan seraya tangannya terulur ingin menyentuh pipi dan rahang pria itu.

Mohan langsung menipis kuat tangan Dewi yang hampir sedikit lagi menyentuh pipi dan rahangnya. 

"Shitttt! berani sekali kau ingin menyentuh ku sialan! Apa kau tidak punya malu, huh?" maki Mohan menghina Dewi.

Dewi bergeming masih dengan senyum sinisnya. "Kenapa aku harus malu? jika pria yang ku sentuh adalah suamiku sendiri." 

"Double shittt! Suami kau bilang, huh?" Mohan mencengkeram leher Dewi dengan satu tangannya.

"Suami apa yang kau maksud disini, hm? Apakah suami yang sudah menceraikan mu, huh, jawab!" bentak Mohan dengan amarah yang tak bisa terbendung lagi.

"Suami yang aku cintai, Mohan Alagra." 

"Cuiiihh," Mohan meludahi wajah Dewi.

"Apakah ketukan palu pak hakim di meja persidangan tak mampu menyadarkanmu dari kenyataan, huh?" ucap Mohan mengingatkan Dewi jika mereka sudah resmi bercerai.

"Aku tidak peduli itu! Bagiku, kita masih sah sebagai suami istri."

"Istri?" ulang Mohan mengejek. "Istri yang dengan tega berselingkuh di belakangku, istri yang melakukan hubungan intim di depan mataku bersama pria lain. Apakah itu pantas di sebut istri? Apakah kau pantas mendapatkan gelar sebagai istri, huh?" cengkeraman tangan Mohan di leher Dewi semakin kuat.

Hal ini membuat Dewi kesulitan untuk bicara, Dewi kesusahan ingin menjawab ucapan Mohan. Kedua tangan Dewi mencengkeram kuat tangan Mohan yang bebas, cengkeramannya mengingatkan Mohan akan tindakannya yang begitu menyakitkan Dewi.

Tapi Mohan tak peduli, rasa sakit, kecewa, amarah menjadi satu dan siap meledak di diri Mohan. Ia sangat tidak suka dengan kehadiran Dewi yang seperti hilang ingatan akan status hubungan mereka, maka dari itu ia perlu menyadarkan Dewi dari FAKTA yang sebenarnya.

Jika mereka bukanlah lagi suami-istri, melainkan mantan suami dan mantan istri.

"Dasar jalang sialan!" maki Mohan menatap jijik Dewi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status