Share

BAB4,PART4: Penari

“ nah gitu…udah coba lo kerjain dulu aja, kalo udah nanti panggil gw.”

Baru saj aku memulai lagi untuk belajar matematika, pintu kamarku sudah terbuka, dan terdengar suara jenar yang meminta bantuanku.

“mbaaaa…..” teriak Jenar

“kenapa dek?” tanyaku

“ajarin seni music,ini cara bikin not balok untuk piano gimana? Kan mba udah diajarin sama eyangti.”

“mmmm ….bentar ya dek, mba belajar matematika dulu.”

“aahhh mbaaa….nanti aku keburu ngantuk, ini aja aku udah mulai ngantuk nih lhooo…”bujur Jenar padaku

“haduuuhhh….sabaaarrrr….sabaaarrrrr….”ucapku pada diri sendiri.“ mbaaa….” Ucap Jenar sekali lagi dengan nada memelas.

“ iya dek iya…mana, emangnya kamu mau main piano pake lagu apa?”

“lagu yang waktu itu mba mainin sama eyangti aja.”

“memangnya kamu udah bisa?”

“ ya belom sih, Cuma kan ini di suruhnya bikin not balok dulu.”

“ya bikin not balok tapi kan kamu juga harus bisa main piano nya dek, nggak usah asal gitu lha… udah coba sekarang lagunya yang kamu bisa aja.”

“mmm yaudah aku bisa nih lagu klasik Beethoven yang waktu itu mba ajarin. Gimana cara bikin not baloknyaaaa…” ucap Jenar manja.

Dengan sabar, aku menomor duakan pelajaran ku sendiri, karena adikku meminta untuk di ajari bagaimana cara membuat not balok.

Usai mengajarkan seni music, kakak ku mas Rama kembali meminta ku untuk memeriksa pekerjaan rumahnya.

Ku tarik nafas dalam dalam, memikirkan nasib pelajaran mathematic untuk ulangan besok.

“mmmm udah nih mas, udah balance dua duanya.” ucapku

“ wiihhh yang bener lo?”

“ ya kalau menurut gw sih udah bener.”

“oke deh, gw mau belajar juga, besok ada ulangan bahasa Indonesia. Makasih ya B’tari…”

“mmmm iya sama sama.”

“ah belajar mathematic lagi laahh..” gumamku

“braaakkk…” bunyi suara pintu terbuka secara paksa

“ paan sih Balaram..”

“ eh maaf mbak, gw kirain tadi macet pintunya.”

“ ya emang macet pintunya, terus sekarang jadi rusak deh.”

“ iya maaf…”

“ngapain lo?”

“mba gw mau nanya tugas mathematic nih…pecahan sama trigonometri. Pusing nih gw ama rumusnya.” Ucap balarama

“eh lumayan, besok gw juga ulangan mathematika.” ujarku

“yaudah nih mumpung lo sekalian belajar juga kan.”

“ iya mana sini.”

Dari semua anak anak bapak dan ibuku, bisa di bilang hanya aku yang memiliki kecerdasan di atas rata rata. Bapak dan ibu ku sangat bangga padaku, karena aku selalu mengukir prestasi. Baik itu di pelajaran sekolah, di bidang seni music dan juga di bidang seni tari.

Aku selalu juara kelas sejak duduk di bangku sekolah dasar. Nilai rata rata ku di kelas selalu di atas 100. Ornag tua mana yang tak bangga pada anaknya yang selalu saja menempati posisi ranking 1 di kelasnya.

Setiap acara keluarga maupun acara family gathering yang di adakan oleh perusahaan bapak, aku selalu di gadang gadang oleh orang tuaku dengan berbagai macam keahlian yang ku miliki.

Tak hanya aku yang di gadang gadang, ke empat anak anak bapak juga memiliki keahlian dalam seni music. Misalnya saja, kakakku mas Rama, dia sangat suka sekali dengan drum.

Adikku Balarama, juga suka akan seni music, yakni Gitar, dan adikku Jenar, dia ingin sekali sepertiku. Baginya aku adalah role model.

Aku tak hanya jago dalam permainan music, aku juga jago dalam bernyanyi. Ini semua tak lain karena hasil besutan nenek dari bapak.

Ya selama ini, beliau lah yang selalu mengajariku tehnik bernyanyi, dan mengajarkan ku dalam tehnik memainkan berbagai macam alat music klasik sepeti piano dan biola.

Sungguh seorang anak yang sangat diidamkan oleh para orang tua bukan?

Memang itu hanyalah tampak dari luar saja kebanggaan yang di miliki oleh orang tuaku. Tapi kebebasan yang ku punya masih terbelenggu. Aku benar benar tidak bisa bermain, dari senin sampai sabtu aku masih saja harus belajar. Entah itu belajar pelajaran, belajar piano dan biola, lalu menari ballet, dan terakhir menari tarian tradisional

Dari pagi menjelang hingga malam menjelang, aku harus selalu mempelajari semuanya itu, hanya untuk memperlihatkan rasa bangga dan decak kagum pada semua orang tentang keahlianku ini.

Terkadang ada rasa lelah pada diriku karena selalu berusaha untuk membahagiakan semua orang. Mereka semua memang bahagia dengan adanya aku. Tapi bagaimana dengan kebahagiaan yang aku punya? Tak layakkah aku mendapatkan kebahagiaanku ini?

***

Hari senin, hari dimana yang tak ingin di temui oleh semua orang. Apalagi bagi orang orang yang sudah bekerja, mau tak mau mereka harus menghadapi hari senin ini.

Hari senin ini, dimana setiap sekolah selalu mengadakan upacara bendera. Kegiatan yang wajib dilakukan, dengan tujuan untuk menghargai dan menghormati jerih payah pahlawan.

Tanpa terkecuali sekolahku saat ini. Aku bersekolah di sekolah swasta katholik, sebelas IPS. Acara upacara bendera ini wajib di selenggarakan tanpa terkecuali.

Para murid berkumpul di lapangan. Mulai dari kelas X, sampai kelas XII. Para guru pun juga turut hadir dalam upacara bendera. Shari ini yang bertugas adalah kelas XII. Semua kelas

sudah di arahkan menjadi satu kesatuan barisan sesuai dengan kelasnya.

Aku berdiri di tengah tengah, karena kalau langsung berdiri di depan matahari, yang ada aku bukannya masuk kelas malah masuk UKS seharian.Karena memang aku ada riwayat penyakit jantung juga.

Hampir satu setengah jam, upacara ini berlangsung. Artinya, untuk jam pertama terpotong 1 jam juga dari jadwal. Jam pelajaran pertama untuk kelasku adalah akuntansi. Teman teman satu kelas agak sedikit bernafas lega, lantaran jam pertaa akuntansi yang agak sedikit membosankan ini menjadi 1 jam saja, dari yang seharusnya menjadi 2 jam.

jadi Sesuai dengan yang terjadwal hari ini, akan ada ulangan sejarah dan matematika. Hari yang cukup melelahkan, seluruh tenaga sudah ku curahkan dalam ulangan hari ini. Terlebih lagi ulangan matematika. Aku sudah pasrah akan hasilnya. Yang penting aku yakin bahwa apa yang sudah aku pelajari tadi malam tidak sia sia.

“kriiiinnnggg…” tanda bel istirahat sudah di deringkan ke seluruh antero sekolah.

Semua anak anak langsung berhamburan keluar kelas, melepas kepenatan.

“wuiiihhh susah banget ya tadi soal matematikanya.” Ujar maya, sahabat B’tari mulai dari duduk di bangku SMP

“ iya sih lumayan banget ya…”

“ hooh…susah banget, sampe ngga bisa nyontek nih aku. Mana soalnya beda beda lagi ya, kayaknya tuh guru sengaja banget biar kita nggak bisa saling contek.” Keluh Indah

“ah aku mah yakin banget lah ini B’tari pasti bisa banget ngerjainnya.”

“ hahhahaa kata siapa? Nggak kok, aku juga mah pasrah aja, syukur syukur kalo dapet 6.”

“yaaahh amiiinnnn…” ucap maya dan indah berbarengan

“makan yukk..” ajak maya

“mmmm aku nggak dulu deh, soalnya orang tuaku lagi dinas ke luar kota.” Ucapku

“ apaan sih b’tari masih kaku aja sama kita mah.”ajak Indah sembari menggandeng tanganku.

“ yah bukannya begitu, aku kan emang di kasih uang jajannya sedikit tau, Cuma 3000 rupiah aja, ini aja aku pulangnya jalan.” Ucpa B’tari

“ ah masa?” Tanya maya heran

“iyah…”

“atuh mah nanti gampang weee….nanti kamu aku anterin pulang nya…” ucap maya kembali

“nteu atuh may…nanti ngerepotin kamu.”

“ ngerepotin naon sih? Ngga neng geulis, kan kita searah. Kalo sama indah tuh baru, rumah dia mah nu jauh pisaaaannn ”

“yaudah kalo gitu, kalian makan aja,aku mau ngafalin sejarah. Kan abis ini ulangan sejarah.” Ucapku kembali

“eh iya yaa….abis ini ulangan sejarah,atuh kumaha eta..aku belom belajar…lupaaaa…” ujar Maya

“emang kamu lupa may, kalo hari ini ulangan sejarah?” tanyaku kembali

“iya lupa…emang bab berapa sih yang nanti keluar ulangan?

”hahhaa si maya beneran lupa? Kirain main main, kalo nggak salah teh, bab perang salib ya …” sambung Indah

“ aduuuhhhh itu kudu ngafalin tokoh tokoh sama tahunnya ….yaahh yaudah deh nggak usah makan, nanti aja makannya..barin deh laper.” Ujar Maya kembali

“ hahhahahhahaha Maya iihh lucu banget, udah sok atuh ngafalin bareng bareng di sini.” Ajakku

“ iya ah, aku belajar aja.”

kami bertiga pun lebih memilih untuk belajar sejarah, daripada jajan. Kami bertiga membentuk sebuah lingkaran dan kemudian menghafal bersama sama. Bahkan ada beberapa teman teman kami yang mengikuti kami belajar sejarah.

Akhirnya yang di tunggu tunggu pun tiba, ulangan sejarah bab perang salib. Banyak dari kami yang terkecoh akan soal yang di berikan oleh guru kami. Seperti lokasi tepatnya perang salib itu. Selain itu juga tahun tahunnya sempat membuat kami terkecoh.

Sejarah oh sejarah…,pelajaran yang berisi tahun demi tahun, peristiwa penting, tokoh tokoh penting dan alasan di balik itu.

“tok tok….tok tok…” terdengar ketukan pintu kelas kami

“ya siapa?” Tanya guru sejarah yang sedang mengawasi kami ulangan.

“permisi bu, B’tari nya masuk nggak?” Tanya kepala sekolah, suster Agnes

“ oh ada suster, sebentar saya panggilkan.” Ucap bu Magdalena

“B’tari…di cari kepala sekolah.”

“ iya bu..” jawabku

Akupun pergi sebentar keluar kelas.

“iya suster ada apa?” tanyaku

“kamu hari sabtu ada acara?”

“sabtu kapan ya suster?”

“3 minggu lagi sih nak.”

“Insya Allah sih nggak ada, memangnya ada apa toh bu?”

“oh ini… mau ada lomba menyanyi, kamu bisa kan? suster sudah daftarin kamu soalnya.”

“nyanyi apa suster?”

“nanti Tanya sama pak Peter ya lagunya apa, yang jelas nanti kamu akan nyanyi sekaligus bermain alat music, terserah mau piano atau gitar.

“ oh gitu, iya suster nanti jam istirahat saya akan menemui pak Peter.”

“ iya oke deh….semangat ya nak.” Ucap suster Agnes

“ iya suster…” jawabku dengan senyum simpul seadanya.

“yaudah sana kamu masuk kelas,lagi ulangan ya?”

“ iya suster…”

“ oke bu Magda,terimakasih sudah di pinjam muridnya.”

“ sami sami suster, ayo B’tari kerjakan lagi soal ulangannya.”

“iya bu…”ucapku sambil membuka kembali buku ulangan dan melanjutkan kembali mengerjakan soal soal yang diberikan

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status