Share

Sasaran Dendam CEO Dingin
Sasaran Dendam CEO Dingin
Penulis: Syahfa Thea

Korban Salah Culik

“Lepaskan aku! Kalian siapa?”

Anes berteriak di malam yang sepi. Baru saja ia keluar dari kantornya dan bermaksud ke basement di mana mobilnya di parkirkan ketika tiba-tiba ada yang menyergapnya dari belakang.

Gadis itu berusaha berontak. Namun, tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga si penyergap, apalagi ketika sapu tangan yang telah diberi obat bius ditekankan ke indra penciumannya, membuat Anes berangsur lemas.

Tidak lama berselang, pandangannya menjadi gelap. Kesadarannya mulai menghilang.

“Sama seperti fotonya, gadis ini lumayan cantik,” komentar salah seorang penyergap nya yang sempat didengar Anes sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

Ketika Anes membuka matanya, sekelilingnya tampak asing. Ketakutan mulai menguasainya ketika kesadarannya berangsur terkumpul, mengingat apa yang terjadi padanya di basement beberapa saat yang lalu.

‘Aku diculik!?’ pikirnya panik. Ia berusaha menggerakkan anggota tubuhnya, tetapi gagal.

Kedua tangannya terikat ke tempat tidur, begitu pun kakinya. Tidak hanya itu, mulutnya pun tertutup lakban.

Jantung Anes semakin berdegup kencang. Rasa takut itu makin besar manakala netranya melihat sosok seorang laki-laki tampan dengan sorot mata dingin menusuk. Mata laki-laki itu terus menatapnya sembari perlahan berjalan menuju ke arah Anes. Makin dekat, Anes makin merasakan rasa benci yang kuat dari manik hitam tersebut.

‘Me-menga–’

“Rupanya kamu sudah bangun, jalang murahan?” Suara berat laki-laki itu menyapanya, memotong keheranan dalam hati Anes.

Kening Anes mengernyit bingung. Gadis itu yakin bahwa ia tidak pernah bertemu dengan pria ini, tetapi mengapa pria itu bisa mengatainya jalang?

Melihat kondisi Anes yang tidak berdaya, pria asing itu tersenyum miring. “Mengenaliku?” tanyanya dengan suara rendah. “Tentu wajah ini sangat mirip dengan Arsen Sagara, bukan?”

Anes mengenali nama itu. Itu adalah nama suami kakaknya sekaligus pemilik perusahaan tempat Anes magang saat ini. Namun, ia masih tetap tidak mampu menghubungkan koneksi antara pria ini dan kondisinya sekarang.

Pria itu tiba-tiba mencengkeram pipi Anes, membuat gadis itu meloloskan erangan dari balik lakban yang menutup bibirnya.

“Benar. Aku adalah putra pria yang berselingkuh denganmu, anak dari wanita yang kini terbaring tidak berdaya karena ulahmu!”

Sepasang mata Anes membeliak. Bukan karena ia mengenali Keandra Sagara, putra bosnya sebagai oknum yang menculik Anes, tetapi karena informasi lain yang pria itu katakan.

‘Kak Queena merebut suami orang? Tidak mungkin!’ pikir Anes. ‘Tapi … pria ini salah mengenaliku, Aku bukan kakakku!’

Anes berusaha berontak. Namun, pria itu dengan mudah menghentikan gerakan gadis itu, memaksa Anes menatap Kean.

Kalau saja saat ini Anes sedang dalam keadaan normal, dia pasti terpesona melihat wajah di depannya. Wajah tampan yang terlukis bagaikan dewa Yunani. Hidung mancung dengan rahang kokoh dan alis tegas. Benar-benar mengingatkannya pada kakak iparnya, Arsen Sagara.

Sayangnya, dalam kondisi ini, Anes hanya mampu melihat wajah iblis yang tengah mencemoohnya. Ada sesuatu dalam sorot mata Kean yang membuat Anes merinding–seakan, pria itu mampu melakukan apa pun padanya.

Anes menggelengkan kepalanya. Ingin mengatakan bahwa dirinya bukan orang yang pria itu maksud, tetapi tentu saja gerakan tersebut disalahartikan oleh Kean.

“Jadi, ini aset yang kamu gunakan untuk memikat pria tua itu?” Kean berkata dengan lambat. Pria itu menyentuh pipi Anes. Tangannya kemudian turun menyusuri sisi tubuh Anes, mengikuti lekuk tubuh gadis itu dan turun ke pangkal paha. Gerakan itu membuat Anes seketika merinding. Senyum miring tidak lepas dari bibir pria berwajah menawan tersebut. “Menarik.”

Pria itu tampak puas melihat sorot mata ketakutan di sepasang mata hitam Anes, seakan-akan memang itulah yang ia inginkan.

Tangan Kean meraih gaun yang dikenakan Anes di bagian bawah. Ingin lebih membuat takut gadis itu.

Sret!

Ditariknya gaun itu dengan kasar. Hingga gaun itu menjadi sobek. Membuat betis Anes terlihat dengan jelas.

“Bagaimana jika tubuh ini aku sentuh? Sama halnya seperti ayahku menyentuhmu?” ucap Kean lagi. Kali ini tangannya terulur seperti hendak menyentuh bagian dada Anes.

Anes menggeleng kuat-kuat. Ketakutan menguasai tubuhnya. Bayangan-bayangan buruk akan tindakan Kean selanjutnya terhadap dirinya semakin jelas di pikirannya, membuat gadis itu meloloskan air mata yang telah membendung sejak tadi. Menangisi ketidakberdayaannya.

Menyaksikan hal tersebut, Kean terkekeh. Ia menarik tangannya kembali dan berdiri.

“Kuharap kamu ingat perasaan ini sebelum kamu memutuskan untuk kembali ke pelukan pria tua itu,” ucap Kean tanpa belas kasihan sebelum ia keluar kamar. Kemudian, pada dua penculik bayaran yang ia sewa, ia berkata, “Awasi dia. Aku akan kembali lagi.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status