Share

Satu Hari Dua Akad
Satu Hari Dua Akad
Author: Azalea

Menikahi Dua Wanita Dalam Satu Hari

“Loh, Mas. Bukannya yang tadi pagi nikah ya? Nikah lagi?”

“Aduh, Pak Penghulu. Udah nggak usah banyak tanya, langsung saja nikahkan saya sama dia. Saya nggak ada banyak waktu nih.” Awan melirik Jingga yang duduk di sampingnya tanpa ekspresi, sorot matanya kosong seolah tidak memiliki gairah hidup.

Matanya sudah sembab karena air mata yang terus keluar tanpa henti.

“Hebat. Satu hari nikah dua kali, untung nggak kayak minum obat sampai tiga kali.” Penghulu itu geleng-geleng kepala.

“Tidak apa nikah dibawah tangan dulu, soal surat-surat menyusul, akan kami urus,” bisik Pak Dandi, ayahnya Jingga.

“Yah ….” Jingga merengek pada sang ayah dengan air mata yang kembali berderai.

“Sudah cukup kamu bikin Ayah malu, Jingga. Sekarang kamu harus terima apapun keputusan Ayah, ini untuk kebaikan kamu juga, untuk nama baik keluarga kita.”

Pernikahan yang sudah direncanakan dengan matang itu akhirnya terjadi dengan mempelai pria yang tidak seharusnya menjabat tangan ayahnya Jingga. Dalam satu hari Awan menikahi dua wanita, itu jelas bukan keinginannya.

Biasanya akad nikah itu dibarengi dengan tangis haru bukan tangis pilu seperti ini. Jingga pasrah karena merasa hidupnya juga sudah tidak berarti lagi setelah ditinggalkan begitu saja oleh calon suaminya di hari pernikahan mereka.

Tidak ada yang bisa tahu seperti apa perihnya luka hati Jingga, sesaknya rongga dada wanita itu saat menghadapi kenyataan pahit yang menyiksa.

“Ji, gue balik dulu ya. Welly pasti nungguin gue.” Awan menatap Jingga yang masih diam seribu bahasa.

Karena tidak ada sahutan, Awan berjongkok di hadapan wanita itu mencubit pipi Jingga hingga memerah.

“Aish! Sakit, Wawan!” sungut Jingga sambil mengelus pipinya.

“Awan! Seenak jidat lo ganti nama gue. Gue balik ya, jangan pergi kemana-mana. Nggak usah mikirin si bangs*t itu, ntar gue cari dia sampe dapet terus kita keroyok.” Ia mencoba menghibur Jingga dengan cara tidak biasa.

Awan tidak bisa berlama-lama disana, ia tidak tega meninggalkan Jingga tapi disisi lain ia juga harus kembali pada Welly yang sempat ditinggalkannya di rumah. Awan dan Welly baru saja melaksanakan akad tadi pagi dengan acara sederhana tanpa resepsi mewah seperti yang ada di kediaman Jingga saat ini.

“Ji, gue lihat calon suami lo di sini.” Rindu menghubungi Jingga membuat wanita itu merasa bahagia bercampur nelangsa.

Bahagia karena mendengar soal calon suaminya yang sulit dihubungi dari pagi tapi ia juga nelangsa kala mengingat dirinya sekarang sudah menjadi istri orang.

“Gue kesana sekarang.” Masih dengan memakai gaun pengantinnya Jingga pergi diam-diam agar tidak ada yang menahannya.

Jingga terpaku saat berada di lokasi yang dikirimkan oleh Rindu, ia baru menyadari saat ini dirinya berpijak di depan gerbang pemakaman. Dengan kakinya yang gemetar Jingga menyeret langkah menuju orang-orang berpakaian putih yang mengelilingi pusara yang tanahnya masih basah.

“Syaqila ….” Tangis pilu seorang wanita terdengar di telinga Jingga saat ia sudah berada di belakang orang-orang itu.

“Anak kita sudah tenang disana, sayang. Ikhlaskan.”

Hati Jingga mencelos mendengar suara itu. Suara yang amat dikenalinya namun sayang ia belum bisa melihat wajah lelaki itu untuk memastikan jika ia tidak salah orang. Tubuhnya masih terpaku bahkan saat orang-orang sudah meninggalkan pusara itu, mereka bahkan menatap heran pada pengantin yang tidak seharusnya ada di sana.

“Dipta, ayo bawa istrimu pulang.”

“Mas Dipta ….” Jingga bergumama dengan bibir bergetar, matanya memanas dengan buliran bening yang berjatuhan.

Tubuhnya tersungkur saat tungkainya semakin lemas tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri.

Hati Jingga remuk redam, tidak hanya hatinya yang hancur, hidupnya juga sama hancurnya karena ia tahu lelaki yang dua tahun bersamanya ternyata memiliki istri dan juga anak. Ia merasa menjadi wanita paling bodoh karena tidak mengetahui hal sebesar itu. Antara Jingga yang memang terlalu bodoh atau Dipta yang pintar menyembunyikan fakta tentang kehidupannya.

Dipta berdiri. Tubuhnya menegang saat berbalik dan mendapati Jingga yang tidak jauh dari tempatnya.

“Jingga ….” Lelaki itu bergumam tanpa suara.

“Siapa dia? Datang ke pemakaman memakai baju pengantin.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
terlalu lebay,dungu dan halu. keluar rumah koq pake baju pengantin. udah g waras ya, kenapa g ke rumah sakit jiwa aja.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status