"Eh, iya Mas," wajah Belda terlihat panik, saat melihat kedatangan Alex suaminya. Dia buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Seorang pria tampan yang duduk di hadapan Belda menatap ke arah Alex. Belda langsung berjalan mendekati suaminya.
"Siapa laki-laki itu?" Tanya Alex sambil menatap tajam ke arah pria yang duduk di hadapan Belda. "Dia, eh, anu, dia. Oh ya, temanku Mas," jawab Belda gugup. Alex menautkan kedua alisnya heran, hatinya mulai curiga dengan jawaban Belda yang terlihat gugup. Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan mendekati Alex, dia tersenyum ramah sama Alex. "Kenalkan, saya sahabatnya Belda. Kebetulan kami bertemu di sini, kerjaan Saya seorang fotografer," si pria itu mengulurkan tangannya. Alex terlihat ragu-ragu mengulurkan tangannya, selalu menyambut uluran tangan pria itu, sambil menyebutkan namanya. "Alex, suaminya Belda." "Perta, Perta Cristian." "Mari kita duduk-duduk dulu, Belda belum selesai pemotretannya," Perta mengajak Alex untuk duduk. "Iya Mas, ayo kita duduk," imbuh Belda. Akhirnya Alex dan Perta duduk, sedangkan beda bersiap-siap kembali untuk pemotretan. "Anda seorang pengusaha ya?" Perta mulai membuka obrolannya. Alex cuma menganggukkan kepala, matanya tak lepas dari Belda yang sedang memakai make up. "Belda, istri anda itu orangnya sangat profesional. Dia adalah foto model terbaik di agensi kami. Pokoknya agensi kami jadi ramai sejak Belda masuk," ucap Perta. "Oh," jawab Alex singkat. Perta mengela nafasnya dalam-dalam. " Benar apa yang dikatakan Belda, kalau suaminya itu kaku, tapi Dia seorang pengusaha sukses. Padahal aku dan Belda....." Gumam Perta dalam hati. "Sejak kapan kalian bersahabat?" Tanya Alex tiba-tiba. "Sejak SMA dulu, Saya dulu tinggal di Indonesia. Tapi ketika kuliah saya langsung tinggal di sini. Paris memberikan masa depan yang cerah bagi hidup saya, di sini kan kota mode. Saya ambil kuliah di bidang fotografer. Dan inilah hasilnya, saya sering dipanggil untuk memotret para model terkenal di dunia," panjang lebar Perta menjelaskan sama Alex. "Oh ya, saya bergerak di bidang bisnis. Betulan perusahaan saya membuka cabang di Paris, saya bertemu dengan Belda di sebuah acara pertemuan para pengusaha. Dia datang bersama teman saya, di sanalah saya mulai jatuh cinta sama Belda, sampai akhirnya saya melamar dia untuk menjadikan pendamping hidup saya," Alex sedikit menceritakan tentang pertemuannya dengan Belda. Perta menatap ke arah," padahal aku tahu semuanya Alex, dan aku tahu kenapa Belda meninggalkanku, hanya karena dia ingin menikah dengan kamu, pria kaya raya," celoteh Perta dalam hati. "Kenapa sewaktu kami menikah kamu tidak datang?" Tanya Alex, yang mulai akrab dengan sahabat istrinya. "Oh, waktu itu kebetulan ada saudaraku yang meninggal dunia, jadi aku tidak sempat datang ke Indonesia," jawab Perta berbohong. Sebenarnya Perta waktu itu benar-benar kecewa, dengan keputusan Belda menikah dengan Alex. Waktu itu karir Perta belum seperti sekarang ini, dirinya hanya menjadi seorang asisten fotografer. Tapi sekarang kehidupan Perta jauh berbeda. "Turut berduka cita," ucap Alex. Belda melihat suami dan sahabatnya sedang asyik ngobrol, hatinya merasa tenang. Lalu mengedipkan mata sama Perta, dan sahabatnya itu langsung mengerti. Tiba-tiba ponsel Alex berbunyi, terlihat dia menggeser tombol hijau, dan menerima telepon, ternyata kolega bisnisnya mengajak bertemu karena ada yang harus dibicarakan. Alex terlihat menganggukkan kepalanya, lalu segera menutup ponselnya. "Bisakah anda mengantar istri saya pulang?" Tanya Alex. "Lho, memangnya ada apa dengan anda?" Perta balik nanya, padahal hatinya bahagia. Kesempatan untuk berduaan dengan Belda cukup terbuka lebar. "Saya ada urusan bisnis, barusan kolega bisnis saya telepon, dia minta bertemu dengan saya," jawab Alex. "Apakah Anda percaya sama saya?" Tanya Perta sambil terkekeh. "Saya percaya sama anda, karena anda sahabat istri saya, pasti tidak akan macam-macam kan," jawab Alex sebenarnya. Hati Perta mendengar perkataan macam-macam dari bibirnya Alex. "Baiklah, Saya akan mengantar istri anda pulang," ucap Perta. Alex langsung bergegas bangkit dari tempat duduknya, lalu buru-buru melambaikan tangan sama Belda. Betapa senangnya hati Perta, setelah pemotretan selesai, tentu saja Perta leluasa untuk berduaan dengan Belda. Sebuah kamar hotel yang mewah sudah dipersiapkan sebelumnya, mereka berdua akan menikmati kebersamaan setelah Belda membereskan pekerjaannya. Pantas saja, Belda memaksa sama Alex untuk pergi ke Paris, kebetulan waktu itu Alex juga banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di Paris. Padahal Alex sudah menyarankan, membawa bayi mereka bersama dengan Nilam. "Kalau bayi kita dibawa, masih tetap merepotkan Mas, kamu tahu sendiri kan aku setelah pulang bekerja, tidak mau diganggu sama tangisan bayi. Yang tentunya membuat kepalaku pecah," tolak Belda waktu itu. Alex yang sangat bucin sama Belda, langsung menyetujui permintaan istrinya tercinta. Entah kenapa Alex sangat mencintai Belda, apapun permintaan Belda pasti diturutinya. Sampai-sampai bayi Mereka dititipkan sama asisten rumah, yang baru beberapa bulan bekerja. "Kasih saja uang 1 miliar, hitung-hitung kita menitipkan anak, lagian aku malu harus mengakui bayi itu sebagai, mana sudah cacat penyakitan lagi. Daripada kita menaruhnya di panti asuhan, baik di asuh sama pembantu kita. Uang satu miliar itu bisa buat bekal mereka di kampung," saran Belda. Lagi-lagi Alex menjadi usul istrinya, walaupun hati kecilnya bertentangan. Padahal sebenarnya Alex menginginkan seorang bayi laki-laki, walaupun dalam keadaan cacat dan penyakitan. Toh dokter mengatakan bisa disembuhkan penyakit yang diderita bayinya. "Suamiku pergi ke mana?" Tanya Belda saat selesai pemotretan, Belda terlihat duduk di samping sahabatnya, Belda menyandarkan kepalanya di bahu Perta, sedangkan Perta langsung mencium punggung tangan Belda berkali-kali. "Katanya ada urusan bisnis, dan tidak tahu pulangnya jam berapa. Berarti......" Ucapan Alex tidak dilanjutkan. "Aku...." Belda membisikan sesuatu sama Perta. Lalu mereka berdua bergegas bangkit dari tempat duduk dan menuju mobil yang terparkir di basement gedung, tadi Belda mengambil pemotretan di atas gedung. Dan, entahlah apa yang terjadi selanjutnya dengan mereka berdua. Hanyalah Belda dan Perta yang tahu. Jam 11.00 malam, Alex datang ke apartemennya. Wajahnya terlihat lelah, setelah bertemu dengan pengusaha tadi. Karena banyak sekali urusan bisnis yang harus dibicarakan. Alex merasa heran karena lampu apartemen masih belum nyala. " Apakah Belda belum pulang?" Tanya Alex dalam hati. Lalu tangan Alex memijit tombol, kode untuk membuka pintu. Dan benar saja, lampu ruangan masih terlihat padam, suasana gelap gulita di dalam apartemen itu. Apartemen yang super mewah, dengan harga yang membuat mulut kita menganga. Perabotan isi apartemen itu harganya membuat kita geleng-geleng kepala. Alex langsung duduk di atas sofa yang empuk, dia membuka jaketnya, hatinya bertanya-tanya terus kenapa sampai jam 11.00 malam waktu setempat Belda belum pulang dari pekerjaannya. Ponsel yang ada di saku celana, langsung diambil sama Alex. Terlihat kedua alis mata dia saling bertautan, karena melihat seseorang mengirimkan gambar. "Apakah ini istri anda tuan Alex?_____""Mas, mau dibawain makanan apa?" Tanya Nilam keesokan harinya. Dia sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi buat Tuan Alex dan Nizam. "Udang sambal Padang, sama tumis buncis ya," jawab tuan Alex sambil menyesap kopinya. "Baiklah, sebelum jam makan siang aku datang," jawab Nilam sambil memberikan senyum manisnya. "Aku tidak mau makan di luar, selain makanan yang dibuat kamu sayang," ucap Tuan Alex lagi. Memang sekarang tuan Alex sudah jatuh cinta sama makanan yang dibuat sama Nilam. Katanya pas di lidah tidak terlalu manis tidak terlalu asin, tidak juga terlalu gurih. "Pah," Nizam memanggil Tuan Alex. "Iya sayang ada apa?" Tanya Tuan Alex tersenyum ke arah Nizam. Nizam terdiam, lalu menoleh ke arah Bik Mun, yang sedang sibuk membantu Nilam."Ada apa sayang Kok diam?" Tanya Tuan Alex penasaran. "Kemarin Nizam main sama teman. Dia itu punya adik lucu sekali, kapan sih Nizam punya adik? Memang adik bisa beli ya di toko?" Tanya Nizam dengan wajah polos. Hampir saja makanan yang berada
Tuan Alex melihat pemandangan yang sangat menyakitkan bagi dirinya. Di mana Nilam istrinya sedang dimarahi habis-habisan sama Belda. "Diam kamu Belda! Aku sebagai suaminya, tidak pernah sedikitpun berkata keras Sama istriku, tapi kamu ......"Nafas Tuan Alex terlihat turun naik, menahan emosinya, matanya menatap nyalang ke arah Belda. Sedangkan Belda langsung berdiri terpaku, karena tidak menyangka tuan Alex akan datang secepat itu."Apa kepentingan kamu datang ke rumahku? Untuk mengambil Nizam? Sudah aku katakan berulang kali! Kamu tidak boleh bertemu dengan Nizam!" Suara Tuan Alex begitu menggelegar. Untungnya Tuan Alex buru-buru pulang dari rumah orang tuanya. Setelah mendengar perkataan Nyonya Arimbi, kalau beda datang ke rumahnya. Dan kemungkinan besar mendatangi rumah ini. Benar saja saat Tuan Alex tiba di rumah, Belda sedang memarahi Nilam, sampai-sampai suaranya terdengar keluar rumah. "Pulang sekarang Belda! Kamu sudah membuang anakmu sendiri! Dan kami sudah tidak ada uru
Tapi langkah si wanita itu terhenti, dapat melihat foto yang menempel di dinding tembok. Terlihat pasangan pengantin terpampang jelas di foto itu. "Nilam, Mas Alex," desis Belda. Wanita itu ternyata Belda, dia memang nekat ingin menemui anaknya di rumah tuan Alex. Sebelum ke sini, Belda datang ke rumah mantan mertuanya. Dia di sana mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Nyonya Arimbi. Hingga Belda berpikir untuk datang ke rumah tuan Alex yang lain. Keluarga tuan Alex mempunyai empat rumah, dan Belda tahu alamat keempat rumah milik keluarga Tuan Alex. Tadi sebelum ke sini, Belda mendatangi satu persatu rumah Tuan Alex. Hingga sampailah Belda di rumah ini. Belda orangnya benar-benar nekat. Bila Keinginannya tidak tercapai, dia akan menggunakan segala cara, walaupun kadang cara kasar sekalipun. Bik Mun terlihat bergegas menyusul Belda. Hatinya sedikit was-was, karena melihat tamu asing masuk begitu saja ke dalam rumah. "Maaf, Anda siapa ya tiba-tiba masuk ke dalam rum
Dua tahun kemudian."Kamu!!" Pekik Tuan Alex saat melihat seorang wanita sudah berdiri di hadapannya, dia sampai terlonjak dari kursi kerjanya. Mata Tuan Alex membulat lebar-lebar, karena tidak menyangka wanita itu hadir kembali di hadapannya. "Apa kabar Mas?" Tanya wanita itu sambil menghempaskan bokongnya di atas kursi, depan Tuan Alex. Tuan Alex masih duduk mematung, matanya menatap tajam ke arah dia, jantungnya berdetak keras bukan main. "Kaget? Heran? Terkejut? Kenapa aku bisa hadir kembali di hadapanmu kini? Apa Kamu kira aku tidak bisa kembali lagi?" Tanya wanita itu, bibirnya terus mengeluarkan pertanyaan demi pertanyaan. "Ka___kamu," ucap tuan Alex gelanggapan."Sudahlah mas jangan berpura-pura kaget. Aku datang ke sini cuma ingin melihat Nizam," ucap wanita itu, yang tak lain adalah Belda. Tuan Alex langsung tersentak, mendengar Belda ingin bertemu dengan Nizam, dia mengatur nafasnya sedemikian rupa, agar bisa menguasai keadaan. "Buat apa kamu ketemu anak yang sudah k
Tuan Alex menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Nilam. Dia banyak mengelus dada, tapi harus bagaimana lagi. Nilam hanya satu-satunya orang yang bisa merawat Nizam dengan baik. Nilam masuk ke dalam apartemen, matanya kembali terpana melihat isi apartemen itu. Betapa tidak tidak terpana mata Nilam, saat melihat perabot yang ada di dalam apartemen. TV besar menempel di dinding tembok, belum lagi sofa yang berukuran besar. Mata Nilam sampai tidak berkedip, lalu dia menoleh ke arah Tuan Alex. "Ini kepunyaan tuan?" Tanya Nilam polos. Tuan Alex yang sudah duduk di atas sofa, langsung memijat keningnya. Terdengar suara bunyi bel dari luar. Tuan Alex buru-buru bangkit dari tempat duduknya. Ternyata sopir tadi mengantarkan koper yang ketinggalan di dalam mobil. "Terima kasih," ucap tuan Alex sambil menutup pintu. Tuan Alex menyeret koper ke salah satu kamar, lalu menoleh ke arah Nilam."Tempat istirahat kamu di sini sama Nizam. Aku sebelahnya."Nilam menoleh, lalu menganggukkan k
"Lho, bukannya pekerjaan kamu masih terikat kontrak? Aduh Belda, jangan bikin aku pusing deh!" Sentak Perta.Mata Belda langsung melotot, wajahnya terlihat emosi. " Ini semua gara-gara kamu! Seandainya kita waktu itu hati-hati! Kita tidak mungkin ketahuan sama Alex!" Suara Belda meninggi. Perta tersenyum menyeringai," bukankah kamu yang menginginkan semua ini? Aku kan cuma mengikuti keinginanmu," ucap Perta sambil tersenyum mengejek. "Apa! Jadi menurut kamu? hubungan kita ini apa? Jelas-jelas kamu yang membutuhkan aku!" Balas Belda sengit."Kita sama-sama saling membutuhkan! Belda! Tapi kamu tetap keras kepala ingin pulang. Apa Kamu kira aku tidak bisa memberikan materi seperti Alex! Don't worry Belda, please. Kamu jangan pernah kembali ke Indonesia," ucap Perta dengan tegas."Sudah aku katakan sejak tadi, aku cuma ingin menyelesaikan masalah perceraianku. Setelah beres aku pulang ke Paris lagi. Kamu mengerti tidak sih? Kalau aku sudah sah bercerai dari Alex, kita tenang Perta," su
"Saya tahu, anda inginkan yang terbaik buat Anda, silakan kalau mau membawa anak Anda ke luar negeri untuk berobat. Kami tidak keberatan sama sekali, Maaf di sini bila pelayanannya kurang baik," ucap dokter itu. Sedangkan Nilam masih duduk bengong, karena tidak menyangka di jam akan dibawa ke luar negeri sama Tuan Alex."Terima kasih dok, saya minta tolong secepatnya, segera dipersiapkan surat-surat yang diperlukan buat rumah sakit di sana," ucap Tuan Alex. "Baiklah, kami akan segera mempersiapkan surat-surat yang diperlukan," jawab dokter itu. "Kalau begitu kami permisi dulu," Tuan Alex langsung bangkit dari tempat duduknya, selalu mengulurkan tangan sambil mengucapkan terima kasih kembali sama dokter. Nilam mengikuti Tuan Alex dari belakang, Nilam bergegas jalan, biar sejajar dengan Tuan Alex langkahnya."Tuan, Nizam mau dibawa ke luar negeri? Terus bagaimana? Kenapa sampai dibawa ke luar negeri? Jangan atuh tuan. Berobat di sini saja, di sini juga banyak pengobatan yang bagus,
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip
"Akhh, cepat dong Lego! Masa sih kamu bawa mobil kayak siput begini!" Berkali-kali Tuan Alex menegur Lego. Lego wajahnya masih tetap tenang, dia tidak mungkin membuat Tuan Alex lebih panik. Terlihat beberapa kali Tuan Alex mengusap wajahnya. Wajahnya terlihat panik dan cemas, hanya terus menata ponsel yang tidak pernah lepas dari genggaman tangannya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan anakku?" Tanya tuan Alex."Sabar Bos, berdoalah, Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Nizam," ucap Lego, matanya tetap fokus ke depan. Waktu menunjukkan pukul 08.00 pagi, mobil yang dikemudikan Lego terus bergerak menuju luar kota Bandung. Setelah keluar dari jalan tol kota Bandung, Lego langsung melesat mobilnya menuju kota Ciamis. Perjalanan dari Bandung menuju kota Ciamis kurang lebih memakan waktu 3 jam. Celana dalam perjalanan, Tuan Alex tidak berbicara sepatah katapun, tapi terlihat dari wajahnya Dia terlihat sangat gelisah sekali. " Bos, berhenti dulu di rumah makan ya, aduh gue kebelet pip