Home / Romansa / Satu Miliar Untuk ART / Bab 6. Kebencian berujung ramah

Share

Bab 6. Kebencian berujung ramah

Author: UmiPutri
last update Last Updated: 2025-04-04 17:52:45

Mereka menoleh ke arah sumber suara, ternyata Titin datang untuk berbelanja. Mereka semua diam, mulutnya langsung terkunci, mereka menatap Titin dengan wajah bersalah. Karena orang yang digosipkan berada di hadapan mereka.

"Kenapa tidak dilanjutkan lagi omongannya ibu-ibu. Silakan lanjutkan lagi, saya ke sini untuk belanja sayuran," ujar Titin, tangannya sibuk memilih-milih sayuran beserta lauk yang lainnya.

Ibu-ibu langsung melempar pandangan, mereka merasa malu dengan omongan Titin. Karena tadi mereka begitu bersemangat menggosipkan keluarganya.

"Eh, Maaf Bu Titin. Tadi kami memang membicarakan Nilam. Karena jujur saja, kami merasa kaget. Karena tahu-tahu anak ibu pulang membawa seorang bayi. Ingin bertanya sama ibu rasanya sungkan," akhirnya Bu Nonik menjelaskan apa yang sebenarnya dibahas sewaktu tadi.

Tapi perkataan Bu Eti yang pasti menyakiti hati keluarga Bu Titin, tidak dibicarakan kembali. Bu Nonik berhati-hati menyampaikannya.

"Oh, memang benar. Anak saya pulang membawa bayi majikannya. Karena majikan Nilam sedang berada di luar negeri. Jadi mereka menitipkan bayi itu sama Nilam. Seandainya ibu-ibu tidak percaya, silakan hubungi majikannya Nilam, nanti saya kasih nomor teleponnya," panjang lebar Titin menjelaskan.

"Nah, dengar tuh Bu Eti. Jangan suka bikin gosip yang tidak jelas. Bagaimana kalau keluarga Bu Titin tidak terima, bisa-bisa Ibu dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, mau Ibu dilaporkan ke polisi?" Tanya Bi Isah sebagai pemilik warung.

Mata Bu Eti langsung mendelik, bibirnya monyong 5 cm, dia buru-buru memalingkan mukanya, untuk menghindari tatapan Bu Titin.

"Ya sudah, tolong Bu hitung dulu belanjaan saya. Kalau memang mau informasi yang lebih jelas. Datang saja ke rumahku, oh ya ibu-ibu. Untuk berbelanja hari ini, biar saya yang traktir," ucap Bu Titin.

Wajah ibu-ibu yang sedang berbelanja langsung berbinar, bisa mendapatkan sayuran dan lauk gratis dari Bu Titin.

Itulah sifat ibu-ibu, bila ada yang gratis, terlihat dari wajahnya langsung ceria, Karena itulah harapan ibu-ibu. Gratis itu memang mengasyikkan juga menguntungkan bagi mereka. Biaya dapur irit karena ada yang traktir

Tapi......

"Eh kalian jangan senang dulu! Siapa tahu uang yang dibelikan sayuran dan laut gratis ini uang haram!" Celetuk Bu Eti.

Ibu-ibu yang kepalang tanggung sudah mengambil sayuran, serempak menoleh ke arah Bu Eti.

"Heh! Dengar ya Bu Eti! Gue tidak peduli uang itu halal dan haram! Yang penting bagi gue saat ini bisa mendapatkan sayuran dan gratis dari Bu Titin," ucap Bu Nonik dengan nada ketus.

"Iya, sudahlah Bu Eti, jangan mempengaruhi kami. Hati kami terlanjur senang mendapatkan sayur dan lauk gratis," tukas bu Ratih.

Bu Eti langsung tercengang mendengar perkataan tetangganya. Padahal jelas-jelas tadi para tetangganya memihak sama dirinya. Tapi sikap mereka berubah 180 derajat sewaktu Bu Titin memberikan lauk sayuran dan lauk gratis.

Bik Isah, sang pemilik warung tentu saja wajahnya bahagia. Karena hari ini dagangannya diborong habis sama Bu Titin. Dan dibagi-bagikan kepada tetangganya.

"Sering-sering Bu Titin Ya seperti ini, biar warung saya bertambah maju," ucap Bik Isah sambil terkekeh.

Tetap belanjaan ibu-ibu, hampir 1 juta kurang. Bu Titin langsung merogoh takut celananya, dan mengeluarkan lembaran uang yang berwarna merah.

"Masya Allah Bu Titin, uangnya banyak banget nih, pokoknya sering traktir kita ya," ucap Bu Nanik, kirimi anggukan ibu-ibu yang lainnya.

"Sedang ada rezeki saja, kalian tetangga saya. Jadi saya harus berbagi kebahagiaan dengan ibu-ibu semuanya," ucap Titin sambil tersenyum.

Sedangkan Bu Eti, langsung menghentakan kakinya, dan pergi meninggalkan warung Bi Isah dengan hati yang dongkol. Ternyata para tetangganya tidak berpihak lagi.

*******

Nilam yang sedang menggendong Nizam sambil duduk di kursi yang sudah lusuh. Dia sangat sedih melihat nasib Nizam yang tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Nanti sore Mak Ijah ke sini, Siapa tahu kaki Nizam bisa diurut pelan-pelan. Biar kakinya tidak bengkok lagi seperti itu," ucap Udin yang tiba-tiba muncul di samping Nilam.

"Iya pak, semoga saja kakinya masih bisa diluruskan. Juga mengatakan kakinya Nizam bisa kembali seperti semula kalau menjalani terapi secara rutin," tukas Nilam.

"Bapak habis dari mana?" Tanya Nilam.

"Habis pesan bahan bangunan dulu, takut ada yang terlewat, Untuk pembayarannya, kamu transfer aja langsung ke si pemilik toko bangunan," jawab Udin.

"Baiklah Pak, minta saja nomor rekeningnya. Nanti Nilam transfer," ucap Nilam.

Saat makan malam, betapa bahagianya Nilam. Ternyata Titin ibunya memasak makanan yang enak-enak. Dulu sewaktu mereka berada di bawah, makan daging ayam jarang sekali. Kadang Nilam sampai meneteskan air mata, melihat adiknya yang merengek minta daging ayam.

Tapi sekarang kehidupan dalam berubah, karena merawat anak majikannya yang cacat dan penyakitan.

" Ibu jadikan berbelanja bahan-bahan makanan buat acara syukuran?"tanya Nilam setelah selesai makan malam.

Nizam sudah ditidurkan di box bayi, di kamar Nilam.

"Ibu sudah mencatatnya Nak, kira-kira habis 5 juta rupiah, itu sudah termasuk dua ekor kambing," jawab Titin.

Kebetulan Nilam mempunyai uang cas, dia langsung masuk ke dalam kamar untuk mengambil uang itu. Setelah keluar dari kamar, uang itu langsung ditaruh di atas meja.

"Ini uang yang diperlukan, Nilam lebihkan satu juta rupiah, karena takut Ibu kurang nantinya," ujar Nilam.

"Terima kasih Nak, sudah mempercayakan sama-sama ibu. Insya Allah ibu akan amanah," ucap Titin dengan mata berkaca-kaca.

Perasaan Titin bercampur aduk antara sedih dan bahagia. Kembalinya Nilam dari perantauan mengubah kehidupan keluarganya.

Ternyata janji Nilam untuk membahagiakan keluarganya, menjadi kenyataan. Dulu keluarganya selalu menjadi bahan hinaan, juga cacian serta cemoohan para Tetangga.

"Bu, Nilam titip dulu Nizam ya, Nilam mau bawa Nia dan Nino membelikan baju juga peralatan sekolah. Sekalian Nilam mau mengambil uang, karena takut kurang," ucap Nilam.

"Baiklah, ibu akan menjaga Nizam," jawab Titin.

*******

Betapa senangnya kedua adik Nilam, saat dibawa jalan-jalan sama Nilam ke kota. Nilam dibawa kedua adiknya ke mall. Untuk memilih alat-alat sekolah yang dibutuhkan.

"Apa ini tidak salah kak?" Tanya Nia yang tidak percaya dengan barang belanjaannya.

"Tidak, kakak malah senang sudah membuat hati kalian bahagia," jawab Nilam.

"Terima kasih Teh Nilam, pokoknya Hati kami sekarang ini bahagia, Teteh bisa membelikan kebutuhan sekolah kami," ucap Nino.

Betapa bahagianya hati kedua adiknya, saat Nilam membawa mereka ke restoran cepat saji. Makanan yang diidam-idamkan dari dulu sama Nia dan Nino.

"Makanlah kalian sampai kenyang," ucap Nia dengan suara sedikit tertahan, melihat kedua adiknya makan begitu lahap.

Selesai makan, Nilam sengaja kedua adiknya untuk ke toko perhiasan, Nilam ingin membelikan satu set perhiasan untuk Titin ibunya tercinta.

"Pasti ibu bahagia," gumam Nilam.

*********

"Belda!!______"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 70. Tamat

    Dikarenakan keluarga Tuan Alex sudah terkumpul, Belda dan Mira bergegas berpamitan meninggalkan rumah sakit. Karena mereka berdua merasa tidak enak, lagian mungkin Zahrani sudah menunggu terlalu lama di salon itu. "Ternyata Nilam hatinya benar-benar mulia Belda, tidak sia-sia kamu mempercayakan Nizam sama Nilam, aku yakin Nilam akan menjadi Ibu yang baik bagi anakku," ucap Mirna dalam perjalanan menuju salon. "Iya, hatiku sekarang tenang dan lega. Apalagi melihat Nizam tadi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, aku benar-benar tenang Mira," ucap Belda."Bersyukurlah kamu, anakmu berada di lingkungan yang sangat menyayangi dirinya, kamu terus mendoakan Nizam, agar anakmu bisa berhasil sampai suatu saat nanti, dan bisa membuat kamu bangga," ucap Mira.Tak lama kemudian mobil tiba di salon, setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar dan langsung masuk ke dalam salon. Mata Belda dan Mira terbelalak melihat perubahan pada diri Zahrani. "Masya Allah, wowwwww, ini benar Zahrani kan?"

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 69

    "Ngapain kamu datang ke sini Belda?" Tanya Nyonya Arimbi tiba-tiba. "Mah," panggil Nilam dengan lemah lembut, Nilam tidak ingin terjadi keributan antara Nyonya Arimbi dan Belda. "Mbak Belda datang ke sini hanya ingin ketemu dengan anaknya mah, kasihan Mbak Belda. Apalagi dia sedang sakit, tolong ya mama," ucap Nilam kembali. Belda langsung berdiri walaupun hatinya terasa rapuh berhadapan dengan mantan mertuanya. Lalu dia meraih tangan Nyonya Arimbi. Tiba-tiba air mata Belda jatuh di atas punggung tangan Nyonya Arimbi. "Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Belda dengan penuh hormat, kan dia tidak berani memanggil Nyonya Arimbi dengan sebutan mama. "Baik," jawab Nyonya Arimbi dengan ada ketus. "Nyonya," Mira ikut mencium punggung tangan ibunya Tuan Alex.Nyonya Arimbi bukannya ikut duduk, setelah bersalaman dia lalu pergi ke ruang dapur, entah apa yang dilakukannya, karena memang sudah kebiasaan, kalau datang ke rumah Nilam, pasti Nyonya Arimbi langsung makan. Beliau selalu mengatakan,

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 68

    Belda melihat seorang anak kecil berlari-lari ke arah seorang wanita cantik, yang tak lain wanita itu, Nilam. Yang sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Nizam yang berusia 3 tahun. Ada perasaan nyeri yang menjalar di hati Belda, saat anak kandung sendiri memanggil ibu sama wanita yang bukan ibu kandungnya."Nizam," desis Belda sambil menatap nanar keduanya, mana Nizam tampak tertawa-tawa dalam pelukan Nilam."Itu Nizam sama Nilam kan?" Tanya Mira sambil menatap ke arah mereka berdua.Belda langsung menganggukan kepalanya, tak terasa air matanya menggenang di pipi, ternyata pemandangan yang ada di depannya membuat hatinya terasa perih."Ayo kita cepat ke dalam, pasti Nilam akan mengizinkan kamu bertemu dengan anaknya sendiri," ajak Mira.Mobil Mira langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah tuan Alex. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi, si sopir langsung menyembunyikan klakson, tak lama yang terlihat seorang satpam berlari ke arah pintu gerbang. Yang membuka pintu gerbang l

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 67

    "Kenapa? Kamu kaget tentunya Mira, kamu tahu kan tadi yang membawa makanan dan minuman ke sini? Itu Zahrani namanya, Dia asisten rumahku, wajahnya cantik kan? Tubuhnya tinggi semampai, cuma anak itu tubuhnya tertutup dengan gamis lebar, aku melihat rambut dia juga sangat terlihat indah," ucap Belda."Oh, anak yang tadi rupanya ya, tapi apakah dia bersedia?" Tanya Mira. "Menurut aku pasti dia bersedia, dan aku tahu dia itu seorang pekerja keras, dia bahkan mau menjadi asisten rumah di sini, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia tinggal berdua bersama ibunya, rumahnya juga tidak jauh dari sini," ucap Belda.Zahrani memang bercerita tentang kehidupan dia waktu itu. Belda ingin mengangkat derajat Zahrani, dia harus menjadi seorang foto model walaupun dengan pakaian tertutup. Karena sekarang banyak pakaian model muslimah yang sedang ngetrend."Baiklah besok aku akan menghubungi temanku, tolong dandani Zahrani sedikit ya, wajahnya kelihatan fresh, atau aku bawa ke salon saja, bia

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 66

    Panggilan Karin terhadap Perta, langsung bunyi tak perhatian para karyawan yang akan masuk kerja. Hampir semua para karyawan mendengar panggilan itu, mereka menautkan kedua alisnya heran. "Kok bu Karin, panggil Pak Petra dengan sebutan Mas? Ada apa di antara mereka ya?" Tanya salah seorang karyawan sambil berbisik."Jangan-jangan mereka ada hubungan spesial, tapi sudahlah kita jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri kan Karin itu siapa? Dia adik bos perusahaan kita, kalau kita terus saja membicarakan dirinya, bisa-bisa kita dipecat dari perusahaan ini, ayo kita masuk," ucap karyawan itu. "Mas, Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya Karin, karena Karin merasa wajah Perta sedikit keruh. "Sewaktu kita pergi ke puncak, rupanya ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ke istriku," ucap Perta."Hah! Yang benar saja kamu bicara! Masa sih ada yang berani mengirim foto kita berdua," tukas Karin tidak percaya. Walaupun sebenarnya dalam hati Karin dia merasa bahagia, seandainya Belda tahu, te

  • Satu Miliar Untuk ART    Bab 65

    "Darimana kamu Mas?" Tanya Belda sambil menyalakan lampu ruang tengah. Belda menyipitkan matanya, karena melihat rambut Perta sepertinya habis keramas. Perta langsung terperanjat, saat melihat istrinya sudah berdiri di ruang tengah, padahal sewaktu masuk tadi, ruangan masih gelap gulita. Wajah Perta langsung terlihat pucat pasi. "Haruskah aku mengulangi kembali pertanyaanku?" Tanya Belda sambil menatap tajam ke arah suaminya. Buru-buru Perta menguasai keadaan, lalu berkata sama Belda, " aku habis ada urusan kantor dari luar, aku habis menemani si Bos untuk bertemu dengan klien, Maaf aku pulang terlambat," ucap Perta."Oh, ya? Bertemu dengan klien sampai dini hari begini? Memangnya klien itu cukup penting ya? Kenapa bertemu dengan klien, rambut kamu basah seperti itu? Habis keramas sama klien ya?" Kembali Belda menyindir suaminya. Perta seketika langsung tersentak, wajahnya terlihat tegang. Dia buru-buru menghindar dari Belda, anehnya lagi Perta masuk ke dalam kamar yang satunya, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status