Dikarenakan keluarga Tuan Alex sudah terkumpul, Belda dan Mira bergegas berpamitan meninggalkan rumah sakit. Karena mereka berdua merasa tidak enak, lagian mungkin Zahrani sudah menunggu terlalu lama di salon itu. "Ternyata Nilam hatinya benar-benar mulia Belda, tidak sia-sia kamu mempercayakan Nizam sama Nilam, aku yakin Nilam akan menjadi Ibu yang baik bagi anakku," ucap Mirna dalam perjalanan menuju salon. "Iya, hatiku sekarang tenang dan lega. Apalagi melihat Nizam tadi tumbuh menjadi anak yang kuat dan sehat, aku benar-benar tenang Mira," ucap Belda."Bersyukurlah kamu, anakmu berada di lingkungan yang sangat menyayangi dirinya, kamu terus mendoakan Nizam, agar anakmu bisa berhasil sampai suatu saat nanti, dan bisa membuat kamu bangga," ucap Mira.Tak lama kemudian mobil tiba di salon, setelah memarkirkan mobil, keduanya keluar dan langsung masuk ke dalam salon. Mata Belda dan Mira terbelalak melihat perubahan pada diri Zahrani. "Masya Allah, wowwwww, ini benar Zahrani kan?"
"Ngapain kamu datang ke sini Belda?" Tanya Nyonya Arimbi tiba-tiba. "Mah," panggil Nilam dengan lemah lembut, Nilam tidak ingin terjadi keributan antara Nyonya Arimbi dan Belda. "Mbak Belda datang ke sini hanya ingin ketemu dengan anaknya mah, kasihan Mbak Belda. Apalagi dia sedang sakit, tolong ya mama," ucap Nilam kembali. Belda langsung berdiri walaupun hatinya terasa rapuh berhadapan dengan mantan mertuanya. Lalu dia meraih tangan Nyonya Arimbi. Tiba-tiba air mata Belda jatuh di atas punggung tangan Nyonya Arimbi. "Bagaimana kabar nyonya?" Tanya Belda dengan penuh hormat, kan dia tidak berani memanggil Nyonya Arimbi dengan sebutan mama. "Baik," jawab Nyonya Arimbi dengan ada ketus. "Nyonya," Mira ikut mencium punggung tangan ibunya Tuan Alex.Nyonya Arimbi bukannya ikut duduk, setelah bersalaman dia lalu pergi ke ruang dapur, entah apa yang dilakukannya, karena memang sudah kebiasaan, kalau datang ke rumah Nilam, pasti Nyonya Arimbi langsung makan. Beliau selalu mengatakan,
Belda melihat seorang anak kecil berlari-lari ke arah seorang wanita cantik, yang tak lain wanita itu, Nilam. Yang sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Nizam yang berusia 3 tahun. Ada perasaan nyeri yang menjalar di hati Belda, saat anak kandung sendiri memanggil ibu sama wanita yang bukan ibu kandungnya."Nizam," desis Belda sambil menatap nanar keduanya, mana Nizam tampak tertawa-tawa dalam pelukan Nilam."Itu Nizam sama Nilam kan?" Tanya Mira sambil menatap ke arah mereka berdua.Belda langsung menganggukan kepalanya, tak terasa air matanya menggenang di pipi, ternyata pemandangan yang ada di depannya membuat hatinya terasa perih."Ayo kita cepat ke dalam, pasti Nilam akan mengizinkan kamu bertemu dengan anaknya sendiri," ajak Mira.Mobil Mira langsung bergerak menuju pintu gerbang rumah tuan Alex. Pintu gerbang besi yang menjulang tinggi, si sopir langsung menyembunyikan klakson, tak lama yang terlihat seorang satpam berlari ke arah pintu gerbang. Yang membuka pintu gerbang l
"Kenapa? Kamu kaget tentunya Mira, kamu tahu kan tadi yang membawa makanan dan minuman ke sini? Itu Zahrani namanya, Dia asisten rumahku, wajahnya cantik kan? Tubuhnya tinggi semampai, cuma anak itu tubuhnya tertutup dengan gamis lebar, aku melihat rambut dia juga sangat terlihat indah," ucap Belda."Oh, anak yang tadi rupanya ya, tapi apakah dia bersedia?" Tanya Mira. "Menurut aku pasti dia bersedia, dan aku tahu dia itu seorang pekerja keras, dia bahkan mau menjadi asisten rumah di sini, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dia tinggal berdua bersama ibunya, rumahnya juga tidak jauh dari sini," ucap Belda.Zahrani memang bercerita tentang kehidupan dia waktu itu. Belda ingin mengangkat derajat Zahrani, dia harus menjadi seorang foto model walaupun dengan pakaian tertutup. Karena sekarang banyak pakaian model muslimah yang sedang ngetrend."Baiklah besok aku akan menghubungi temanku, tolong dandani Zahrani sedikit ya, wajahnya kelihatan fresh, atau aku bawa ke salon saja, bia
Panggilan Karin terhadap Perta, langsung bunyi tak perhatian para karyawan yang akan masuk kerja. Hampir semua para karyawan mendengar panggilan itu, mereka menautkan kedua alisnya heran. "Kok bu Karin, panggil Pak Petra dengan sebutan Mas? Ada apa di antara mereka ya?" Tanya salah seorang karyawan sambil berbisik."Jangan-jangan mereka ada hubungan spesial, tapi sudahlah kita jangan banyak bicara. Kamu tahu sendiri kan Karin itu siapa? Dia adik bos perusahaan kita, kalau kita terus saja membicarakan dirinya, bisa-bisa kita dipecat dari perusahaan ini, ayo kita masuk," ucap karyawan itu. "Mas, Kenapa wajahmu seperti itu?" Tanya Karin, karena Karin merasa wajah Perta sedikit keruh. "Sewaktu kita pergi ke puncak, rupanya ada seseorang yang sengaja mengirimkan foto ke istriku," ucap Perta."Hah! Yang benar saja kamu bicara! Masa sih ada yang berani mengirim foto kita berdua," tukas Karin tidak percaya. Walaupun sebenarnya dalam hati Karin dia merasa bahagia, seandainya Belda tahu, te
"Darimana kamu Mas?" Tanya Belda sambil menyalakan lampu ruang tengah. Belda menyipitkan matanya, karena melihat rambut Perta sepertinya habis keramas. Perta langsung terperanjat, saat melihat istrinya sudah berdiri di ruang tengah, padahal sewaktu masuk tadi, ruangan masih gelap gulita. Wajah Perta langsung terlihat pucat pasi. "Haruskah aku mengulangi kembali pertanyaanku?" Tanya Belda sambil menatap tajam ke arah suaminya. Buru-buru Perta menguasai keadaan, lalu berkata sama Belda, " aku habis ada urusan kantor dari luar, aku habis menemani si Bos untuk bertemu dengan klien, Maaf aku pulang terlambat," ucap Perta."Oh, ya? Bertemu dengan klien sampai dini hari begini? Memangnya klien itu cukup penting ya? Kenapa bertemu dengan klien, rambut kamu basah seperti itu? Habis keramas sama klien ya?" Kembali Belda menyindir suaminya. Perta seketika langsung tersentak, wajahnya terlihat tegang. Dia buru-buru menghindar dari Belda, anehnya lagi Perta masuk ke dalam kamar yang satunya, b