Beranda / Romansa / Satu Tahun Jadi Istrimu / Bab 87. Titik Akhir

Share

Bab 87. Titik Akhir

Penulis: Liani April
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-03 10:00:38

Hari itu, langit Jakarta tampak kelabu. Awan bergelayut rendah, seolah ikut menanggung beban berat yang sedang dipikul oleh dua hati yang pernah disatukan dalam janji rapuh.

Di depan gedung pengadilan negeri, deretan mobil mewah dan sederhana bercampur menjadi saksi bisu dari berbagai kisah rumah tangga yang retak.

Tavira melangkah dengan mantap. Wajahnya dingin, tatapannya lurus ke depan tanpa sedikit pun menoleh. Rambut hitamnya disanggul sederhana, busana putih gading yang ia kenakan memancarkan kesan berjarak. Bersih, tegas, dan tak tergoyahkan.

Di sampingnya, pengacara yang ia sewa berjalan mengikuti, menenteng map berisi dokumen. Semua formal, semua prosedural. Tidak ada lagi nuansa hangat seperti ketika ia dulu menandatangani perjanjian pernikahan di rumah Darian. Kini semuanya hanya hitam di atas putih.

Sementara itu, Darian berdiri beberapa langkah di belakang. Jas hitamnya rapi, dasi terikat sempurna, tapi wajahnya pucat. Sorot matanya tak perna

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Efri Ef
knp darian Ndak berusaha menjelaskan semuanya lewat eshan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 182. Rekomendasi

    Hujan baru saja berhenti ketika Tavira menutup pintu toko bunganya sore itu. Udara Malang terasa sejuk, menyisakan embun di dedaunan yang bergoyang ringan. Aroma tanah basah bercampur wangi mawar segar, mengisi setiap sudut Bloomia.Toko itu tak besar, tapi setiap bagian dibuat dengan cinta. Rak kayu berisi vas kaca bening, pita warna pastel, dan kartu ucapan kecil hasil tulisannya sendiri. Di dinding, tergantung foto-foto pelanggan yang pernah ia layani.Pasangan yang tersenyum, anak-anak membawa bunga untuk ibunya, bahkan seorang nenek yang memesan buket untuk ulang tahun pernikahan ke-50.Semua itu sederhana, tapi bagi Tavira, di sinilah hidupnya dimulai lagi.Ia sedang menyusun rangkaian bunga lili putih ketika bel pintu berdenting. Seorang perempuan muda dengan jas abu-abu masuk, membawa map dan tablet di tangan.“Permisi, ini Bloomia, ya?” tanyanya ramah.Tavira mengangguk sambil tersenyum.“Iya, benar. Ada yang bi

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 181. Diam-diam

    Sudah beberapa hari sejak kepulangannya dari Malang, tapi bayangan perempuan itu belum juga hilang dari kepala Darian.Setiap kali ia menatap jendela kaca di ruangannya, ia seperti kembali berdiri di depan toko kecil dengan papan bertuliskan Bloomia. Tempat yang anehnya mampu menimbulkan hangat di dadanya hanya dengan melihat dari luar.Seharusnya ia tak begitu terganggu.Toh, pertemuan itu hanyalah kebetulan. Tapi sejak malam itu, pikirannya tak pernah benar-benar tenang.Setiap hal kecil mengingatkan dirinya pada Tavira. Aroma bunga di ruang rapat, warna krem di dinding kantor, bahkan cara sinar matahari sore jatuh di antara celah tirai.Rasanya mustahil baginya untuk benar-benar melupakan. Seolah semua hal di sekitarnya bersekongkol untuk memanggil nama itu kembali.Eshan masuk membawa beberapa berkas, memecah lamunannya.“Pak, ini daftar vendor yang ikut seleksi untuk proyek Green Arcadia tahap dua,” katanya sambil m

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 180. Bertemu

    Udara malam di gang itu terasa dingin, tapi dada Darian panas seperti disulut dari dalam.Ia tidak tahu harus melakukan apa. Tas di tangannya menjadi alasan semu untuk tetap berdiri di tempat. Sementara Tavira menatapnya tak berkedip, seolah tak yakin sosok di depannya benar-benar nyata.“Tavira.”Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulutnya, pelan, nyaris serak.Tavira masih diam. Matanya menatap Darian lama, sangat lama, seakan mencoba memastikan bahwa semua ini bukan permainan cahaya atau ilusi kenangan yang sering menghantuinya di malam sepi.Begitu Darian melangkah setengah langkah mendekat, Tavira mundur spontan. Gerakannya refleks, tapi cukup untuk membuat sesuatu di dada Darian retak pelan.Darian berhenti di tempat. Menunduk sedikit, lalu mengembuskan napas pelan.“Aku hanya mau mengembalikan ini.”Darian mengulurkan tas yang tadi direbut dari pencopet, nada suaranya terkendali tapi bergetar d

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 179. Penonton Dari Jauh

    Sudah tiga hari berlalu sejak Darian menemukan Bloomia.Namun setiap kali pikirannya mencoba fokus pada laporan proyek, nama toko itu selalu muncul kembali di sudut benaknya, seperti aroma bunga yang samar tapi tidak pernah benar-benar hilang.Ia masih di Malang.Alasan resminya, meninjau progres proyek tahap dua Green Arcadia.Alasan sebenarnya, ia belum siap pergi. Belum siap meninggalkan kota yang diam-diam menyimpan seseorang yang selama ini hanya hadir dalam mimpi.Pagi itu, setelah rapat dengan tim arsitek, Darian duduk sendirian di kafe kecil di seberang jalan. Di hadapannya, secangkir kopi hitam sudah dingin. Ia menatap ke seberang, ke arah toko yang jendelanya dihiasi bunga mawar dan lily beraneka warna. Bloomia.Tirai putih di jendela terbuka setengah. Di dalam, Tavira tampak sibuk melayani pelanggan. Gerak tubuhnya ringan dan cekatan, senyumnya tulus, matanya tenang.Darian tidak bisa menahan senyum samar yang muncul di bib

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 178. Bunga Untuk Awal Baru

    Hari di Malang cerah. Udara sejuk, langit biru muda dengan awan berarak lambat di atas deretan bukit jauh di sana. Mobil hitam yang ditumpangi Darian berhenti di depan area proyek Green Arcadia, kawasan perumahan ramah lingkungan yang sedang dibangun di pinggiran kota.Darian turun dari mobil, mengenakan kemeja abu muda dan jas ringan. Sikapnya tetap tenang, formal, seperti biasa. Namun di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Perasaan asing yang muncul setiap kali ia menjejak tanah Malang.Ia menyusuri area proyek, meninjau pembangunan perumahan tahap awal. Para pekerja menyapa hormat, dan ia membalas dengan anggukan pendek. Satu per satu laporan ia baca, revisi ia berikan, dan instruksi keluar dari mulutnya dengan nada tegas tapi tidak berlebihan.Semuanya tampak biasa. Profesional.Namun setiap kali ia menatap langit biru di atas sana, pikirannya melayang. Ada nama yang berkali-kali muncul tanpa izin.Sore mulai turun. M

  • Satu Tahun Jadi Istrimu   Bab 177. Nama yang Terucap

    Malam itu, jalan tol menuju Jakarta basah oleh embun. Mobil yang mereka tumpangi meluncur stabil di jalur kanan, meninggalkan kota Malang yang perlahan tenggelam di belakang.Eshan duduk di kursi depan, sementara Darian bersandar di kursi belakang, matanya terpejam setengah. Pria itu sudah tertidur ringan, napasnya pelan, bahunya bergerak tenang seiring ritme mobil.Kelelahan setelah serangkaian rapat dan inspeksi proyek membuat tubuhnya terasa berat, tapi pikirannya belum sepenuhnya tenang. Lampu-lampu kendaraan yang berpapasan memantul di wajahnya sesekali, menciptakan bayangan bergerak di permukaan kulitnya.Mobil berguncang ringan, dan di tengah keheningan itulah suara berdering pelan terdengar dari kursi depan. Nada dering lembut, milik Eshan. Pria itu menoleh cepat, menurunkan volumenya sebelum menjawab dengan suara pelan.“Hallo?”Darian masih setengah sadar, tapi tidak sepenuhnya tertidur. Suara lembut Eshan di depan sana tentu bisa kedenga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status