#Saudara Rasa Orang Lain (15)
Pov Bang Majid
"Innalilahi Wainnailaihi Raji'un." Ucapku melemah seiring dengan ambruknya tubuh ini.
Tulang belulangku serasa remuk tak bertenaga, saat melihat orang yang kusayangi terbaring kaku, dan kini tubuhnya pun telah membiru.
Seketika diri ini jadi merasa berdosa sekali dengan Ayah, karena aku telah mengabaikan ucapannya.
Aku sebenarnya juga jadi curiga dengan istriku sendiri, tapi lagi-lagi perasaan itu langsung kutepis karena tak mungkin Arimbi tega membunuh Ayah mertuanya sendiri. Arimbi tak mungkin sejahat itu.
🌼🌼🌼
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (16)Pov Bang MajidKini rumah peninggalan Ayah dan Ibu sudah kujual semua termasuk perabotan yang ada di dalamnya. Karena aku akan membeli rumah baru serta isinya yang baru juga.Karena kalau aku tetap memakai perabotan peninggalan Ayah dan Ibu, aku akan selalu dihantui rasa bersalah. Karena telah mengambil hak yang sebenarnya adalah milik Lila.Sebenarnya aku juga kasihan dengan Adikku itu. Hidupnya kini sangat pas-pasan semenjak menikah. Apalagi semenjak perusahaan di tempat suaminya bekerja bangkrut dan semua karyawan dirumahkan termasuk Arham.Hidup Lila semakin mengalami penurunan, dan kini hanya mengandalkan pemas
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (17)Pov Majid dan LilaPart 17"Apa sih, Sayang? Kamu emangnya nggak capek ya, sama pertempuran kita semalam? Aku pegel banget nih, udah lemes banget malah." Jawabnya asal, masih sambil memejamkan mata.Sontak saja aku pun terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Arimbi."Heh, bangun! Bangun nggak? Ngomong apa kamu tadi?" Aku menggoncang-goncangkan tubuhnya lebih keras, agar Arimbi mau terbangun dari tidurnya. Kesal sekali rasanya hati ini saat mendengar dia berbicara seperti tadi.Sebenarnya, apa yang telah dia lakukan semalaman? Sampai dia berbicara seperti itu? Apa
#Saudara Rasa Orang Lain (18)Tak mungkin juga kan, kami memberitahukan yang sebenarnya pada Sofi, siapa Ferdy sebenarnya. Karena kami juga sebenarnya masih mencari tahu lebih dalam tentang Ferdy. Dan kenapa dia bisa menjalin hubungan dengan Sofi dan juga Kak Arimbi."Hhmm, nggak kok. Dia kemarin kebetulan aja cuma jadi penumpang Om, dia mau ketemuan sama temannya mungkin di cafe dua warna," Jelas Bang Arham pada Sofi."Oh gitu, kirain ketemuan sama cewek lain." Jawabnya datar."Tapi, kalau dilihat-lihat kayaknya itu cowok bukan orang baik deh menurut Mama mah! Kamu mending jangan percaya dulu, Sof. Coba cari tahu lebih dalam lagi," Kak Alma ikut menimpali.
#Saudara Rasa Orang Lain (19)Pov Lila dan Majid#LilaAku hanya diam saja tak menjawab ucapan mereka, jelas saja aku keringatan. Karena sejak tadi memang aku masih sibuk berkutat dengan bahan-bahan kue di dapur. Tapi, walaupun aku berkeringat, aku tetap menjaga kebersihan kue kok. Nggak seburuk yang dibayangkan oleh mereka.Tak lama Bang Arham dan juga anak-anak ikut keluar, lalu mereka bersalaman dengan Kak Virda dan juga Bang Majid.Sekilas ada rasa tak nyaman tergambar jelas di wajah Kak Virda saat dia bersalaman dengan Bang Arham dan juga anak-anak.Telapak tangannya hampir tak tersentuh
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (20)Pov Majid"Kemana sih istri kamu itu? Orang suami datang kok malah menghilang." Omel Kak Virda sepanjang jalan menuju ke belakang rumah."Nggak tau aku juga, Kak. Padahal di depan juga ada mobil. Tapi aku nggak tau itu mobil siapa, kalau ada tamu seharusnya pintu depan nggak terkunci dong!" Sahutku kesal, karena kedatanganku dan juga Kak Virda tak ada yang menyambut malah mereka seakan menghilang.Lalu, sesampainya kami di halaman belakang rumah. Aku langsung bergegas membuka pintu belakang, tapi nihil. Pintu belakang juga terkunci dan aku pun tak bisa masuk ke dalam rumah.Betapa kesalnya diri ini pada Arimbi. Kemana dia dan j
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (21)POV MAJIDAku memang belum memergokinya secara langsung, tapi entah kenapa hatiku seakan yakin kalau Arimbi sedang ada bermain di belakangku.Kenapa wanita yang kupuja dan kubela, sampai-sampai aku berani mendurhakai kedua orang tuaku, kini malah menancapkan pisau yang sangat tajam di hati ini. Hingga rasanya hati ini telah hancur berkeping-keping, saat tahu kalau dia berkhianat dibelakangku."Apaan sih, Pah! Kamu lagi ngelindur ya? Nuduh-nuduh aku kayak gitu! Udah ah aku ngantuk, mau tidur." Dia berjalan dengan santainya melewatiku yang masih dilanda api amarah. Seakan tak peduli dengan perasaanku dan merasa tak bersalah sama sekali.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (22)POV MAJIDHatiku berdetak tak karuan, karena takut waktu menabrak pemulung tadi kenapa-napa. Tapi, lagi-lagi aku yakinkan diri sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja. Karena aku tak mau kalau sampai mengeluarkan uang untuk biaya ke rumah sakit, apalagi untuk mengobati seorang gelandangan, tak sudi rasanya.🌼🌼🌼Kini aku sudah sampai di dekat parkiran hotel tempat Kak Virda menginap kemarin.Aku bergegas turun bersama anak-anak yang kini sudah terbangun. Padahal Faraz dan Fariz anak yang penurut dan tak pernah rewel, tapi kenapa Arimbi malah sepertinya acuh dengan anak kandungnya sendiri, anak yang telah lama kami nantikan
🌼🌼🌼Aku segera turun ke lobby utama, niatku mau mampir sebentar ke restoran di depan hotel, untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.Karena tadi Kak Virda tak menawariku makan sama sekali, karena dia sedang berpuasa.Sesampainya di lobby, aku langsung bertanya pada receptionis tentang Arimbi dan laki-laki tadi.Tapi sayang, bukan atas nama Arimbi yang registrasi di hotel ini. Dan kemungkinan atas nama lelaki tadi yang sedang bersamanya. Karena aku juga tak tahu nama laki-laki itu, lalu ku urungkan niat untuk mencari tahu tentang istriku itu. Biar saja nanti aku akan menghubungi dia.Tuutt … tuutt … terdengar suara telepon terhubung. Namu