Share

Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO
Saya Tiba-tiba Menjadi Ibu Anak CEO
Penulis: Orange

Bab 1 Kebakaran

Orang yang paling populer dan terkenal di Kota Bandung bertunangan hari ini.

Ketika berita ini tersebar, seketika langsung menghebohkan masyarakat kalangan atas.

Di dalam kamar mandi wanita.

Cintia mengenakan gaun pengantin yang dibuat dari Jogja, wajahnya berseri-seri, melihat dirinya dalam cermin membuatnya tersenyum tipis.

Setelah berpacaran selama 3 tahun bersama Rein kekasihnya, akhirnya mereka menikah.

Meski semua wanita ingin menjatuhkannya dari belakang, kekasihnya tetap mencintainya selama 3 tahun ini.

Wajah Cintia terlihat sangat ceria dan penuh kebahagiaan, matanya berkaca, dengan percaya diri dia menenteng gaunnya berjalan keluar.

Sedetik kemudian, dari celah pintu asap halus mengepul keluar, seolah-olah tidak sabar mencari jalan keluar, terus menyelinap masuk ke dalam toilet.

Kebakaran?

Ekspresi mukanya berubah, dengan cepat dia keluar dengan menutupi hidungnya, pesta yang tadinya sangat ramai, sekarang tidak ada seorang pun, yang tersisa hanyalah asap tebal saja bercampur dengan api yang seolah-olah bisa melahap habis segalanya.

Tanpa merasa ragu dia melangkah menuju arah pintu keluar yang ada dalam ingatannya.

Di tengah-tengah kobaran api, asap tebal mengepul.

Kalau merasa tidak takut itu hal yang tidak mungkin, seluruh tubuhnya bergemetaran.

Pada saat ini, seorang laki-laki tiba-tiba langsung menyelinap masuk dari luar, itu adalahnya tunangannya Rein.

Seperti melihat seorang penyelamat, "Rein, aku di sini .... Hugh, hugh ...."

Namun Rein tidak mendengarnya, wajahnya terlihat penuh kecemasan mencari kemana-mana, dia hanya terlihat sedang mencari sesuatu, tanpa ragu dia berjalan ke arah yang berlawanan dengan Cintia.

Setiap detik sangatlah berharga.

Rein memeluk wanita lain yang juga terjebak di aula dan dengan cepat mereka berlari keluar.

"Kak Rein, aku tahu kamu pasti datang menolongku ...." Di tengah kobaran api, Cintia dengan jelas mendengar suara wanita itu yang sangat lemah dan tidak berdaya, "Aku takut ...."

Tiba-tiba.

Cintia merasa dirinya seperti terpukul oleh kayu, pandangannya gelap, dadanya terasa sesak dan sangat sakit.

Suara itu adalah suara adik tirinya, Starvy.

Ternyata, orang yang Rein pertaruhkan nyawanya untuk diselamatkan bukan dirinya!

Hatinya seperti tersayat-sayat dengan pisau yang sangat tajam.

Perasaan itu benar-benar menyesakkan, seratus kali lebih menyesakkan dibanding dengan asap tebal ini!

Dia benar-benar tidak bisa berkata apa-apa.

Lampu gantung yang ada di langit rumah tiba-tiba terjatuh!

"Brakk!!" Jatuh tepat di hadapan Cintia dan menutupi jalan keluarnya.

Cintia terkejut jatuh lemas ke lantai.

Pada saat ini, Rein berbalik dan melihat Cintia yang terjatuh tepat di belakangnya.

Namun, dia sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya.

Ketika Cintia mengangkat kembali kepalanya, Rein sudah menggendong Starvy untuk keluar tanpa memedulikan semuanya.

Sudah diambang kematian, dia bahkan masih dengan jelas mendengar suara lembut Rein yang sedang menghibur perempuan yang ada di pelukannya, "Jangan takut, aku ada di sini ...."

Aku ada di sini ....

Cintia berusaha menggerakkan matanya, walau pun diselimuti oleh rasa panas yang menyakitkan, hatinya terasa dingin membeku.

Dia hanya bisa pasrah melihat sosok yang dikenal itu perlahan menghilang dari hadapannya.

...

Cintia berhasil diselamatkan.

Ketika Cintia dalam keadaan putus asa, tim pemadam kebakaran datang tepat waktu dan berhasil menyelamatkannya.

Namun, karena menghirup terlalu banyak asap dan kaki kanannya luka tertimpa kayu, Cintia sudah tidak sadarkan diri ketika diselamatkan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Cinta pun akhirnya tersadar kembali keesokan harinya.

Cuaca di Kota Bandung sangatlah bagus pada awal musim panas ini. Angin berhembus, secercah sinar matahari menyinari wajah Cintia yang terlihat lemah dan pucat berbaring di atas tempat tidur. Terpaan sinar matahari mengenai bulu matanya yang tebal dan lentik. Cintia mengamati langit biru dan awan putih kapas dengan pandangan tenang tanpa ekspresi apa pun, diam membeku seolah-olah dia sedang berada dalam keadaan koma.

Tidak tahu sejak kapan.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka.

Cintia berbalik dan melihat.

Ayahnya, Jacob Dijaya, ibu tirinya Claudia dan juga adik tirinya Starvy Dijaya datang menjenguknya.

"Kak, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Starvy dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Semua yang terlintas di dalam pikiran Cintia hanyalah gambaran ketika Rein Halim menyelamatkan Starvy, dia pun mengalihkan pandangannya dan memalingkan mukanya dari mereka bertiga.

"Masih saja kurang ajar! Kamu tidak mendengar adikmu sedang bertanya?!" Jacob Dijaya sangat emosi melihat respon Cintia.

Melihat Cintia tidak merespon, ibu tirinya, Claudia dengan buru-buru berkata, "Jacob, Cintia masih anak-anak. Lagian, hari ini masih ada urusan yang lebih penting."

Jacob juga sepertinya tidak ingin berbasa-basi dengan Cintia, dengan jelas berkata, "Kamu harusnya sudah tahu kalau Rein menyukai Starvy. Kebetulan resepsi pertunangan kalian batal, kamu bisa mengumumkan pada orang-orang kalau pertunangan kalian telah dibatalkan dan mengikhlaskan Rein dan Starvy untuk bersama."

Akhirnya Cintia pun tertawa, tertawa karena merasa kesal.

"Kenapa?" tanya Cintia pada Jacob.

"Karena mereka saling mencintai, ditambah lagi peristiwa kamu hamil di luar nikah yang menghebohkan seluruh Bandung dan merusak reputasi Keluarga Dijaya! Cintia, kamu benar mengira Keluarga Halim bersedia menikahi seorang wanita sepertimu? Sudah diberikan kesempatan, kamu harusnya sadar diri!" kata Jacob dengan sangat percaya diri.

Pada saat berusia 18 tahun, Cintia dibohongi oleh Starvy untuk ke bar dan menjebaknya dengan memberinya obat, ketika tersadar kembali dia sudah tertidur di sebelah seorang pria yang tidak dikenalnya. Cintia sangat depresi, tanpa melihat siapa sosok pria di sampingnya itu, dia langsung kabur. Karena pada saat itu Cintia masih terlalu muda, dia sama sekali tidak mengerti mengonsumsi pil pencegah kehamilan. Ketika dia sadar, kandungannya sudah berusia 5 bulan. Dia menahan rasa sakit dan diam-diam pergi menggugurkan bayinya. Namun, semua ini difoto dan disebarluaskan oleh media masa yang dibayar oleh Starvy, pada saat itu juga Cintia menjadi bahan tertawaan seluruh Kota Bandung.

Namun tidak disangka, karena kondisinya yang tidak mendukung, dokter memberitahukan kalau dia tidak bisa melakukan aborsi, dia tetap harus melahirkan anaknya. Setelah akhirnya dia menerima keberadaan anak tersebut, kejadian yang tidak diduga terjadi. Bayi itu meninggal dalam kandungan. Di saat dia kesakitan dan membutuhkan hiburan, Jacob justru dengan tidak berperasaan mengirim Cintia ke luar negeri. Selama 7 tahun, Jacob sama sekali tidak memedulikannya.

Sampai sekarang, dia baru saja terselamatkan dari musibah, ayahnya justru malah datang membujuknya untuk melepaskan Rein untuk bersama putri kesayangannya, Starvy?! Betapa tidak berperasaannya dia sebagai seorang ayah sampai bisa mengatakan hal-hal yang begitu kejam terhadap putrinya sendiri dan membuka luka lamanya berulang kali tanpa keraguan.

"Ternyata kebiasaan menjadi pelakor bisa diturunkan ke anaknya." Cintia tersenyum sinis, "Merusak reputasi Keluarga Dijaya? Keluarga Dijaya punya reputasi apa? Kamu sudah tidak sabar menikahi selingkuhanmu bahkan sebelum jasad ibuku dingin. Yang paling konyol, anak yang dilahirkan oleh selingkuhanmu hanya setengah tahun lebih muda dariku. Kalau ingin mengungkit masalah kenajisan, tidak ada yang lebih najis daripada kamu di Bandung ini."

"Cintia!" Jacob sangat marah.

Starvy dan Claudia merasa malu karena sindiran itu.

Cintia sudah tidak ingin bertengkar lagi dengan orang yang disebut sebagai keluarga ini, "Apakah Keluarga Halim bersedia atau tidak menikahiku, biarkan Rein yang langsung memberitahukannya padaku, kamu tidak perlu ikut campur! Kalau kalian tidak mau pergi, aku akan lapor polisi sekarang! Lagian kalau ada keributan, aku juga tidak malu, 'kan?"

Jacob tahu Cintia mirip dengan ibunya. Meskipun Cintia terlihat lemah, tidak ada yang bisa melawan sifatnya yang berani dan berkharisma ketika ada orang yang menyinggungnya!

"Cintia, jangan sampai aku mengirimmu keluar negeri lagi!" Jacob langsung pergi setelah mengatakan kalimat itu!

Starvy dan Claudia dengan spontan mengikutinya.

Cintia melihat punggung mereka dan tersenyum dingin.

"Jacob, kamu kira aku masih sama dengan Cintia 7 tahun lalu, bisa kamu perlakukan sesuka hatimu?!"

"Mulai sekarang, aku tidak akan membiarkan siapa pun menjatuhkanku. Ini adalah hidupku!"

"Mama?"

Suara anak kecil yang jelas dan lembut tiba-tiba membuat Cintia tersadar kembali.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sitihajar Sitizulaikha
kok gak update2 terus kelamaan rasa nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status