Share

Scorpio part 6[ Nilai Fisika]

Setelah berkutik dengan rumus-rumus selama hampir dua jam. Rava menyelesaikan yang pertama, Rava bangkit memberikan soal itu pada pak Harjo dan keluar kelas. Jam istirahat lima menit lagi berbunyi, tujuannya saat ini pergi ke kantin dan menemui bu Ceci untuk membantu mencuci piring.

Saat ulangan tadi Rava sangat serius dan teliti. Ia sudah tiga kali mengerjakan soal itu hingga semua jawaban ia anggap benar. Semoga saja pengumuman nanti di grub kelas Rava mendapat nilai tinggi ia tidak ingin mengecewakan Regina dan Melinda.

Langkahnya terhenti di kantin, ia melihat Gina sedang berbicara pada bu Ceci, Rava mendekati keduanya. Gina tidak melirik Laki-laki itu sama sekali, berbeda dengan Rava yang sudah menebar senyum pada Gina maupun Bu Ceci.

"Gimana ulangan pagi ini? Dibolehin sama pak Harjo?" tanya Bu Ceci menggoda Rava yang tersenyum malu.

"Dibantuin sama Gina juga bu, kalau nggak yah udah daritadi aku kesini. Rava langsung cuci piring aja yah ke belakang."

"Ehh nggak usah, udah di cuci semua kok sama Gina. Ibu tadi dibantu sama dia, kata Gina dia jamkos makanya langsung kesini," jawab bu Ceci menjelaskan. Rava mengangguk paham duduk di depan Gina yang sibuk bermain ponsel.

Sedangkan bu Ceci izin melayani siswi yang membeli cireng kuahnya. Rava menghela napas berat, ia masih tidak mengerti kenapa dari tadi pagi Gina mendiamkan Rava. Apa karena Rava yang meminta bantuan pada Gina soal ulangan itu atau memang ada masalah lain dengan gadisnya?

"Re, kamu kenapa? Kok dari tadi pagi aku dicuekin sih? Nggak enak tau," 

Bapak penjual bubur ayam meletakan pesanan Gina di meja, setelah pergi Gina makan tanpa memandang Rava yang sudah diam karena tidak mendapat respon apapun dari Gina. Perempuan itu menyodorkan mangkuk buburnya yang satu, Rava hanya meliriknya saja.

Mengerti kondisi Rava yang sudah marah, baru Gina berbicara tentang masalah semalam pada laki-laki itu. Hingga Rava cukup terkejut, dan berpikiran Gina akan menerima perjodohannya dengan Bara.

"Semalam aku mau dijodohin,"

"Kamu serius?" tanya Rava menatap manik mata Gina dengan lekat, seakan mencari kebohongan yang disembunyikan Gina  tetapi tidak ada. Gina mengatakan hal iti benar, jika kedua orang tuanya memaksa Gina akan menolaknya keras. Bahwa ia tidak sudi tunangan dengan Bara. Yang statusnya tidak Gina kenal.

"Iyah, tapi aku nggak mau, aku nggak kenal dia, jadi aku bilang sama Papa buat nolak perjodohan itu," ujar Gina masih santai memakan sarapan . Ia menyeruput es teh yang baru saja dibuatkan. Tatapan Rava terlihat terluka saat Gina mengatakan hal yang sebenarnya.

"Kalau kedua orang tua kamu maksa gimana? Kamu nggak ada hak buat nolak kan? Jadi aku harus apa?" tanya Rava menggenggam tangan mungil milik Gina. Gina menghela napas, yang dikatakan Rava juga benar kalau kedua orang tuanya memaksa ia tidak bisa menolak.

Tapi Gina juga tidak ingin menikah tanpa rasa sayang dan cinta, ia hanya mencintai Rava. Untuk Bara calon tunanganya ia tidak menyukai, jika mereka nanti menikah pasti banyak ketidak cocokan. Karena pernikahan itu atas dasar paksaan, bukan murni karena keduanya saling cinta ataupun sayang.

Berbeda dengan Rava dan Gina, justru mereka sudah saling terbuka. Sepertinya takdir tidak mendukung, Rava berada di kalangan orang biasa saja  sedangkan Gina sudah tentu kaya. Mana mungkin kedua orang tuanya mensetujui hubungan mereka. Terlalu mustahil untuk mendapatkan restu.

"Aku usahain hal itu nggak akan sampai terjadi. Kalaupun iyah aku bisa nolak Rav, aku punya hak. Mereka maksa aku juga nggak akan baik buat kedepannya," 

"Kamu harus bisa yah, aku selalu dukung kok. Kalau kita nggak ditakdirin buat bareng, aku ikhlas kamu sama yang lain," balas Rava tersenyum kecut, ia sudah sangat mencintai gadis itu. Bagaimana bisa melupakanya secepat itu, dan Gina juga pasti tidak diperbolehkan berinteraksi dengan keduanya.

Seorang gadis duduk di samping Rava, Gina melirik heran menatap cewek yang tiba-tiba berada disamping Rava. Rava menoleh ia tersenyum pada Gevania, murid baru di kelas Rava. Sosok gadis yang tadi pagi di jalan bertemu dengan Rava dan cowok itu memberinya jaket.

"Hay Rav, nilai ulangan lo paling tinggi. Congras yah," ujar Gevania tersenyum tipis pada Rava, Rava yang mendengar itu mengecek ponselnya. Ia membuka whatsAap, alangkah terkejutnya saat ia melihat nama nya berada di paling atas. Dengan skors 100 persen.

"Alhamdulillah Re nilai ku 100. Ibu pasti seneng kalau denger aku dapet nilai tinggi," ujar Rava menatap Gina yang mematung sejak tadi. Merasakan hatinya berdesir hebat. Sosok Rava ada yang mendekati dan dia perempuan yang cantik, sebelumnya Gina tidak pernah melihatnya.

"Makasih yah Van, kalau lo nggak bilang. Gue nggak bakalan tauh," ujar Rava menatap Gevania dengan antusias. Gina berkedip, ia tersadar dari lamunanya. Buru-buru merebut ponsel Rava dan melotot tajam.

Dia berhasil membuat Rava mendapat nilai tinggi, selanjutnya Gina akan melatih cowok itu sampai ikut olimpiade. Bergilir sampai semua rencananya selesai dan ia akan melepas Rava saat itu juga.

"Nanti aku ajarin lagi buat materi selanjutnya. Pulang sekolah ini kamu mau kemana?" tanya Gina melirik gadis di sebelah cowoknya. Rava memutuskan topik pembicaraanya dari Gevania dan kembali fokus pada Gina yang berada di depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status