Share

Scorpio part 5[ Gina marah]

Sinar mentari menerobos jendela di kamar Rava yang semalam tidak dikunci. Rava terbangun karena pantulan sinar matahari. Ia bangkit untuk segera mandi, pagi ini Rava akan menjemput Gina untuk berangkat sekolah bersama. 

Selesai mandi Rava memakai seragam sekolah, menyisir rambut dan memakai kaca mata yang baru semalam di berikan oleh Melinda. Rava keluar kamar ibunya yang sedang menyiapkan sarapan untuk pagi ini.

"Selamat pagi bu, mau Rava bantuin?" tanya Rava hendak membantu Melinda yang sedang menumis kangkung dan tempe goreng. Menu sederhana Rava pagi ini sangat menggiurkan. Setelah matang ia dan Melinda makan dengan khidmat hanya berdua, Jiyo Ayahnya sedang bekerja di pabrik. Satu minggu sekali akan pulang.

Rava cukup kangen dengan Ayahnya yang lama tidak pulang. Biasanya mereka akan makan bersama kadang juga berkebun ketika sore hari. Ia sangat merindukan sosok pahlawan itu.

"Nanti kalau kamu dapet nilai 100 ibu kasih uang lebih buat jajan hari ini, plus nggak usah bantuin deh," ujar Melinda menantang anaknya Rava agar bisa mendapatkan nilai 100 di mapel fisika. Melinda yakin Rava bisa memperoleh nilai tinggi, semalam anaknya belajar hingga larut malam. Setelah mengantar Gina pun dilanjut hingga ketiduran.

Saat mendengar cerita Rava semalam Melinda menangis, ia merasa putranya tidak berarti apa-apa disekolahan. Dan para guru juga tega karena sudah melakukan hal keji itu terhadap putranya. Sepertinya Gina sosok penolong bagi Rava selama gadis itu selalu dekat dengan Rava.

"Wah serius? Kalau gitu nanti aku usahain buat dapet nilai tinggi. Biar ibu sama Gina seneng kan?" balas Rava tersenyum tipis, ia menyelesaikan sarapan dan bergegas berangkat sekolah karena hari semakin siang.

"Hati-hati ini ibu kasih lebih uang sakunya, nanti kalau istirahat makan bareng Gina yah," ujar Melinda memberi uang Rava sebesar limapuluh ribu rupiah. Rava kaget, biasanya uang berjumlah sebanyak itu untuk satu minggu. Dan Ibunya memberikan uang sebanyak itu untuk hari ini saja.

"Bu ini kebanyakan, aku setengahnya aja. Buat belanja hari ini emang ada?" tanya Rava takut ibunya tidak bisa berbelanja untuk makan hari ini. Namun sepertinya Melinda mempunyai tabungan dan merelakan kalau uangnya Rava pakai.

"Nggak apa-apa, udah berangkat sana keburu siang  katanya mau jemput Gina," goda Melinda meletakan piring di wastafel. Ia membersihkan meja saat digunakan untuk sarapan tadi.

"Rava berangkat yah bu, makasih."

Rava menyalami Melinda dan bergegas menjemput Gina. Ditengah-tengah perjalanan tidak sengaja Rava melihat seorang siswi yang memakai pakaian seperti dirinya. Rava mendekati perempuan itu.

"Butuh bantuan?" Tanya Rava melihat perempuan itu terus menunduk seakan takut berinteraksi dengan orang lain.

"Saya baik-baik aja. Kamu bisa pergi duluan," balas perempuan itu masih dalam keadaan menunduk dan tubuhnya bergetar.

Rava yang peka dengan kondisi gadis itu turun dari motor dan melepas jaketnya. Kebetulan hari ini ia memakai jaket kulit, hari biasanya Rava juga memakai namun saat sampai sekolahan ia akan melepaskannya.

"Soryy yah," Rava melilitkan jaketnya dipinggang cewek tadi. Ternyata cewek yang menunduk itu sedang datang bulan, namun tidak mengetahui hanya Rava saja yang tadinya sempat melirik. Bercak darah itu jelas terlihat di seragam OSIS.

"Rok lo ada darahnya, gue takut nanti banyak yang lihat," lanjut Rava menaiki motornya hingga pergi dari cewek itu.

Gevania Liyodra murid baru pindahan dari bandung, saat hari pertamanya masuk ke SMA MELORINE ia sudah di bantu oleh salah satu cowok yang tidak ia kenal. Memberinya bantuan dan pergi begitu saja. Ia ingin menolak namun keadaan memaksanya untuk menerima.

Gevania melanjutkan perjalanannya hingga sebuah taxi berhenti di depan. Perempuan itu masuk dan mobil pun melesat pergi dari tempat itu. Rava berhenti di depan rumah bak istana, ia turun dari motornya. Mengucapkan salam pada satpam disitu.

"Selamat pagi pak, Regina nya ada?"

"Ada mas, tungguin yah saya panggilin," balas pak satpam masuk kedalam rumah megah itu. Dan tak selang beberapa menit kembali dengan Regina di belakangnya.

Gina membuka gerbang rumahnya, ia meminta helm yang dibawakan Rava dan duduk diatas motor cowok itu. Rava berbalik setelah mengucapkan terimakasih pada pak satpam. Melihat Gina sudah duduk di atas motornya Rava mengernyit bingung.

"Pagi, kenapa muka kamau cemberut kaya gini?" Tanya Rava menoel pipi Gina yang memasang wajah cemberut. Gina menepis tangan Rava ia menyuruh cowok itu naik dan segera pergi ke sekolahan.

"Udah buruan naik, bentar lagi bel masuk. Aku nggak mau telat karena ulah kamu!" Cibirnya tanpa menatap wajah Rava dari spion. Rava menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Beberapa menit kemudian ia telah sampai di parkiran sekolahan.

Seluruh atensi murid tertuju pada keduanya. Gina turun ia membuka helm dan memberikan pada Rava. Saat ingin pergi terlebih dahulu Rava menarik tangan Gina hingga mundur beberapa langkah.

"Kenapa sih Re? Aku bikin salah sama kamu?" tanya Rava heran melihat tingkah Gina yang tidak seperti biasanya. Gina terdiam mood nya pagi ini rusak karena kedua orang tuanya.

Mereka memaksa Gina menerima perjodohan konyol itu dengan Bara. Padahal Gina tidak mencintai cowok itu dan sama sekali tidak mengenalnya. Gimana bisa Gina menyukai sosok yang sebelumnya tidak ia kenal aneh bukan rasanya jika Gina masih baik-baik saja?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status