Share

Scorpio part 7[ Dion dan Gevania]

Gina geram mendengar balasan dari gadis di depannya. Ia bangkit meninggalkan keduanya yang terdiam, tanpa berpamitan pada Rava Gina keluar dari kantin. Hanya meninggalkan uang untuk membayar bubur dimeja.

Rava berganti menatap Gevania yang tersenyum lebar tanpa dosa. Rava memutar bola matanya malas, sepulang sekolah nanti ia akan membujuk Gina agar memaafkanya lagi. 

"Sorry yah Van, gue males lagi ngomong sama lo. Gina marah karena ucapan lo tadi, sama aja lo ngerusak hubungan gue sama dia. Dan inget dia senior lo! Jaga sopan santun," Setelah mengatakan hal itu Rava bangkit ia sudah mengatakan pada bu Ceci untuk membayarkan bubur ayam. Rava berjalan keluar dari kantin, Gevania masih mengekorinya dari belakang.

Tanganya di cekal oleh gadis itu hingga berhenti, dari arah berlawanan ia melihat Dion dan segerombol temanya. Rava meneguk salivanya berulang kali, dengan cepat ia menepis tangan Vania.

"Pergi sana jangan gangu gue," ujar Rava hendak berbelok melewati lapangan. Namun suara tegas Dion mengurungkan niatnya.

"Gak usah kabur, pinter yah lo. Udah deketin Gina, sekarang murid baru Gevania yang cantik ini," ujar Dion melirik Gevania yang bergidik ngeri. Rava mendorong bahu Vania untuk pergi menjauh dari Dion. Namun yang ada cewek petakilan itu justru berjalan menghalangi tubuh Rava yang di depanya.

"Gue sama Rava mau ke kelas, bisa minggir?" ujarnya penuh penekanan dan dingin. Dion menoel pipi Vania dan mengelus kedua pipinya. Dengan cepat kedua tangan Vani mendorong keras bahu Dion.

Bagas, teman Dion hampir tertawa. Selama mereka berteman baru kali ini ia melihat Dion di kasarin dengan perempuan. Biasanya mereka akan tunduk pada Dion, tapi tidak dengan perempuan di depan mereka. 

Tidak ada raut ketakutan, justru ekspresinya yang dingin menjadikan Bagas tersenyum. Bangga karena melihat perempuan yang tidak takut pada mereka. Rava yang melihat tingkah Vania yang melawan ia menarik tangan cewek itu mundur.

"Apasih Rav? Biarin gue habisin mereka semua. Lo nggak perlu ikut campur," dengus Vania menarik Rava untuk mundur lagi. Rava mencengkram tangan Vania erat. 

Tatapannya tajam menatap Dion yang tersenyum licik dan nakal. Berulang kali Rava menghadapi sifat Dion. Baru kali ini melihatnya tampak berbeda. Sesuatu yang buruk akan terjadi. Rava sepenuhnya tidak yakin jika Vania tidak disangkut pautkan.

"Gak usah basa-basi. Lo mau apa lagi sama gue? Belum puas kemarin bikin gue sekarat di lapangan? Kayanya lo suka banget kalau gue menderita?" tanya Rava memincingkan matanya tajam, yang ditatap justru tertawa kencang  seolah ucapan Rava hanya angin yang lewat saja.

"Udah berani lo lawan gue? Nggak bisu lagi kalau gue  suruh apa? Bagus! Hari ini gue mau cewek simpenan lo itu buat gue. Dan untuk Gina, gue ikhlas."

Vania melotot tajam mendengar cowok di depannya berkata kalau Vania adalah cewek simpanan Rava. Dalam hati Vani berdoa semoga saja yang dikatakan laki-laki itu terwujud. Vania rela kalau Rava menjadikannya sebagai cewek simpanan.

"Hey sembarangan kalau ngomong! Gue itu temenya, terus apa tadi lo bilang? Cewek simpenan? Enak aja kalau ngomong!"

"Nggak usah macem-macem Dion! Gue nggak akan biarin lo manfaatin dia gitu aja. Dan satu lagi, dia bukan cewek simpenana gue. Inget itu!"

Rava menarik tangan Gevania dari Dion. Mereka berdua berjalan tergesa-gesa di koridor. Rava melepaskannya ketika mereka sampai di depan mading. Vania meringis cengkraman tangan Rava sangat kuat. Tangan Vania sampai memerah karena selama dikoridor ia di tarik secara paksa.

"Masuk kelas duluan sana, gue mau ke kelas Gina. Dan satu lagi, jangan deket-deket sama Dion dan temen-temenya. Mereka bahaya buat lo!" 

Rava melangkah pergi dari hadapan Vania yang terdiam. Tujuannya saat ini adalah menemui Gina yang berada di kelasnya, namun saat sudah di depan kelas Gina justru kosong. Tidak ada siswi lainnya yang berada di kelas. Rava merogoh ponselnya ia menelfon Gina baru beberapa menit panggilan langsung ditolak.

Mencoba keduakalinya akhirnya berhasil, dari nada bicaranya Gina sangat kesal pada Rava. Namun secepat mungkin Rava menjelaskannya pada Gina.

"Kamu dimana sekarang? Aku kesana yah?"

"Nggak usah mending kamu masuk kelas sana belajar. Dan jangan sampai aku lihat berduaan lagi  sama cewek centil itu." Ujar  Gina dengan nada kesal.

Rava terkekeh pelan, ternyata Gina cemburu melihat kedekatan keduanya  antara Vania dan Rava. Padahal Rava hanya berniat menolong gadis itu saat di jalan, dan berakhir Vania yang menyukainya. Rava tidak mengerti kenapa hal itu terjadi. Dia jujur tidak memiliki perasaan apapun pada cewek itu.

Hanya Gina yang ada di dalam hatinya.

"Jawab aku Re, kamu dimana?"

"Di perpus Rava, kamu kenapa sih nanya terus?"

"Aku kesana sekarang. Jangan pergi tungguin aku sampai."

Rava langsung mematikan ponselnya. Ia menuruni tangga berjalan tergesa-gesa dikoridor. Berharap cepat sampai dan menemui Gina. Sesampainya di perpus Rava masuk, ia menyapa Pak Rasyem selaku guru penjaga perpus.

Setelah menulis absen ia masuk dan mencari keberadaan Gina. Hingga sosok yang ia cari sedang fokus menulis di sebuah buku. Rava mendekati duduk di sebelahnya.

"Sibuk banget kayanya? Mau aku bantuin nggak nih? Atau bisa sendiri?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status