Share

Scorpio part 3[ Ulah Dion]

Siang ini Gina duduk di kantin sendirian. Matanya terus menatap pintu kantin, menunggu kedatangan sosok Ravangga yang tak kunjung datang. Ia melirik arlojinya yang menujukan pukul 10:5 menit artinya lima menit lagi bel istirahat berakhir dan sosok laki-laki itu belum datang menemuinya.

Gina bangkit saat beberapa siswa berlarian menuju lapangan untuk melihat sesuatu yang terjadi. Pikirannya tidak enak, ia berjalan tergesa-gesa keluar kantin, langkahnya mematung saat di lapangan. Sosok yang sedaritadi ia tunggu sudah terkapar tak berdaya di lantai lapangan.

"RAVA!" Gina berlari membela kerumunan, ia berjongkok mengusap darah yang keluar dari hidung cowok itu. Mata Rava terpejam erat, Gina mengepalkan tanganya kuat, memandang seluruh murid yang hanya menyaksikan Rava yang pingsan.

"PAK ADRIAN! ADA SISWA YANG PINGSAN PAK, TOLONGIN SAYA!" teriak Gina menatap salah satu guru yang lewat, ia sangat berharap guru baik itu mau menolongnya. Dan benar, langkah Pak Adrian berbelok menghampiri Gina yang melambaikan tangan di tengah lapangan.

"Astagfirullah, Rava kenapa ini? Apa yang terjadi dengannya?" Pak Adrian membopong Rava lalu membawanya ke UKS. Seluruh kerumunan bubar karena perintah Pak Adrian. Gina mengekor di belakangnya dengan cemas. Takut kalau hal buruk terjadi pada cowok itu.

Pak Adrian membaringkan Rava di UKS, ia berpamitan pada Gina yang mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Gina mengambil kotak obat dan membersihkan darah yang mengalir dari hidung Rava. Bibir cowok itu juga lebam, Gina berpikir siapa yang sudah melukai Rava sampai berdarah seperti ini.

Lima belas menit kemudian Rava terbangun, ia menelisik UKS,  bau obat tercium jelas di hidungnya. Bibirnya robek karena pukulan Dion dan teman-temannya. Rava juga melupakan janjinya dengan Regina karena ulah dari Dion beberapa jam yang lalu

Flasback on

Rava keluar dari kamar mandi, setelah pelajaran matematika yang rumit dan memusingkan. Regina mengirim pesan untuk makan siang dikantin bersama, tanpa menolak Rava mengiyakan. 

Baru saja langkahnya sampai di kelas Xl ia sudah diseret oleh dua teman Dion dan membawanya ke tengah-tengah lapangan. Dion memandang Rava dengan senyuman iblis, satu tanganya menyentuh bola basket.

Dug

Bola basket yang tadinya di tangan Dion kini berubah mengenai kepala Rava, Cowok itu terhuyung kebelakang. Bersyukur bisa menjaga keseimbanganya, Dion maju memperpendek jarak keduanya. Mata cowok itu menajam bak elang yang siap menerkam.

"Nggak usah belagu mau rebut Regina dari gue, lo itu sampah yang nggak pantes dapetin cewek secantik dia," ujar Dino mencengkram seragam batik milik Rava. Satu tanganya lagi menggantung di udara, siap membogem wajah Rava yang hanya diam.

"Lo denger gue ngomong apa nggak? Jangan cuma nunduk kaya gitu! Dengerin omongan gue, simak baik-baik," lanjut Dion dengan emosi yang memerah, urat lehernya tercetak jelas kalau laki-laki itu dalam kondisi tidak stabil.

"Gue nggak denger, Regina sama gue udah pacaran. Lo nggak ada hak buat larang gue sama dia!" balas Rava menepis tangan Dion yang tadinya mencengkram. Rava menatap Dion remeh, bahkan dengan beraninya Rava meludah sembarangan. Seakan jijik dengan kata-kata yang Dion lontarakan.

"Brengsek! Lo berani ngelawan gue Ha?!" sentak Dion mendorong bahu Rava kuat, Rava terjungkal ke lantai. Ia bangkit berganti mendorong Dion hingga terjatuh.

"Kenapa? Lo takut kesaing sama gue? Karena Regina lebih milih gue dari pada cowok tolol kaya lo?" sela Rava dengan emosi yang muncak. Dion bangkit menendang Rava hingga terguling di lapangan, lalu meninju wajah Rava berkali-kali. Sampai kaca mata Rava, Dion injak hingga tak terbentuk.

"Gue nggak akan diem aja lihat Regina sama lo. Tunggu pembalasan Gue," bisik Dion ditelinga Rava, cowok itu menutup matanya. Rasa sakit dihidungnya seakan retak. Dion pergi dari tempat itu bersama teman-temanya.

Seluruh atensi siswa maupun siswi teralih pada seorang murid yang tergletak tak berdaya di tengah lapangan. Semua murid mendekati dan berbisik-bisik mengenai Rava. Hingga seorang gadis datang dan menyelamatkannya.

Flasback off

Rava mengecek ponselnya, pesan dari Gina sudah dibaca. Tapi ia tidak melihat keberadaan gadis itu, Rava melamun pulang nanti ia harus beralasan apalagi pada ibunya. Kemarin saja ia dimarahi habis oleh ibu tercintanya bagaimana dengan ini?

Regina kembali dari kantin, ia masuk ke UKS. Melihat Rava yang melamun, Gina duduk di kursi. Menatap cowok itu dengan jahil.

"Ngelamun terus, nanti kalau kesurupan gimana hayo?" goda Gina memberikan sebotol air mineral pada Rava, Rava menerimanya dengan baik. 

"Makasih, maaf selalu ngerepotin," balas laki-laki itu tersenyum kecut, Rava meletakan minuman  di meja. Menghembuskan nafasnya perlahan. Mau sampai kapan dirinya seperti ini secara terus menerus. Ia merasa merepotkan Regina dari dulu. Rava tidak bisa membiarkannya begitu lama. Saat membalasnya seperti tadi, ia hanya akan pingsan dan seperti itu terus.

"Jangan ngelamun, nanti malam aku dateng ke rumah kamu. Kita belajar bareng," ujar Regina yang memasangkan plester pada pipi Rava yang membiru, bogeman Dion memang sangat kuat  sampai membuat wajah Rava berubah.

"Makasih Re, dan maaf karena ngerepotin kamu terus. Kalau nanti aku ada uang, aku traktir kamu makan. Biar nggak kamu terus yang traktir aku," balas Rava memeluk Regina yang tadinya hanya diam. Regina membalas pelukan Rava dengan hangat. Perempuan itu mengelus punggung kekasihnya. Memberikan semangat agar Rava bisa berubah untuk jauh lebih baik lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status