Share

Scorpio part 4[ Makan malam]

Malam ini Regina siap akan pergi kerumah Rava. Setelah makan malam dengan keluarganya selesai gadis itu bergegas mengganti pakaian di kamar. Memasukan buku-buku penting dan keperluan lainnya. Gina bangkit berjalan menuruni tangga, berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Ance pergi dulu yah Ma, nanti pulang jam 10," ujar Gina dengan menyebutkan Ance. Karena kedua orang tuanya memanggil Gina dengan sebutan Ance. Mau tak mau Gina menurut, ia juga tidak terlalu memperdulikan.

"Mau kemana lagi Ance? Kenapa tidak belajar dirumah saja?"

Gina menatap Mamanya dengan malas, sekali bilang ia akan pergi Gina tidak mendengarkan larangan kedua orang tuanya. Gadis tetap berjalan tanpa berbalik untuk masuk kamar.

Setelah masuk kedalam mobil. Regina duduk, ia mengambil ponselnya untuk mengabari Rava bahwa dirinya sebentar lagi akan sampai.

Dirumah Rava terdiam sembari memegang buku paket fisika di tanganya. Besok ia ulangan fisika, jika pak Harjo tidak memperbolehkan Rava untuk ikut yang kali ini. Tentu saja ia akan mendapatkan nilai kosong karena selama mapel tidak mengikuti.

Rava berpikir keras bagaimana caranya agar ia diperbolehkan masuk dan ikut ulangan? Apa dia harus meminta bantuan pada Gina. Sosok perempuan itu pasti bisa membujuk pak harjo agar Rava di perbolehkan.

"Rava temanmu ada yang datang, temui dia," suara lantang ibunya terdengar jelas. Rava tersadar ia bangkit berjalan membukakkan pintu untuk Gina. 

Karena pulang sekolah tadi mereka berencana akan belajar bersama. Sebenarnya Rava menolak, ia takut Gina tidak nyaman karena tinggal di rumah reot miliknya. Rumah Rava tidak sebesar rumah Gina, jauh berkali-kali lipat.

Namun dengan keyakinan penuh Gina berbicara akan baik-baik saja. Ia tidak keberatan tinggal di rumah Rava yang biasa saja tidak seperti rumahnya yang nyaman dan megah. Gina tersenyum manis menyapa Rava yang biasa saja.

"Kenapa?" tanya Gina menaikan kedua alisnya bingung, Rava mengacuhkan bahunya. Ia menarik tangan Regina masuk dan menemui ibunya di dapur.

"Ehh ada tamu, namanya siapa kok nggak dikenalin sama ibu Rav?" tanya Melinda menarik tangan Gina duduk dikursi yang terbuat dari kayu. 

"Malem tante saya Gina temen Rava," balas Gina menunduk malu ketika Rava melotot. Sepertinya tidak terima saat di depan ibunya Gina berkata mereka hanya sebatas teman.

"Gina pacar aku bu, ibu restuin kita kan?" tanya Rava tersenyum jahil menatap ibunya. Melinda tidak memperdulikan ucapan putra sulungnya. Ia meletakan dua telur mata sapi dipiring dan segelas air putih. 

"Ibu adanya cuma lauk ini, kamu makan yah sama Rava. Ibu tinggal ke kamar dulu mau beresin kamar," pamit Melinda meninggalkan keduanya, Gina menghela napas berat. Melihat kondisi Rava yang seperti ini rasanya Gina ingin menangis.

Makan malam nya tadi dirumah selalu enak, tidak seperti dirumah Rava yang hanya telur goreng. Beruntung sebelum ke rumah Rava Gina membeli makanan di restauran. Ia membuka bungkus pelastik itu. Meletakan semuanya dimeja.

"Panggil ibu lagi, kita makan bareng," suruh Gina menatap tajam Rava yang hanya diam. Membuat Gina kesal dan mencubit kedua pipinya.

"Kamu bawa makanan sebanyak ini nggak dimarahin? Lain kali nggak perlu Re. Aku sama Ibu biasa makan seadanya aja. Kita masih bersyukur bisa makan walaupun lauknya cuma itu-itu aja."

Gina spesial, ia meletakan ayam goreng di piring Rava dan satunya lagi di piring Melinda. Rava bangkit ia berjalan menuju kamar ibunya. Perempuan itu masih melipat pakaian para pelanggan. Siang tadi juga banyak yang laundry di tempat Melinda. 

"Bu, makan dulu yah. Rava tauh ibu belum makan. Gina bawa makanan banyak ibu harus ikut makan."

"Kamu yang suruh yah? Lain kali jangan gitu yah. Kita emang keluarga miskin Rava, tapi ibu nggak pernah ngajarin kamu buat minta-minta sama orang lain," balas ibu dan Rava keluar dari kamar.

Mereka duduk, Gina tersenyum lagi. Ia memberikan piring yang lengkap dengan lauk pauk. Melinda mengangguk terimakasih. Rava yang melihat Gina begitu baik dengan ibunya, ia semakin cinta pada gadis itu.

"Maaf yah bu, Gina beli ini semua bukan maksud gimana. Cuma Gina pengen aja gitu," ujar Gina dengan terbata-bata, Melinda mengerti ia menganggukan kepalanya paham.

"Ibu paham Gin, udah yah kita makan. Yang penting besok-besok jangan lagi yah." Peringat Melinda menyuapkan makanannya kedalam mulut.

Selesai makan malam, Gina membersihkan semua piring kotornya dengan Melinda. Sedangkan Rava yang sedaritadi hanya melihat saja. Ia akan menunggu Gina selesai dan belajar bersama untuk ulangan besok pagi.

"Kamu lanjutin belajar aja sama Rava, biar ibu yang selesaiin ini semua." 

Gina mengangguk ia berbalik menatap Rava. Mereka duduk di ruang tamu yang beralas karpet. Dan meja yang penuh dengan bunga hiasan. Rava mengeluarkan buku fisika, besok ulangan ia harus mendapatkan nilai diatas kkm.

Agar pak Harjo mempercayainya lagi, setelah berbulan-bulan Rava hanya keluar masuk kelas saja. 

"Re, bisa tolongin aku buat besok pagi?" tanya Rava menatap Gina yang sedang merapikan semua buku-buku Rava yang berserakan.

"Apa? Aku bantuin kamu selagi bisa."

"Besok aku ulangan Fisika, kamu bantu aku bilang sama pak Harjo yah, setiap ulangan aku selalu nggak dibolehin ikut Re. Dan yang jadi taruhanya nilai aku nanti saat semester,"

Gina mengernyit mendengar penuturan cowok itu. Rava tidak diperbolehkan ikut pelajaran? Bagaimana bisa guru itu melaranganya? Apa karena kondisi keluarga Rava yang tidak mampu. Maka semua guru bertindak sesukanya?

Tak heran saat kemarin Gina melihat di mading, Rava berada di urutan bawah saat di lab kimia. Ternyata ini semua salah guru yang tidak mengizinkan ikut pelajaran. Hanya karena faktor itu saja.

"Besok aku bilangain sama pak Harjo kamu tenang aja. Tapi janji sama aku nilai kamu harus diatas 70 bisa?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status