Share

Scorpio part 8[ Keras kepala]

Gina duduk di halte ia menunggu Rava yang sedang mengambil motor di parkiran. Lima menit kemudian Rava keluar dari pekarangan dan Gina segera duduk di atas motor milik cowok itu. Saat hendak pergi mereka mendengar suara cempreng seseorang cewek yang berlari mengejar keduanya.

"RAVA! TUNGGUIN GUE," suara Vania terputus-putus karena mengejar Rava dari parkiran. Saat ia baru saja keluar dari toilet justru melihat sosok Rava yang menaiki motornya keluar kelas. Dengan cepat Vania mengejar sampai di luar gerbang. Beruntung cowok itu belum pergi jauh.

"Gue mau ikut bolehin yah?" rengek Vania menatap Rava dengan memohon. Gina yang melihat itu memutar bola matanya malas. Ia menepuk pundak Rava agar menjalankan motornya. Namun respon cowok itu justru terdiam, seakan bingung dengan kondisinya sekarang. 

Memilih antara pergi dengan Gina atau meninggalkan Vania di sekolahan sendirian. Sebenarnya ia bisa saja pergi dengan Gina tanpa memperdulikan Vania, yang setatusnya hanya teman sekelas. Tapi rasa seperti tidak yakin, ia bimbang dan ragu untuk melakukan hal itu.

"Jalan nggak? Kalau kamu pilih dia? Aku turun!" Ancam Gina yang menyadarkan lamunan Rava. Rava melirik Vania dan menggeleng.

"Gue sama Gina  duluan yah, soryy nggak bisa ngajak lo," Rava menjalankan motornya tanpa menoleh lagi pada Vania. Gina tersenyum manis memeluk Rava, berbeda dengan Rava yang merasa bersalah ketika Vania meneriaki namanya berulang kali dan mengejar cowok itu sampai terjatu. Rava melihatnya dari kaca spion motor.

"RAVA JANGAN TINGGALIN GUE!"

Bruk

Vania tersungkur di jalanan, merasakan ngilu pada bagian kedua kakinya. Gadis itu bangkit dengan berjalan terpincang-pincang. Vania masuk kembali ke sekolahan untuk mengambil mobilnya dia akan mengekori Rava sampai nanti  kerumah.

Sesampainya dirumah Rava memarkirkan motornya di halam rumah. Ia turun melepaskan helm Gina dan masuk kedalam rumah. Ia menyalami tangan Melinda yang sedang menggosok pakaian pelanggan.

"Assalamualaikum bu," ujar Gina dengan mencium tangan Melinda. Ia melepas sepatu dan meletakan di rak yang terbuat dari kayu.

"Ibu seneng banget kamu kesini lagi, sering-sering main kesini yah," balas Melinda tersenyum hangat. 

Rava memasuki kamarnya ia berganti pakaian, meletakan ponselnya di meja belajar. Dan keluar lagi memberikan Gina bajunya untuk di pakai.

"Nih ganti baju dulu sana, aku tungguin diluar,"

Gina mengangguk ia menerima baju Rava dan pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Rava duduk di teras rumahnya, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah. Rava bangkit ketika melihat Vania yang berjalan menghampirinya dengan jalan yang tertatih.

"RAVA! gue bilang kan mau ikut, pelit banget sih?" kesal Vania duduk di kursi sebelah. Rava melihat lutut Vania yang terluka. Ia masuk kedalam kamar dan mengambil obat-obatan. Gina keluar dari kamar mandi berjalan menemui Rava yang di depan. Saat diambang pintu tubuhnya mematung melihat Rava yang berjongkok mengobati lutut Vania.

"Udah selesai pulang sana, gue sama Gina mau pergi," ujar Rava bangkit tatapannya jatuh pada Gina yang sudah berganti pakaian. Rava menarik tangan Gina dan pergi dari hadapan Vania.

Vania bangkit meletakan obat-obatanya di kursi. Ia mengekori Rava yang membawa pacarnya ke kebun. Tidak terlalu luas, sore ini udara begitu sejuk. Vania nyaris jatuh karena menginjak batu kerikil. Beruntung gadis itu bisa menyeimbangi.

Berbagai sayuran tertanam disini, dari mulai sayur bayam, kangkung, cesim, cabai, timun, tomat dan masih banyak lainnya. Vania mengejar keduanya hingga sampai saat mereka sedang memetik tomat. Kebetulan juga stok di dapur Rava sudah habis, biasanya Melinda akan menyuruh Rava saat pulang sekolah atau biasanya juga Melinda.

Namun karena kali ini Rava membawa Gina, jadi ia juga akan membawakanya untuk gadis itu ke rumah. Lumayan juga dapat sayuran segar dari kebun Rava.

"Nanti kalau ibu masik sibuk aku yang masak buat makan malem. Kamu nanti bantuin aku loh jangan liatin aja," ujar Gina memasukan timun ke keranjang kecil.

"RAVA BEGO!" ujar Vania menatap Gina  dengan kesal, ia memetik tomat dan melemparkannya ke wajah Gina, tak sengaja mengenai matanya sampai memerah. Rava mendelik tajam mendorong bahu Vania hingga gadis itu mundur. Ia langsung membantu Gina yang mengucek matanya berulang kali. Rava meniup mata Gina hingga tidak iritasi lagi.

Setelah pandanganya membaik Gina menatap Vania dengan kesal ia memetik tomat dan melemparanya ke arah wajah gadis itu tapi tidak mengenainya. Gina semakin kesal ia menarik rambut Vania sampai wajah gadis itu memerah menahan sakit.

"Lepasin! Jauhin tangan kotor lo dari rambut gue. Regina Ancella," peringat Vania yang membentak, rambutnya seakan mau lepas dari kepala. Rava melerai keduanya. Kepalanya pusing melihat dua perempuan yang saling berhadapan ini bertengkar.

"Gue udah peringatin lo buat jauhin Rava, lo budeg atau emang pura-pura nggak denger. Rava itu pacar gue Gevania Liyodra. Dan lo itu benalu dihubungan kita. Mending sekarang jauhin deh," cibir Gina bersedekap dada.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status