공유

Pertemuan

작가: Queennsa
last update 최신 업데이트: 2020-09-14 11:18:18

 “Isabel terima kalau Abi jodohkan Isabel.”

Raut bahagia terpancar dari wajah pria paruh baya tersebut, ia beranjak dari duduknya dan memeluk tubuh putrinya.

"Keputusan yang sangat bagus, Isabel." Pria itu melepaskan pelukannya dengan putrinya. 

"Tapi, bukannya kamu memiliki pilihan sendiri, ya?" tanya Umi Isabel, kening wanita itu mengerut membuat beberapa garisan di dahinya.

Kepala Isabel menggeleng pelan, ia tersenyum masam mendengarnya. "Nggak, Umi. Dia bukan orang terbaik untuk Isabel."

"Sudah, tidak usah memikirkan pria itu lagi. Abi akan segera mengabari teman Abi, biar mereka bisa secepatnya datang bersama anak mereka," ucap Abi Isabel girang. Pria itu beranjak dari hadapan Isabel dan istrinya lalu mengambil ponsel miliknya di kamar.

Tatapan Umi Isabel tak pernah berpaling dari gadis itu. Ia seolah mengetahui ada yang disembunyikan oleh Isabel, tangannya pun ia rentangkan. 

Dengan cepat, Isabel menyambutnya dan memeluk tubuh Uminya dengan erat. Tangisnya seketika pecah di pelukan Uminya. 

"Menangislah, Nak. Menangislah jika memang kamu butuh," bisik Umi Isabel. Tangannya mengelus punggung Isabel lembut. 

Membuat tangis gadis itu semakin keras, hingga akhirnya ia merasakan lega yang nenjalar di hatinya. Uminya memang selalu mengetahui apa isi hatinya saat ini. Apa yang sedang ingin ia lakukan saat ini.

"Sudah?" tanya Umi Isabel, ia melepaskan pelukan mereka dan menghapus jejak air mata putrinya di kedua pipi Isabel. 

Bahkan hijab yang menutupi bagian atas gadis itu kini telah basah akibat air matanya yang mengakir deras. 

"Makasih, Umi. Umi selalu mengerti apa yang Isabel inginkan," cicit Isabel.

Kepala wanita paruh baya itu mengangguk perlahan. "Iya. Umi bakal lakuin apapun asal kamu bahagia, Nak. Karena kesedihan kamu adalah kesedihan Umi."

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka menampilkan wajah Abi Isabel yang nampak berseri-seri. Ia pun berjalan sedikit cepat ke arah istri dan anaknya. 

"Kalian siap-siap, ya. Kita akan membicarakan perjodohan Isabel malam ini, di rumah makan," pinta Abi Isabel.

***

Malam ini, Isabel tampak cantik dengan gamis berwarna hitam dengan corak bunga-bunga yang di bordir, dipadukan dengan hijan pashmina berwarna senada. 

Ia sedari tadi berusaha memantapkan hatinya. Meyakinkan bahwa ia benar-benar akan menjalani perjodohan ini dengan lapang dada ke depannya. Menjadi istri dari pria yang baru saja dikenalnya. 

"Sudah siap, Isabel?" 

Suara Umi Isabel terdengar dari luar kamar, membuat gadis itu cepat -cepat meraih tasnya yang berada di atas kasur keluar dari kamar. Mengikuti Uminya berjalan ke mobil.

Semuanya tampak telah siap, bahkan jika dilihat Abi Isabel lah yang paling girang saat ini. Sampai-sampai Isabel berpikir yang akan menikah nanti sebenarnya dirinya atau Abinya.

Tangan Isabel membuka pintu mobil di bagian belakang, masuk ke dalam dan menutupnya kembali. Tak lama kemudian, Uminya menyusul dan duduk di depan menemani Abinya.

Abi Isabel pun menyalakan mesin mobil dan menginjak pedal gas, membawa mobil tersebut membelah jalanan yang lumayan lenggang malam itu.

Kedua orang tua Isabel adalah pasangan paling serasi di matanya. Ia selalu ingin seperti Abi dan Uminya, bersama hingga akhir hayat.

Maka dari itu Isabel tak ingin salah memilah jodoh, ia tak ingin pernikahannya akan hancur dan impiannya pupus seketika. Nauzubillah.

Selama perjalanan, Isabel memilih menatap jalanan kota yang dihiasi lampu-lampu dari gedung-gedung tinggi yang masih beraktifitas hingga malam. Kepalanya terus memikirkan akan seperti apa pria yang dijodohkan dengannya itu.

Apakah pria itu tampan, putih, yinggi, berhidung mancung, dan humoris? Ah, Isabel segera menggelengkan kepalanya. 

"Kenapa aku jadi memikirkan wajah Sean? Bagaimana tidak, pria itu sangat memenuhi kriteria jodohku, kecuali satu. Seiman," batin Isabel.

Isabel adalah gadis sederhana yang memimpikan suami setampan Nabi Yusuf, dengan akhlak semulia Rasullullah. Tentu saja mustahil, tetapi setidaknya gadis itu ingin separuh saja keinginannya ada di jodohnya kelak.

Tanpa Isabel sadari, mobil yang dibawa oleh sang Abi pun memasuki area parkiran sebuah rumah makan mewah. 

"Ayo Isabel, kita sudah sampai."

Suara Uminya segera membuat lamunan Isabel terbuyar seketika. Ia pun membuka pintu mobil dan memperbaiki model hijabnya yang sedikit berantakan.

Tak mungkin kan dia bertemu dengan calon suami dan keluarga barunya dengan penampilan yang acak-acakan. 

Senyum ia hiaskan di wajahnya, walaupun sedikit terpaksa tetapi gadis itu tak ingin dinilai sombong pada pertemuan pertamanya dengan calon suaminua nanti.

Tangan Isabel pun digandeng oleh Uminya, merrka bertiga berjalan bersamaan memasuki rumah makan dengan gaya Eropa tersebut. Sementara Abi Isabel, ia mencari-cari di mana gerangan temannya tersebut.

Hingga, Abi Isabel melihat sebuah tangan yang seperti memanggilnya. Ia pun menggiring keluarga kecilnya ke sana. 

Tampak sepasang suami istri paruh baya tengah duduk berdampingan di sana. Pakaian yang mereka gunakan terbilang mewah dan cukup modis jika diamati.

"Assalamu'alaikum," salam Abi Isabel.

"Waalaikumsalam, ayo duduk dulu, Raif, Hana," ucap pria yang tampak seumuran dengan Abi Isabel.

Mereka pun duduk berhadapan dengan kedua pasangan tersebut. Sedari tadi mata Isabel mengelilingi ruangan tersebut mencari di mana gerangan pria yang akan dijodohkan dengan dirinya.

"Jadi ini toh yang namanya Isabel. Cantik banget anaknya," ucap wanita tersebut. Aku pun membalas ucapannya dengan senyum manis.

"Terima kasih, Tante," ucapku.

Sepertinya Abi juga sama sepertiku, ia terlihat mencari seseorang tabg kurang di sana. "Di mana anak kalian?"

"Sebentar lagi mungkin datang, maaf ya. Dia baru pulang dari luar kota dan sangat sibuk di kantornya. Itulah kenapa saya mau menjodohkan dia dengan putri kamu, Raif. Umurnya sudah matang, tapi dia hanya terus fokus pada pekerjaan saja," ucap pria tersebut yang mirip seperti sebuab curhatan.

Abi Isabel tampak menganggukkan kepalanya mengerti. "Artinya dia itu mau mapan dulu kali supaya bisa membiayai hidup istri dan anak-anaknya nanti, San. Kamu jangan berpikir buruk dulu dengan anakmu."

"Ah, sudahlah. Lebih baik sekarang kalian pesan saja dulu, daripada menunggu Ahmed. Dia sepertinya akan datang lama lagi," ucap pria bernama Hasan tersebut. Ia pun memanggil salah seorang pelayan dan menyuruhnya untuk menghidangkan mkanan.

Isabel terlihat dongkol dibuatnya, bahkan sedari tadi ia mengumpati pria tersebut di salan hatinya. "Baru pertemuan gini aja udah gak bisa hadir, gimana kalau udah nikah? Aku mungkin bakal dicuekin habis-habisan kali, ya."

Tentu saja Isabel mengucapkan kata-kata tersebut di dalam hatinya, ia tak mungkin mengumpat di depan Umi dan Abinya. Bisa-bisa tamat riwayatnya.

Tak lama kemudian, para pelayan pun menghidangkan berbagai macam makanan di atas meja panjang mereka. Makanan yang membuat hati Isabel berhenti mengumpat dan memilih menyantap makanan tersebut. Mengisi perutnya yang telah memberontak diberi asupan.

Tak lama setelah mereka menghabiskan makanan mereka hingga tandas, seorang pria berlari ke arah mereka. 

"Maaf saya telat."

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Seamin Tak Seiman   Sean dan Isabel

    "Sean?"Mendengar seseorang namanya, Sean pun mendongakkan kepalanya menatap sang pelaku yang memanggil namanya itu.Tubuh keduanya mematung seketika saat pandangan mereka saling bertemu, membuat kerinduan yang mereka kubur bersama dengan susah payah akhirnya terbongkar hanya dalam satu detik saja."Isabel." Nama itu meluncur begitu saja dengan bebas keluar dari bibir Sean dengan bergetar.Entah mengapa kaki Isabel melangkah dengan sendirinya, berjalan mendekati pria yang sangat ia rindukan itu.Jarak keduanya pun semakin terkikis, membuat langkah Isabel terhenti tepat di hadapan pria itu. Ia mengangkat tangannya yang terlihat gemetar, hingga akhirnya tangan itu berakhir di pipi Sean."Aku rindu," bisik Isabel. Ia saat ini sama sekali tak memikirkan akibat dari perbuatannya.Ia kini seolah melupakan apa yang ada di sekitarnya, dan di mana saat ini berada. Semuanya seolah terlupakan begitu saja saat melihat wajah pria yang sangat ia rin

  • Seamin Tak Seiman   Selat Bosporus

    Selama perjalanan menuju Selat Bosporus Isabel hanya terdiam selama perjalanan, membuat Ahmed bingung melihat perilaku istrinya yang tak biasa itu. Biasanya Isabel akan berceloteh sepanjang perjalanan mereka."Kamu kenapa, Bel?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari bibir Ahmed yang sedari tadi gatal ingin bertanya.Tubuh Isabel sedikit tersentak karena suara Ahmed yang membuyarkan lamunannya. Ia pun membalikkan kepalanya menatap Ahmed seraya memberikan senyuman kecilnya. "Aku ngga apa-apa kok.""Yang benar?" tanya Ahmed memastikan. Ia tak percaya begitu saja pada istrinya, melihat wajah lesu dan tak bersemangat milik wanita itu. "Apa kamu gak suka kalau kita ke Selat Bosporus? Mau ganti tempat aja?"Dengan cepat Isabel menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, aku cuma kelelahan aja makanya jadi lemas."Tak ingin membuat mood istrinya semakin memburuk, Ahmed pun hanya menganggukkan kepalanya seolah percaya pada perkataan wanita itu. Ia memilih me

  • Seamin Tak Seiman   Bertemu Naura

    "Kita mau ke mana lagi, Sayang?" tanya Ahmed seraya menatap Isabel yang tengah sibuk menggulir layar ponselnya, melihat hasil jepretan mereka selama berjalan-jalan tadi.Isabel pun mengalihkan pandangannya menatap Ahmed, ia terlihat berpikir sejenak akan rencana mereka ke depannya. Ia kemudian mengangkat lengan kirinya dan melihat jam tangan yang terpasang manis di sana."Sebentar lagi waktu Dzuhur tiba, bagaimana kalau kita ke Blue Mosque dulu? Kamu harus merasakan bagaimana teduhnya beribadah di sana!" Isabel terlihat sangat antusias mengajak Ahmed.Melihat istrinya sangat bahagia, membuat Ahmed tak ada alasan untuk menolak permintaan wanita itu. Lagipula, tempat yang akan mereka kunjungi juga merupakan rumah Allah kan, pikir Ahmed."Yaudah, ayo. Nanti waktunya gak keburu kalau mau berjamaah," ajak Ahmed. Ia menggandeng tangan istrinya menuju mobil Syam yang sudah terparkir tepat waktu.Syam yang melihat mereka pun tersenyum ramah dan membukakan

  • Seamin Tak Seiman   Topkapi Place

    “Ahmed! Ayo cepat. Aku sudah tidak sabar ingin berlibur!”Pekikan Isabel yang cempreng dan nyaring itu memenuhi seisi hotel, membuat Ahmed menggelengkan kepalanya seraya menutup kedua telinganya. Kebiasaan buruk Isabel yang tak bisa dihilangkan hanya satu, berteriak.Wanita itu tak akan segan untuk berteriak sekeras-kerasnya jika ia sudah kama menunggu. Hal yang tidak biasa Isabel lakukan adalah menunggu lebih lama dari lima menit. Jika lebih dari lima menit, niscaya wanita itu akan mengeluarkan suara membahananya, hal itu sudah Ahmed hafal bahkan di luar kepalanya.Tak ingin membuat wanita itu berteriak untuk kedua kalinya, Ahmed memilih bergegas keliar dari kamar dan menghampiri Isabel yang telah berkacak pinggang di depan pintu hotel. Wajahnya tampak terlihat kesal dengan bibir yang mengerucut beberapa centimeter.“Kamu lama banget sih! Aku udah pegal berdiri di sini,” gerutu Isabel.Ahmed pun membalasnya dengan cengiran

  • Seamin Tak Seiman   Makan Malam Romantis

    Ahmed membukakan pintu mobil untuk Isabel keluar. Cuaca yang sejuk disertai angin yang berembus cukup kencang membuat kain yang menutupi kepala wanita itu seketika beterbangan saat menginjakkan kakinya keluar dari mobil.Tangan Ahmed kini sudah menunggu di hadapan Isabel untuk diraih dan digandeng oleh wanita itu. Banyak mobil maupun orang yang keluar masuk dari bangunan kukuh di hadapan mereka. Sebuah papan besar terpasang di atas, menunjukkan nama tempat tersebut.Old Ottoman Cafe & Restauran. Sebuah rumah makan mewah yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi oleh turis di Istanbul.“Ayo masuk,” ajak Ahmed seraya menggandeng Isabel untuk menaiki tangga di hadapan mereka. Berjalan memasuki pintu kayu dengan ukiran di hadapan mereka.Saat pertama kali masuk, indra pendengaran mereka disuguhkan dengan alunan musik klasik yang menyegarkan telinga. Pemandangan yang disajikan pun tak kalah indah dan menarik pandangan semua orang yang hadir.

  • Seamin Tak Seiman   Istirahat

    Mobil yang membawa Ahmed dan Isabel pun telah berhenti di depan lobi Cheers Lightroom. Sebuah penginapan bintang lima yang terkenal di Istanbul.Terkenal bukan tanpa alasan tentunya, beberapa kamar memiliki pemandangan yang indah. Langsung menghadap ke lantai, membuat mata yang memandangnya menjadi segar seketika.Ahmed pun turun dari mobil, lalu menbukakan pintu mobil untun istri tercintanya. Mengulurkan tangannya di hadapan Isabel. "Silakan turun, Tuan Putri."Diperlakukan dengan sangat manis membuat kedua pipi Isabel memanas dibuatnya. Ia pun menundukkan kepalanya agar Ahmed tak mengetahui tentang pipinya yang bersemu merah. Ia pun menerima uluran tangan Ahmed."Teşekkür ederim Syam. Cara mengemudimu sangat bagus, sehingga kami sangat nyaman selama diantar olehmu," ucap Isabel dengan senyum manis.Syam yang mendengar Isbaek berbicara dengan bahasa Turki pun tersentak kecil dibuatnya. Tetapi, dengan segera ia menormalkan ekspresi wajahnya seperti semu

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status