Share

Bab 6 Mengingat

Regan dan Selly kembali ke acara pesta. Kali ini Regan hanya pasrah saat kedua orang tuanya dan orang tua Regan membahas pertunangan yang akan diadakan dalam satu minggu. Walaupun masih berat, akan tetapi dia ingat bagaimana Selly berjanji.

“Jadi kalian nanti tinggal datang untuk fitting gaun pengantin dan mencari cincin saja, selebihnya biar Mama yang urus,” ucap Melisa pada Selly dan Regan.

Selly tersenyum dan mengangguk. Regan masih dengan ekspresi datarnya. Hingga Selly menyenggolnya, baru dia mengangguk.

Pesta usai, semua keluarga pulang, termasuk keluarga Regan.

“Kamu jangan capek-capek ya, Sayang,” ucap Lana pada calon mantunya.

“Iya, Bi.”

“Sekarang panggil Mama, mengerti!” Lana memberikan peringatan penuh.

“Baik, Ma.” Selly selalu senang dengan Lana-calon mertuanya. Dia memang sangat baik. Sedari kecil, dia sudah menganggap Selly anaknya sendiri. Namun, kini status itu jelas karena dia akan menjadi anak mantunya.

Keluarga Adion masuk ke rumah setelah semua sudah pergi. Selly berpamitan pada orang tuanya masuk ke kamarnya. Di kamar, dia meluapkan rasa senangnya. Merasa bahagia akhirnya impiannya untuk menikah dengan Regan terwujud.

Meraih foto Regan yang berada di atas nakas dia memeluknya. Akhirnya aku akan menikah denganmu, Sayang.

Ingatannya kembali pada kenangannya dulu.

Seorang anak perempuan yang sedang ikut papanya ke rumah rekan bisnisnya, dengan percaya diri ikut masuk ke rumah megah milik rekan bisnis papanya.

“Halo, siapa namamu gadis kecil?” tanya Andrew Maxton-pemilik Maxton Company. Pria keturunan Inggris ini bertanya pada gadis kecil di hadapannya yang begitu sangat menggemaskan.

“ Namaku Selena Selly Adion,” ucap Selly kecil yang begitu lancar.

Selly berusia sepuluh tahun. Dia adalah gadis centil dan ceria. Pembawaannya yang ramah membuat orang di sekitar begitu menyukainya. Namun, sebagai anak pertama dari keluarga Adion, Selly tumbuh sebagai gadis kecil yang manja.

“Wah, Pak Daniel, putri Anda begitu cantik,” puji Andrew.

“Biasa saja, Pak Andrew, putra Anda pun tidak kalah tampan.”

“Terima kasih, Pak.” Daniel yang melihat anak perempuan di hadapannya menduga jika dia seumuran dengan anaknya. “Pergilah ke taman! Di sana ada seorang teman.” Andrew memberitahu pada Selly.

Mendengar kata ‘teman’, mata Selly berbinar. Dia memang sangat suka berteman, jadi dia selalu bersemangat saat mendengar ada teman.

Dengan langkah semangat Selly menuju ke taman. Dari kejauhan, dia melihat seorang anak laki-laki duduk di taman yang sibuk dengan tumpukan buku di sampingnya.

Dengan langkah centil, dia menghampiri anak laki-laki itu. “Hai, aku Selly.” Selly mengulurkan tangan pada anak laki-laki yang sedang sibuk membaca itu.

Tidak ada tanggapan dari anak laki-laki di hadapan Selly. Dia masih sibuk membaca bukunya.

“Apa kamu tidak dengar aku mengajakmu bicara!” Tangan kecil Selly mengambil buku yang sedang dibaca oleh anak laki-laki itu. Dia merasa kesal saat diabaikan.

Merasa bukunya diambil, mata anak laki-laki itu pun beralih menatap anak perempuan di hadapannya. Mata kecil berwarna biru itu pun tampak indah saat menatap tajam. “Apa kamu tidak lihat aku sedang membaca?” tanyanya kesal.

“Apa kamu tidak pernah membaca dongeng yang menceritakan tentang cara menghargai seseorang!” Selly yang biasa dibacakan dongeng oleh mamanya selalu dijelaskan tentang hal-hal baik tentang isi cerita.

Mendengar jika anak perempuan di hadapannya ini mengambil inti sebuah cerita, dia menyimpulkan bila anak perempuan di hadapannya ini pendengar yang baik atau mungkin pembaca yang baik.

“Aku-Regan Alvaro Maxton-anak dari Andrew dan Lana Maxton, calon CEO di Maxton Company.”

Selly yang mendengar temannya memperkenalkan diri, tertawa. “Kamu masih kecil, kenapa sudah bercita-cita ingin menjadi CEO?”

“Cita-cita harus ditanamkan dari kecil, dan aku ingin menjadi CEO seperti papa.”

“Apa kita harus punya cita-cita?” tanya Selly polos.

“Iya,” jawab Regan, “memang cita-cita kamu apa?”

“Aku mau menikah dengan seorang pangeran.” Senyum menghiasi wajah Selly saat mengatakan cita-citanya.

“Cita-cita apa itu, mana bisa di wujudkan,” cibir Regan. Regan berpikir cita-cita seperti itu tidak akan bisa diwujudkan, seperti cita-citanya yang ingin menjadi CEO. Logika Regan tidak menemukan ilmu apa yang dipakai untuk mewujudkan cita-cita seperti itu.

“Selly, ayo pulang,” teriak Daniel pada putrinya.

“Kalau begitu bantu aku mewujudkannya,” jawab Selly.

“Caranya?” tanya Regan bingung.

“Maukah kamu jadi pangeranku?”

Alis tipis milik Regan bertautan saat mendengar ucapan aneh Selly. Dia mencerna ucapan anak perempuan di hadapannya.

“Selly,” Daniel kembali memanggil.

“Cepat jawab!” Selly mendesak saat mendengar terikan papanya.

“Iya, aku akan menjadi pangeranmu.” Akhirnya Regan menjawab permintaan Selly, karena papa Selly sudah menghampiri Selly.

“Terima kasih,” ucap Selly tersenyum.

Daniel yang lama menunggu menghampiri Selly dan menarik lembut tangan Selly. Mata Selly, tetap menatap Regan. Anak laki-laki itu mampu menghipnotisnya dengan tatapan bola mata berwarna biru.

Regan yang melihat Selly berlalu, hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak sadar jika janjinya itu telah dipegang teguh oleh Selly kecil.

Selly tersenyum mengingat akan hal itu. Pertemuan pertamanya sangat berkesan untuknya.

Akhirnya kamu jadi pangeranku juga.

Menjauhkan foto di dadanya, dia mendaratkan kecupan di sana, seolah mendaratkan kecupan pada pria di dalam foto itu.

🌺🌺🌺

Di tempat yang lain, Regan mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dengusan kesal terdengar saat mengingat jika rencananya tak sesuai dengan keinginannya.

Rencananya adalah dia ingin berkonsentrasi dulu dengan targetnya menjadi CEO, setelah itu baru dia akan menikah. Namun, semua sirna, saat pernikahan tiba-tibanya akan terjadi.

Sebenarnya dia tak yakin dengan janji Selly yang akan mengerti semua impiannya menjadi CEO. Selly yang selalu manja dan berjalan sesuai dengan keinginannya pasti akan membuat Regan kesulitan mencapai impiannya.

Terkadang Regan sedikit menyesal menerima cinta Selly kala itu. Sejenak Regan mengingat bagaimana hari itu. Kejadian empat tahun lalu.

Regan yang mendapati pesan singkat dari Selly, pergi ke tempat yang diminta temannya itu. Ternyata tempat itu adalah restoran dengan taman di belakangnya. Lampu-lampu kecil menghiasi taman. Tampak dari kejauhan dia melihat seorang wanita, berdiri di sana. Regan tahu siapa itu. Dia adalah Selly-temannya.

Mengayunkan langkahnya, Regan menghampiri. Dengan gaun bermotif, Selly tampak terlihat sangat cantik. Riasan tipis membuat wajahnya berbeda dari biasanya.

“Mungkin terlihat aneh saat seorang wanita mengatakan cinta, tetapi terlalu lama menunggumu menyatakan cinta. Jadi aku sengaja mengungkapkan lebih dulu,” ucap Selly, “maukah kamu menjadi kekasihku, Re.”

Regan tercengang. Tak menyangka jika gadis cantik di hadapannya itu berani mengatakan hal itu. Sebenarnya dia sadar jika Selly sudah menyukainya sejak lama, tetapi dia sengaja tak mau mengatakan cintanya karena tak mau berpacaran, karena menurutnya mengganggu rencananya. Rencananya adalah dia ingin secepatnya lulus kuliah dan bekerja di Maxton Company.

Akan tetapi, melihat Selly yang menyatakan cinta, dia merasa tidak enak, lebih tepatnya kasihan. Apa lagi pasti gadis itu sudah menyiapkan semuanya.

“Aku mau.”

Tepat saat Regan menjawab, bunyi party popper, terdengar, membuat kertas-kertas terbang ke udara dan jatuh di kepala Regan. Terdengar juga tepuk tangan beberapa orang dan membuat Regan menoleh.

Alangkah terkejutnya Regan saat melihat keluarganya dan keluarga Selly. Ternyata mereka menyaksikan acara ungkapan cinta Selly padanya.

“Selamat , Sayang. Akhirnya kalian resmi menjalin hubungan.” Lana memeluk Selly memberikan selamat. Seolah memang dia sudah menanti hari ini.

Semua orang memberikan selamat pada Selly. Merasa senang cintanya diterima.

Jika mungkin Regan wanita, pastinya akan sangat senang mendapat kejutan semacam ini. Akan tetapi, dia tidak merasakan itu.

Keluarganya yang tahu hubungannya dengan Selly pasti akan membuat semua semakin rumit. Dia hanya bisa pasrah, karena semua sudah terjadi.

Regan mengembuskan napasnya kasar mengingat akan hal itu. Rasanya dia ingin memutar kembali masa lalunya dan mengatakan pada Selly untuk menunggunya sampai dia meraih impiannya.

Namun, semua sudah terjadi. Justru kini pernikahannya di depan mata. Harapannya hanya satu yaitu Selly memahaminya dan mendukungnya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
Regan terlalu teropsesi buat jadi CEO dan mengesampingkan perasaan Selly
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status