Regan dan Selly kembali ke acara pesta. Kali ini Regan hanya pasrah saat kedua orang tuanya dan orang tua Regan membahas pertunangan yang akan diadakan dalam satu minggu. Walaupun masih berat, akan tetapi dia ingat bagaimana Selly berjanji.
“Jadi kalian nanti tinggal datang untuk fitting gaun pengantin dan mencari cincin saja, selebihnya biar Mama yang urus,” ucap Melisa pada Selly dan Regan.Selly tersenyum dan mengangguk. Regan masih dengan ekspresi datarnya. Hingga Selly menyenggolnya, baru dia mengangguk.Pesta usai, semua keluarga pulang, termasuk keluarga Regan.“Kamu jangan capek-capek ya, Sayang,” ucap Lana pada calon mantunya.“Iya, Bi.”“Sekarang panggil Mama, mengerti!” Lana memberikan peringatan penuh.“Baik, Ma.” Selly selalu senang dengan Lana-calon mertuanya. Dia memang sangat baik. Sedari kecil, dia sudah menganggap Selly anaknya sendiri. Namun, kini status itu jelas karena dia akan menjadi anak mantunya.Keluarga Adion masuk ke rumah setelah semua sudah pergi. Selly berpamitan pada orang tuanya masuk ke kamarnya. Di kamar, dia meluapkan rasa senangnya. Merasa bahagia akhirnya impiannya untuk menikah dengan Regan terwujud.Meraih foto Regan yang berada di atas nakas dia memeluknya. Akhirnya aku akan menikah denganmu, Sayang.Ingatannya kembali pada kenangannya dulu.Seorang anak perempuan yang sedang ikut papanya ke rumah rekan bisnisnya, dengan percaya diri ikut masuk ke rumah megah milik rekan bisnis papanya.“Halo, siapa namamu gadis kecil?” tanya Andrew Maxton-pemilik Maxton Company. Pria keturunan Inggris ini bertanya pada gadis kecil di hadapannya yang begitu sangat menggemaskan.“ Namaku Selena Selly Adion,” ucap Selly kecil yang begitu lancar.Selly berusia sepuluh tahun. Dia adalah gadis centil dan ceria. Pembawaannya yang ramah membuat orang di sekitar begitu menyukainya. Namun, sebagai anak pertama dari keluarga Adion, Selly tumbuh sebagai gadis kecil yang manja.“Wah, Pak Daniel, putri Anda begitu cantik,” puji Andrew.“Biasa saja, Pak Andrew, putra Anda pun tidak kalah tampan.”“Terima kasih, Pak.” Daniel yang melihat anak perempuan di hadapannya menduga jika dia seumuran dengan anaknya. “Pergilah ke taman! Di sana ada seorang teman.” Andrew memberitahu pada Selly.Mendengar kata ‘teman’, mata Selly berbinar. Dia memang sangat suka berteman, jadi dia selalu bersemangat saat mendengar ada teman.Dengan langkah semangat Selly menuju ke taman. Dari kejauhan, dia melihat seorang anak laki-laki duduk di taman yang sibuk dengan tumpukan buku di sampingnya.Dengan langkah centil, dia menghampiri anak laki-laki itu. “Hai, aku Selly.” Selly mengulurkan tangan pada anak laki-laki yang sedang sibuk membaca itu.Tidak ada tanggapan dari anak laki-laki di hadapan Selly. Dia masih sibuk membaca bukunya.“Apa kamu tidak dengar aku mengajakmu bicara!” Tangan kecil Selly mengambil buku yang sedang dibaca oleh anak laki-laki itu. Dia merasa kesal saat diabaikan.Merasa bukunya diambil, mata anak laki-laki itu pun beralih menatap anak perempuan di hadapannya. Mata kecil berwarna biru itu pun tampak indah saat menatap tajam. “Apa kamu tidak lihat aku sedang membaca?” tanyanya kesal.“Apa kamu tidak pernah membaca dongeng yang menceritakan tentang cara menghargai seseorang!” Selly yang biasa dibacakan dongeng oleh mamanya selalu dijelaskan tentang hal-hal baik tentang isi cerita.Mendengar jika anak perempuan di hadapannya ini mengambil inti sebuah cerita, dia menyimpulkan bila anak perempuan di hadapannya ini pendengar yang baik atau mungkin pembaca yang baik.“Aku-Regan Alvaro Maxton-anak dari Andrew dan Lana Maxton, calon CEO di Maxton Company.”Selly yang mendengar temannya memperkenalkan diri, tertawa. “Kamu masih kecil, kenapa sudah bercita-cita ingin menjadi CEO?”“Cita-cita harus ditanamkan dari kecil, dan aku ingin menjadi CEO seperti papa.”“Apa kita harus punya cita-cita?” tanya Selly polos.“Iya,” jawab Regan, “memang cita-cita kamu apa?”“Aku mau menikah dengan seorang pangeran.” Senyum menghiasi wajah Selly saat mengatakan cita-citanya.“Cita-cita apa itu, mana bisa di wujudkan,” cibir Regan. Regan berpikir cita-cita seperti itu tidak akan bisa diwujudkan, seperti cita-citanya yang ingin menjadi CEO. Logika Regan tidak menemukan ilmu apa yang dipakai untuk mewujudkan cita-cita seperti itu.“Selly, ayo pulang,” teriak Daniel pada putrinya.“Kalau begitu bantu aku mewujudkannya,” jawab Selly.“Caranya?” tanya Regan bingung.“Maukah kamu jadi pangeranku?”Alis tipis milik Regan bertautan saat mendengar ucapan aneh Selly. Dia mencerna ucapan anak perempuan di hadapannya.“Selly,” Daniel kembali memanggil.“Cepat jawab!” Selly mendesak saat mendengar terikan papanya.“Iya, aku akan menjadi pangeranmu.” Akhirnya Regan menjawab permintaan Selly, karena papa Selly sudah menghampiri Selly.“Terima kasih,” ucap Selly tersenyum.Daniel yang lama menunggu menghampiri Selly dan menarik lembut tangan Selly. Mata Selly, tetap menatap Regan. Anak laki-laki itu mampu menghipnotisnya dengan tatapan bola mata berwarna biru.Regan yang melihat Selly berlalu, hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak sadar jika janjinya itu telah dipegang teguh oleh Selly kecil.Selly tersenyum mengingat akan hal itu. Pertemuan pertamanya sangat berkesan untuknya.Akhirnya kamu jadi pangeranku juga.Menjauhkan foto di dadanya, dia mendaratkan kecupan di sana, seolah mendaratkan kecupan pada pria di dalam foto itu.🌺🌺🌺Di tempat yang lain, Regan mendaratkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dengusan kesal terdengar saat mengingat jika rencananya tak sesuai dengan keinginannya.Rencananya adalah dia ingin berkonsentrasi dulu dengan targetnya menjadi CEO, setelah itu baru dia akan menikah. Namun, semua sirna, saat pernikahan tiba-tibanya akan terjadi.Sebenarnya dia tak yakin dengan janji Selly yang akan mengerti semua impiannya menjadi CEO. Selly yang selalu manja dan berjalan sesuai dengan keinginannya pasti akan membuat Regan kesulitan mencapai impiannya.Terkadang Regan sedikit menyesal menerima cinta Selly kala itu. Sejenak Regan mengingat bagaimana hari itu. Kejadian empat tahun lalu.Regan yang mendapati pesan singkat dari Selly, pergi ke tempat yang diminta temannya itu. Ternyata tempat itu adalah restoran dengan taman di belakangnya. Lampu-lampu kecil menghiasi taman. Tampak dari kejauhan dia melihat seorang wanita, berdiri di sana. Regan tahu siapa itu. Dia adalah Selly-temannya.Mengayunkan langkahnya, Regan menghampiri. Dengan gaun bermotif, Selly tampak terlihat sangat cantik. Riasan tipis membuat wajahnya berbeda dari biasanya.“Mungkin terlihat aneh saat seorang wanita mengatakan cinta, tetapi terlalu lama menunggumu menyatakan cinta. Jadi aku sengaja mengungkapkan lebih dulu,” ucap Selly, “maukah kamu menjadi kekasihku, Re.”Regan tercengang. Tak menyangka jika gadis cantik di hadapannya itu berani mengatakan hal itu. Sebenarnya dia sadar jika Selly sudah menyukainya sejak lama, tetapi dia sengaja tak mau mengatakan cintanya karena tak mau berpacaran, karena menurutnya mengganggu rencananya. Rencananya adalah dia ingin secepatnya lulus kuliah dan bekerja di Maxton Company.Akan tetapi, melihat Selly yang menyatakan cinta, dia merasa tidak enak, lebih tepatnya kasihan. Apa lagi pasti gadis itu sudah menyiapkan semuanya.“Aku mau.”Tepat saat Regan menjawab, bunyi party popper, terdengar, membuat kertas-kertas terbang ke udara dan jatuh di kepala Regan. Terdengar juga tepuk tangan beberapa orang dan membuat Regan menoleh.Alangkah terkejutnya Regan saat melihat keluarganya dan keluarga Selly. Ternyata mereka menyaksikan acara ungkapan cinta Selly padanya.“Selamat , Sayang. Akhirnya kalian resmi menjalin hubungan.” Lana memeluk Selly memberikan selamat. Seolah memang dia sudah menanti hari ini.Semua orang memberikan selamat pada Selly. Merasa senang cintanya diterima.Jika mungkin Regan wanita, pastinya akan sangat senang mendapat kejutan semacam ini. Akan tetapi, dia tidak merasakan itu.Keluarganya yang tahu hubungannya dengan Selly pasti akan membuat semua semakin rumit. Dia hanya bisa pasrah, karena semua sudah terjadi.Regan mengembuskan napasnya kasar mengingat akan hal itu. Rasanya dia ingin memutar kembali masa lalunya dan mengatakan pada Selly untuk menunggunya sampai dia meraih impiannya.Namun, semua sudah terjadi. Justru kini pernikahannya di depan mata. Harapannya hanya satu yaitu Selly memahaminya dan mendukungnya.Tiga bulan sudah Regan dan Selly menjalani program kehamilan. Hal yang mendebarkan adalah menunggu hasilnya. Jika biasanya Regan dan Selly selalu antusias ke dokter untuk memeriksakan hasilnya, kali ini mereka tampak biasa saja. Bukan tidak berharap memiliki anak, tetapi mereka memilih untuk tidak kecewa lebih cepat. Sudah hampir beberapa hari ini Selly merasakan kepalanya pusing. Padahal dia makan dengan teratur seperti biasanya. Karena tidak berani minum obat dia memilih mengistirahatkan tubuhnya. Seperti beberapa hari yang lalu, Selly merasakan pusing juga. Namun, kali ini pusingnya bertambah dengan rasa mual. Hingga membuatnya memuntahkan isi perutnya. Padahal, dia baru saja sarapan dengan Regan dan mengisi perutnya dengan sandwich. Setelah memuntahkan isi perutnya, Selly merebahkan tubuhnya. Rasanya dia tidak kuat dengan tubuhnya yang lemas. Sambil memikirkan apa yang terjadi padanya, Selly teringat jika dia belum memeriksakan hasil program kehamilan yang se
“Apa sekretarismu jadi mengundurkan diri?” tanya Selly. Tangannya bergerak memakaikan dasi di kerah kemeja Regan. “Jadi, pihak HRD sedang mencari penggantinya. Aku dengar hari ini dia akan datang untuk menemui aku.”“Apa sekretarismu akan cantik dan seksi?” tanya Selly menggoda.“Apa ada wanita yang lebih cantik dan lebih seksi dari istriku?” tanya Regan seraya merengkuh pinggang Selly.” Manik mata birunya menatap wanita yang menurutnya paling cantik di antara wanita-wanita lainnya, dengan penuh cinta. Seolah mengatakan tidak ada wanita lain yang akan dipandangnya seperti itu. “Apa kamu sedang merayuku?” tanya Selly penuh curiga. “Apa itu bagian dari merayu? Jika iya, aku akan asah lebih lagi ilmu itu.”Selly yang gemas menepuk lengan Regan. “Apa ini masih malam? Aku serasa melayang tinggi di udara,” ucap Selly tertawa. Garis senyumnya selalu membuat Regan terpesona. Mengatakan jika istrinya paling cantik bukanlah ke
“Saya tadi memesan meja untuk dua orang,” ucap Selly pada pramuniaga. Senyum manisnya tertarik di bibirnya ketika bertanya. “Atas nama siapa?” tanya pramuniaga ramah. “Atas nama Selena Selly.” Pramuniaga mengecek pesanan atas nama Selly. Ketika mendapati ada nama Selly, dia meminta pramuniaga lain untuk menujukan meja yang dipesan oleh Selly.“Terima kasih,” ucap Selly dengan ramah. Selly duduk di sudut restoran. Sengaja dia memilih meja di dekat kaca yang memberikan pemandangan ibu kota. Dari balik kaca, lampu dari bangunan dan kendaraan tampak berkelip di malam hari. Memberikan warna di gelapnya malam. Malam ini, Selly sengaja memberikan kejutan untuk Regan. Menikmati makan malam bersama. Bagi Selly, waktu berdua sangat penting, mengingat mereka sudah menikah hampir empat tahun. Pastinya akan ada fase di mana mereka saling jenuh dengan hubungan. Selly memandangi langit kota Jakarta. Hari ini malam begitu cerah. Bulan
Selly keluar dari kamar mandi. Dari wajah istrinya, Regan bisa menebak jika hasil dari tes kehamilan yang dijalani Selly hasilnya adalah negatif. Namun, tetap saja, Regan ingin melihat hasilnya. Satu garis yang tercetak di alat tes kehamilan, membuat Regan terpaku. Netranya menatap lekat garis itu. Kemudian melihat wajah istrinya yang tampak biasa saja. Tidak ada ekspresi sedih, kecewa ataupun marah. Menujukan jika dia sudah siap dengan hasilnya. Dua tahun berlalu dengan cepatnya. Segala metode sudah dijalani Regan dan Selly untuk mendapatkan buah hati. Namun, semuanya tidak ada yang berhasil. Dulu saat awal-awal, Selly sangat antusias mengecek hasil ke dokter, tetapi lambat laun, dia malas untuk mengecek ke dokter dan memilih mengecek sendiri di rumah. Karena hasilnya selalu mengecewakan. Jika dua tahun yang lalu, Selly selalu sedih melihat hasilnya. Kini dia sudah seperti terbiasa mendapati jika dia tidak hamil. Tak terlalu menumpukan harapan jika dia
Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Selly dan Regan pergi ke Rumah sakit. Mengecek apakah embrio yang ditanam tumbuh di rahim Selly. Hati mereka benar-benar berdebar-debar. “Tenanglah,” ucap Regan menenangkan istrinya. Tangan Selly yang dingin sedari tadi menandakan jika istrinya ketakutan. “Jika aku tidak hamil, apa kamu akan kecewa?” Manik mata biru milik Selly menatap Regan. “Yang terpenting adalah kita sudah berusaha.” Senyum tipis di wajah Regan begitu meneduhkan hati. Membuat Selly lebih tenang. Walaupun sebenarnya dia sangat berharap jika akan ada janin yang tumbuh di rahimnya. Setelah melakukan pemeriksaan dokter memberitahukan hasilnya. Regan dan Selly saling menggenggam, menguatkan satu dengan yang lain.“Alat kesehatan adalah perantara, tetapi tetap Tuhanlah yang berkehendak.” Mendengar kalimat itu membuat Selly dan Regan tahu jika jawaban atas keberhasilan dari proses bayi tabung tidak berhasil.
“Apa proyeknya akan segera dijalankan?” Selly yang sedang membersihkan wajahnya menatap Regan. Tepat jam sebelas tadi mereka barus sampai rumah setelah makan malam dengan klien. “Iya, mungkin bulan depan mulai dikerjakan.”Suara ponsel Regan terdengar. Membuat Selly dan Regan saling pandang. Merasa heran siapa malam-malam yang menghubungi mereka. Regan mengambil ponselnya. Dahinya berkerut dalam melihat nomor asing yang masuk ke dalam ponselnya. Karena penasaran, dia mengangkat sambungan telepon. “Halo, dengan Bapak Regan Alvaro?” Suara terdengar dari sambungan telepon. “Iya, saya Regan Alvaro.”“Kami dari Polantas Jakarta selatan ingin mengabarkan jika mobil milik Anda mengalami kecelakaan. Mobil dikemudiankan oleh Saudara Bryan Adion menabrak mobil dan menyebabkan korban meninggal dunia.” Regan membulatkan matanya. Terkejut dengan apa yang didengarnya. Selly yang melihat wajah suaminya yang terkejut dan ikut panik.