Drooooonnnnn
DrooooonnnnnSuara klakson kapal pesiar terdengar begitu keras. Beberapa orang terlihat melambaikan tangan melepasnya berlayar ke lautan lepas.Tampak seorang wanita bernama Fitri Chairunisa membawa kopernya dengan susah payah saat melewati beberapa penumpang yang tengah menuju ke kamar mereka masing-masing.Hingga akhirnya, Fitri tiba di sebuah lantai, tempat para pekerja berkumpul.Melihat barisan wanita sudah mulai rapi, Fitri tampak terburu-buru masuk dan segera ikut berbaris di belakang mereka.
"Kebiasaan banget sih, Fitri!" kata salah seorang wanita cantik berambut lurus di depan Fitri."Maaf, kamu tahu kan kalau aku harus pamitan sama 10 adik pantiku, Nessa!""Drama deh, mulai!"Mendengar itu, Fitri tersenyum canggung sebelum kembali memperhatikan ke arah depan mereka.
Atasannya tampak tengah membagi tugas.
Dan malam ini, tugas Fitri dan Nessa adalah menjadi penyedia minuman di sebuah pameran barang antik yang di selenggarakan di kapal pesiar ini.
Di dalam kamar, mereka pun berganti baju dan merias wajah."Kurangi kepo kamu ya, gak usah pegang-pegang barang antik di pameran. Paling murah yang aku dengar barang di pameran itu harganya tiga digit. Jadi jangan sembarangan sentuh!" kata Nessa yang memang lebih tua empat tahun dari Fitri. Iasedikit banyak sudah hafal kebiasaan Fitri yang benar-benar sangat kepo dan penasaran dengan barang-barang atau hal-hal yang tidak dia ketahui sebelumnya.Hanya saja, mereka tidak menyadari jika sejak tadi, seorang pria berjas tengah memperhatikan setiap wanita yang masuk ke dalam ruang pameran itu.
Ketika dia melihat Fitri dan Nessa, anehnya pria itu segera bertanya pada manager di sebelahnya. "Siapa kedua wanita itu?""Mereka pelayan pak!" jawab manager cepat."Aku tahu, maksudku, nama mereka. Apa mereka sudah berkeluarga?" tanya pria itu pada manager.Manajer itu tidak menaruh curiga sama sekali pada pertanyaan pria berjas yang merupakan asisten pribadi dari salah satu penyelenggara pameran barang antik di kapal pesiar ini."Itu Nessa, yang lebih tinggi namanya Fitri. Mereka masih single!" kata manager."Usia mereka?" tanya pria itu lagi.Mendapatkan pertanyaan seperti itu, manager sempat bingung. Namun, ia sama sekali belum curiga pada pria itu."Nessa 25 atau 26 ya, aku lupa pak. Kalau Fitri, dia masih 21 tahun. Ada apa ya pak?" tanya manager itu setelah menjawab pertanyaan pria itu."Ah tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu, apa kamu memperkerjakan wanita di bawah umur atau tidak!" jelas pria itu.Alasan yang dia katakan benar-benar tidak masuk akal sebenarnya. Tapi, manager itu hanya mengangguk-angguk saja.Tak lama kemudian, pameran pun dimulai.Nessa dan Fitri juga melaksanakan tugas mereka untuk membagikan minuman pada para tamu.
Setengah jam pameran berlangsung, semuanya baik-baik saja.
Namun tiba-tiba saja....Prang!Sebuah benda antik terjatuh tepat di samping Fitri yang sedang berdiri membawa nampan berisi beberapa gelas minuman.Mata perempuan itu pun melotot ke arah barang yang terjatuh itu.Nessa bahkan tak kalah terkejut. Ia segera menghampiri Fitri. "Apa yang kamu lakukan? Ya Tuhan... lihat harganya!"Sementara itu, Fitri gemetar. Ia benar-benar ingin menangis melihat harga yang tertera pada kotak kaca yang menjadi tempat barang itu diletakkan tadi.Patung kaca terbuat dari giok itu harganya sekitar 750 juta!
Beberapa orang pun datang dan melihat, mereka tampak menunjukkan raut wajah tak percaya."Apa yang dia lakukan?""Astaga, dia pelayan. Dan patung itu harganya ratusan juta, mana mungkin dia bisa menggantinya!""Ya ampun, ceroboh sekali!""Habislah dia!"Beberapa orang terdengar bergunjing.Fitri yang tersadar dari rasa terkejutnya pun, langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat ke arah Nessa. "Bukan, Kak! Bukan aku yang menjatuhkan patung itu. Benar-benar bukan aku!" katanya panik. Ia memang tidak merasa kalau dia sudah menjatuhkan benda itu."Yang benar kamu?" tanya Nessa.Sebenarnya dia tahu Fitri ceroboh, tapi anak itu sangat jujur. Kalau memang dia yang merusak sebuah barang, dia akan mengaku.Fitri mengangguk yakin. "Aku tidak merasa menyenggol atau menyentuh patung itu sama sekali!" katanya lagi."Ada apa ini?!" bentak seseorang yang datang di keramaian itu.Pria itu adalah pria berjas yang tadi bertanya pada manager tentang Nessa dan Fitri.Manager yang datang pun terkejut bukan main. "Siapa yang melakukan ini?" Nessa dan Fitri diam, tapi seorang tamu lain menunjuk ke arah Fitri."Dia yang melakukannya!" kata tamu itu membuat Fitri melebarkan matanya."Bukan aku, aku tidak menyentuhnya... aku tidak tahu kenapa bisa terjatuh. Aku tidak berbohong!" kata Fitri."Jadi kamu mau bilang aku berbohong?" tanya tamu pria yang mengatakan Fitri yang menjatuhkan patung itu."Fitri, kamu mau fitnah tamu?" tanya manager."Bukan begitu pak, tapi bukan aku...!""Sudah diam, pameran ini masih berlangsung. Bereskan kekacauan ini. Dan kamu...!" tunjuk pria itu ke arah Fitri. "Ikut aku bertemu Tuan Meyer untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu ini!" Manager mengancam kalau dia tidak mau mengikuti pria itu, dia dan Nessa juga akan dipecat dan harus membayar ganti rugi sekarang juga.Fitri pun terpaksa mengikuti langkah pria itu.
Fitri masuk ke ruangan itu dengan gemetaran. Dia tidak salah, tapi dia juga tidak punya bukti. Sementara sudah ada tamu yang mengatakan kalau dia yang menjatuhkan patung itu. Fitri yang gugup dan sangat awam, karena hanya lulusan SMA juga tidak tahu kalau sebenarnya dia bisa menjadikan rekaman CCtv di ruangan itu sebagai bukti. Dia terlalu takut.
Brakk!Fitri terkejut ketika sebuah map terlempar begitu saja di atas meja yang ada di depannya oleh seorang pria tampan, tinggi, putih dan terlihat seperti blasteran luar negeri yang melakukannya."Tanda tangani itu!" kata pria itu membuat Fitri terkejut."Aaa... apa ini?" tanya Fitri gugup."Kontrak pernikahan denganku. Menikahlah denganku selama enam bulan. Atau kamu dan temanmu itu harus masuk penjara karena tidak bisa membayar ganti rugi atas kerugian yang sudah kamu buat!" kata pria itu begitu tegas dan dingin.Fitri tidak mengerti, dia masih mencerna ucapan pria di depannya itu."Kenapa bengong, aku hitung sampai tiga. Kalau tidak tanda tangan juga. Kapal ini akan kembali ke pelabuhan, dan kalian akan segera di bawa ke kantor polisi. Satu... dua...!"Fitri benar-benar kebingungan, dia tidak mengerti. Tapi dia juga takut kalau sampai Nessa yang juga bekerja untuk pengobatan ayahnya sampai terkena imbas masalah yang dia sendiri tidak mengerti ini."Tiga!""Tunggu tuan, aku tanda tangan!"***To be continued...Setelah penandatangani surat perjanjian dari pria yang nama belakangnya Meyer itu, Fitri diantar keluar kembali oleh pria yang memakai jas itu. Fitri bahkan tidak sempat membaca siapa nama jelas pria itu. Karena saat dia menandatangani surat perjanjian itu pria yang nama belakangnya Meyer itu memintanya untuk buru-buru jadi dia tidak sempat membaca apapun dalam surat perjanjian itu. Fitri berpikir jika dia akan diantarkan ke ruang pameran kembali untuk bekerja, atau ke kabinnya. Tapi ternyata, pria itu malah mengarahkan dirinya ke sebuah tempat, yang jaraknya tidak jauh dari kamar VVIP yang baru saja dia tinggalkan. "Masuklah, di dalam sudah ada penata rias dan penata busana. Kamu pakai pakaian yang mereka berikan, setengah jam lagi aku akan menjemputmu!" kata pria berjas itu lalu meninggalkan Fitri. Dia bingung sekali, kenapa semua jadi seperti ini? Dia benar-benar tidak menyentuh patung itu, tapi karena panik Fitri bahkan tidak bisa berpikir jelas dia bisa saja meminta mereka m
"Fitri, apa yang terjadi? Aku sangat cemas! Tadi, aku bertanya pada pak manager, tapi dia pun tidak tahu apa-apa katanya...!"Begitu Fitri kembali ke kamarnya, dia langsung dicercah banyak pertanyaan dari Nessa yang memang sangat mengkhawatirkan Fitri. Namun, Nessa langsung menjadi apa yang ingin ditanyakan kepada teman kerjanya itu ketika Nessa melihat pakaian yang dikenakan oleh Fitri.Ia bahkan langsung memutari Fitri, dan berhenti ketika dia sudah berada di depan Fitri lagi. "Pakaian ini, kamu... kamu menikah?" tanya Nessa yang cukup tahu kalau pakaian yang di kenakan oleh Fitri itu adalah pakaian pernikahan. Fitri hanya bisa mengangguk lemah."Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nessa dengan raut wajah khawatir. Fitri bingung menjelaskannya dari mana. Nessa yang melihat raut wajah Fitri yang terlihat sedih dan kebingungan itu langsung mengajak Fitri untuk duduk di tepi kasur mereka. "Aku menikah dengan pria bernama Aaron Meyer, kalau aku tidak menikah dengannya dia akan mema
Saat Aaron berbalik, dia melihat kalau Fitri tengah melihatnya dari dekat pintu kaca yang menghubungkan balkon kamar Aaron dengan kamarnya. "Sayang, sudah dulu ya. Aku akan menemui kamu setelah masalah perusahaan selesai!" kata Aaron pada wanita yang dia hubungi, yang dia panggil sayang. Setelah itu Aaron menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dia pakai. Dia berjalan perlahan ke arah Fitri, dan Fitri yang terlihat takut pun melangkah mundur. "Kamu menguping pembicaraan ku?" Yahya Aaron dengan tatapan mata tajam dan sangat membuat Fitri merasa tidak nyaman. "Ma... maaf tuan, aku tadi mau bertanya. Tapi, aku tidak sengaja mendengar...!""Apa yang kamu dengar?" tanya Aaron menyela Fitri. Fitri sampai terjingkat ke belakang satu langkah. Karena memang Aaron bicara dengan suara keras dan sangat mengejutkan dirinya. "Aku... aku...!""Kamu itu hanya istri kontrak di atas kertas, mengerti?" tanya Aaron. Tapi hal itu tidak membuat Fitri terkejut, sepertinya dia mulai menge
Fitri hanya bisa menutup telinganya dengan bantal ketika mendengarkan semua dari ruang tengah. Wanita itu, yang katanya kekasih Aaron itu benar-benar datang ke apartemen mereka. Wanita itu datang saat Fitri baru merapikan apartemen. Dan saat Fitri membuka pintu, dengan santainya wanita itu langsung masuk ke dalam apartemen sebelum Fitri mempersilahkan dia masuk. Dia langsung memanggil nama Aaron, dan menyebutkan kata sayang. Saat itulah Fitri yakin kalau wanita itu adalah Erica, kekasih suaminya. Penampilan wanita itu memang luar biasa, tapi caranya memperlakukan orang lain dan tatapannya pada Fitri benar-benar membuat Fitri lost respect pada wanita yang cantik, berkulit putih, berambut indah dan bertubuh elok itu. Dan begitu Aaron keluar kamarnya, tanpa malu-malu wanita itu melumatt bibir Aaron tanpa rasa risih atau malu di depan Fitri. Fitri yang sadar diri langsung pergi dari sana, tapi saat Fitri akan pergi. Aaron memanggilnya dan memerintahkan Fitri untuk membuatkan minuman
Aaron, Fitri dan ibunya sudah sampai di depan panti asuhan bunda Irene. Bunda Irene yang memang selalu ramah dan tersenyum ketika melihat siapapun meskipun baru bertemu dengannya, tersenyumlah ramah pada Adriana. Banyak juga hadiah yang di bawa oleh Adriana. Aaron langsung menarik tangan Fitri. Mengajaknya menjauh dari Adriana dan berkata."Dengar, katakan pada ibu pemilik panti itu, kalau aku memang sudah sering kemari. Seperti yang kita sepakati, jika ibuku curiga sebelum aku mendapatkan jabatanku kembali, kamu akan tetap aku tuntut. Mengerti!" ucap Aaron tegas sekali saat berbisik pada Fitri. Fitri hanya bisa mengangguk paham, baru setelah itu Aaron melepaskan Fitri. Fitri pun minta ijin pada ibu mertuanya untuk bicara dengan ibu panti."Nak, ada apa semua ini. Nyonya itu menyebutmu sebagai menantunya? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya bunda Irene pada Fitri. "Bunda sebenarnya..."Fitri pun pada akhirnya menceritakan semuanya kepada bunda Tiara. Tidak ada yang dia tutupi kar
Di dalam kamarnya, ponsel Aaron yang gantian terus menerus berdering. Aaron mendengar itu, tapi Erica terus mencoba untuk menghalangi kekasihnya itu pergi darinya. "Sayang, aku akan angkat teleponnya sebentar. Kalau itu dari ibu, kartu kredit ku bisa-bisa di blokir" kata Aaron. Dengan terpaksa, meskipun enggan. Akhirnya Erica turun dari pangkuan Aaron dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua. Aaron mengusap bibirnya yang basah lalu meraih ponselnya. Matanya melebar ketika melihat siapa yang tengah menghubunginya. Aaron bergegas keluar dari kamar dan menuju ke kamar Fitri. Saat itu Fitri sedang merapikan pakaiannya di lemari, tapi Aaron masuk ke dalam kamarnya dan langsung mencium leher Fitri dan memberikan isapan kencang di sana. "Agkhhh" Fitri berteriak kesakitan, dia mendorong Aaron sampai jatuh ke lantai. "Kamu berani mendorong ku?" tanya Aaron marah. Fitri yang seharusnya marah, bukan? tapi kemudian dia ingat surat kontrak itu. Dia hanya bisa memegang le
Erica mendekati Aaron tapi Aaron sudah kehilangan keinginan untuk menyentuh Erica. Hal itu membuat Erica bertanya-tanya. "Honey, why?" tanya Erica yang terlihat kesal dan menghalangi Aaron yang ingin masuk ke dalam kamar mandi. "Sorry sayang, ibuku tadi mengatakan hal yang tidak enak. Aku jadi hilang mood. Aku akan mandi, setelah itu kita lebih baik jalan-jalan saja ya" kata Aaron."Oke" jawab Erica sambil tersenyum. Tapi setelah Aaron masuk ke dalam kamar mandi, dengan cepat Erica merubah wajahnya menjadi kesal. Dia merasa kalau penolakan Aaron itu pasti berhubungan dengan Fitri. Erica yang sama sekali tidak ingin kecolongan, lantas pergi ke kamar Fitri dengan kesal. Padahal dia masih memakai atasan yang memperlihatkan semua bagian perutnya dan celana pendek sekali, hanya menutupi bagian pangkal pahanya saja. Pintu kamar Fitri juga di buka dengan kasar, saat itu kebetulan Theo baru kelar dari kamarnya setelah merapikan pakaian. Dia melihat Erica dengan kesal membuka pintu kamar
Fitri menangis ketika Aaron menarik kasar perban dari lehernya. Aaron juga melihatnya, goresan panjang berwarna merah kehitaman terdapat di leher Fitri yang tadi berusaha dia tutupi dengan perban. "Tuan, tadi nona Erica marah pada nona Fitri. Dia mencakar leher nona Fitri, begitu melihat tanda merah yang tuan tinggalkan di leher nona Fitri" kata Theo berusaha menjelaskan. Aaron langsung melemparkan perban itu ke lantai. Aaron menatap luka Fitri itu dan memalingkan wajahnya. "Theo, obati wanita kampungan ini. Kalian malam malam saja di sini, pesan layanan kamar" kata Aaron yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Theo melihat Fitri kembali menangis menjadi sangat sedih. Untung saja kotak obatnya dia tinggalkan di kamar Fitri. "Aku akan obati lukamu, setelah itu aku akan pesan makanan" kata Theo. Theo mengobati lagi luka di leher Fitri. "Fitri, kamu pasti...""Aku tidak apa-apa kak, hanya lehernya saja yang sakit kok. Yang lain tidak" ucap Fitri berbohong. Di