Setelah penandatangani surat perjanjian dari pria yang nama belakangnya Meyer itu, Fitri diantar keluar kembali oleh pria yang memakai jas itu.
Fitri bahkan tidak sempat membaca siapa nama jelas pria itu. Karena saat dia menandatangani surat perjanjian itu pria yang nama belakangnya Meyer itu memintanya untuk buru-buru jadi dia tidak sempat membaca apapun dalam surat perjanjian itu.Fitri berpikir jika dia akan diantarkan ke ruang pameran kembali untuk bekerja, atau ke kabinnya. Tapi ternyata, pria itu malah mengarahkan dirinya ke sebuah tempat, yang jaraknya tidak jauh dari kamar VVIP yang baru saja dia tinggalkan."Masuklah, di dalam sudah ada penata rias dan penata busana. Kamu pakai pakaian yang mereka berikan, setengah jam lagi aku akan menjemputmu!" kata pria berjas itu lalu meninggalkan Fitri.Dia bingung sekali, kenapa semua jadi seperti ini?Dia benar-benar tidak menyentuh patung itu, tapi karena panik Fitri bahkan tidak bisa berpikir jelas dia bisa saja meminta mereka melihat rekaman CCtv. Tapi itu juga percuma, dia sudah tanda tangan surat perjanjian itu.Sementara, dia tidak tahu siapa pria itu. Dia juga belum mengatakan semua ini pada bunda Irene, pemilik panti asuhan tempat dia tinggal, bagaimana dia bisa menikah tanpa memberitahu ibu panti yang telah mengurusnya selama 21 tahun ini.Dalam keadaan yang masih bingung, pintu di depannya terbuka. Memperlihatkan dua orang yang tersenyum ramah padanya."Nona Fitri ya, cantik sekali, silahkan masuk. Kita harus cepat, atau tuan Theo akan marah nanti!" kata salah satunya yang menarik lengan Fitri dan membawa Fitri masuk ke dalam ruangan itu.'Yang mana yang namanya Theo, apa pria yang membawaku ke sini? atau pria yang nama belakangnya Meyer itu?' batin Fitri sambil menghela nafas panjang.Sesungguhnya Fitri masih bingung, apa yang terjadi saat ini. Dia merasa dirinya terjebak dalam sebuah masalah yang sangat besar dan akan berlangsung sangat lama.Beberapa lama kemudian..."Wah, anda memang cantik. Memang sangat cocok menjadi pasangan tuan Meyer!" kata salah satu perias wajah Fitri.Fitri memang cantik, dia tinggi dan badannya bagus. Sayangnya dia anak panti asuhan, bukan karena tidak ada yang ingin mengadopsi dirinya. Hanya saja, dia tidak mau di adopsi. Dia ingin terus tinggal dengan bunda Irene dan adik-adik pantinya.Pintu ruangan itu terbuka, dan pria berjas itu kembali masuk ke ruangan."Nona Fitri, silahkan ikut aku!" kata pria berjas itu.Fitri pun berdiri, dengan gaun berwarna putih, gaun itu cukup simple tapi terlihat sangat mewah karena aksen di sekitar lengan dan perutnya.Perlahan Fitri mengikuti pria itu."Maaf tuan, kalau aku boleh bertanya, siapa nama tuan Meyer itu?" tanya Fitri yang merasa harus tahu siapa nama suaminya.Masak iya, dia tidak tahu nama suaminya sendiri, hal itu kan aneh sekali."Tuan Aaron Meyer!" jawab pria itu cepat."Dan namamu tuan?" tanya Fitri lagi."Theo!" kata pria yang ternyata bernama Theo itu.Fitri tersenyum, dia pikir pria di depannya itu tidak jahat. Kalau dia pria jahat, tidak mungkin menjawab pertanyaan Fitri dengan baik seperti itu. Pasti daripada menjawab pertanyaan Fitri, lebih baik pria itu membentak Fitri atau menyuruhnya diam dan jangan banyak tanya.Pria itu membawa Fitri ke sebuah ruangan yang bukan kabin. Fitri di minta untuk duduk, dan ternyata pria yang bernama Aaron Meyer itu juga sudah ganti baju dengan warna senada dengannya. Tak menunggu lama, prosesi pengikatan janji suci pernikahan terjadi."Mulai saat ini, kalian telah dinyatakan sah menjadi suami istri!" kata pria tua berkacamata yang memakai setelah jas hitam di depan pria itu.Fitri di tuntun oleh seorang wanita paruh baya ke dekat pria itu. Lalu ada seorang fotografer yang mengabadikan saat pria itu menyambut tangan Fitri dari wanita paruh baya itu. Seorang wanita lain juga datang dengan kotak cincin di atas baki kecil yang di tutupin kain putih berenda.Aaron Meyer meraih tangan Fitri dan menyematkan salah satu cincin dari dua cincin yang ada di kotak itu.Fotografer kembali memotret mereka. Fitri masih tidak bisa berpikir dan berkata-kata. Semua ini terjadi begitu saja."Ambil cincin itu dan pakaikan padaku!" kata Aaron dengan sangat datar.Fitri masih terdiam, tapi pria itu menyentuh lengan Fitri dan mencengkram lengan Fitri dengan kuat. Saat itulah Fitri sadar kalau dia benar-benar telah terjebak dalam masalah besar."Jangan membuat ulah, cepat ambil cincin itu!" kata pria itu dengan mata yang menatap begitu tajam ke arah Fitri.Dengan mata berkaca-kaca, Fitri meraih cincin itu pada pria itu. Bukan karena dia takut atau kesakitan akibat cengkraman tangan Aaron. Tapi karena dia baru menyadari kalau dia menikah dengan pria yang entah untuk tujuan apa menikahinya, yang jelas tidak ada sama sekali cinta di mata pria itu. Dan pastinya kehidupan rumah tangganya nanti akan menjadi sangat tidak baik untuknya.Fitri menyematkan cincin itu di tangan Aaron, dan belum Fitri menarik tangannya. Aaron sudah meraih pinggang Fitri dan mencium bibir Fitri beberapa saat, sampai dua jepretan flash camera dari fotografer itu menyala.Mata Fitri terbelalak, itu adalah ciuman pertamanya. Pria itu bahkan menggigit bibir bawahnya, membuat Fitri membuka mulutnya. Dan pada akhirnya satu jepretan kamera mengakhiri apa yang di lakukan Aaron itu.Aaron melepaskan Fitri yang masih terkejut dan bingung. Dengan santainya pria itu melepaskan jasnya dan berkata pada Theo."Kirimkan foto-foto itu pada pak tua itu, lalu suruh dia kembalikan jabatan CEO itu padaku!" kata Aaron lalu pergi begitu saja.Theo, pria berjas yang ternyata adalah asisten pribadi Aaron membungkukkan setengah badannya dan berkata."Baik tuan" katanya dengan sangat ramah.Fitri masih berdiri di tempatnya, semua orang juga sudah pergi. Pria tua yang menikahkan dia dengan Aaron, lalu dua wanita dan dua pria yang menjadi saksi pernikahannya tadi.Theo menghampiri Fitri dan berkata."Nona bisa kembali ke kamar nona, rapikan semua barang-barang nona. Besok pagi kita akan pergi ke rumah tuan besar, mertua nona!" kata Theo yang lantas meninggalkan Fitri begitu saja.Fitri berjongkok di tempatnya, dia menghembuskan nafas yang sejak tadi di tahannya. Dia benar-benar sudah menikah, tapi entahlah... dia sama sekali tidak merasa bahagia. Yang dia dengar tadi, Aaron mengatakan agar mengirimkan foto-foto pernikahan mereka itu pada pria tua yang bisa mengembalikan jabatannya sebagai CEO.Fitri tidak bisa menduga, dia tidak pernah bertemu masalah seperti ini sebelumnya."Aku terjebak dalam masalah apa ini?" gumam Fitri bertanya-tanya.
***To be continued..."Fitri, apa yang terjadi? Aku sangat cemas! Tadi, aku bertanya pada pak manager, tapi dia pun tidak tahu apa-apa katanya...!"Begitu Fitri kembali ke kamarnya, dia langsung dicercah banyak pertanyaan dari Nessa yang memang sangat mengkhawatirkan Fitri. Namun, Nessa langsung menjadi apa yang ingin ditanyakan kepada teman kerjanya itu ketika Nessa melihat pakaian yang dikenakan oleh Fitri.Ia bahkan langsung memutari Fitri, dan berhenti ketika dia sudah berada di depan Fitri lagi. "Pakaian ini, kamu... kamu menikah?" tanya Nessa yang cukup tahu kalau pakaian yang di kenakan oleh Fitri itu adalah pakaian pernikahan. Fitri hanya bisa mengangguk lemah."Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nessa dengan raut wajah khawatir. Fitri bingung menjelaskannya dari mana. Nessa yang melihat raut wajah Fitri yang terlihat sedih dan kebingungan itu langsung mengajak Fitri untuk duduk di tepi kasur mereka. "Aku menikah dengan pria bernama Aaron Meyer, kalau aku tidak menikah dengannya dia akan mema
Saat Aaron berbalik, dia melihat kalau Fitri tengah melihatnya dari dekat pintu kaca yang menghubungkan balkon kamar Aaron dengan kamarnya. "Sayang, sudah dulu ya. Aku akan menemui kamu setelah masalah perusahaan selesai!" kata Aaron pada wanita yang dia hubungi, yang dia panggil sayang. Setelah itu Aaron menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dia pakai. Dia berjalan perlahan ke arah Fitri, dan Fitri yang terlihat takut pun melangkah mundur. "Kamu menguping pembicaraan ku?" Yahya Aaron dengan tatapan mata tajam dan sangat membuat Fitri merasa tidak nyaman. "Ma... maaf tuan, aku tadi mau bertanya. Tapi, aku tidak sengaja mendengar...!""Apa yang kamu dengar?" tanya Aaron menyela Fitri. Fitri sampai terjingkat ke belakang satu langkah. Karena memang Aaron bicara dengan suara keras dan sangat mengejutkan dirinya. "Aku... aku...!""Kamu itu hanya istri kontrak di atas kertas, mengerti?" tanya Aaron. Tapi hal itu tidak membuat Fitri terkejut, sepertinya dia mulai menge
Fitri hanya bisa menutup telinganya dengan bantal ketika mendengarkan semua dari ruang tengah. Wanita itu, yang katanya kekasih Aaron itu benar-benar datang ke apartemen mereka. Wanita itu datang saat Fitri baru merapikan apartemen. Dan saat Fitri membuka pintu, dengan santainya wanita itu langsung masuk ke dalam apartemen sebelum Fitri mempersilahkan dia masuk. Dia langsung memanggil nama Aaron, dan menyebutkan kata sayang. Saat itulah Fitri yakin kalau wanita itu adalah Erica, kekasih suaminya. Penampilan wanita itu memang luar biasa, tapi caranya memperlakukan orang lain dan tatapannya pada Fitri benar-benar membuat Fitri lost respect pada wanita yang cantik, berkulit putih, berambut indah dan bertubuh elok itu. Dan begitu Aaron keluar kamarnya, tanpa malu-malu wanita itu melumatt bibir Aaron tanpa rasa risih atau malu di depan Fitri. Fitri yang sadar diri langsung pergi dari sana, tapi saat Fitri akan pergi. Aaron memanggilnya dan memerintahkan Fitri untuk membuatkan minuman
Aaron, Fitri dan ibunya sudah sampai di depan panti asuhan bunda Irene. Bunda Irene yang memang selalu ramah dan tersenyum ketika melihat siapapun meskipun baru bertemu dengannya, tersenyumlah ramah pada Adriana. Banyak juga hadiah yang di bawa oleh Adriana. Aaron langsung menarik tangan Fitri. Mengajaknya menjauh dari Adriana dan berkata."Dengar, katakan pada ibu pemilik panti itu, kalau aku memang sudah sering kemari. Seperti yang kita sepakati, jika ibuku curiga sebelum aku mendapatkan jabatanku kembali, kamu akan tetap aku tuntut. Mengerti!" ucap Aaron tegas sekali saat berbisik pada Fitri. Fitri hanya bisa mengangguk paham, baru setelah itu Aaron melepaskan Fitri. Fitri pun minta ijin pada ibu mertuanya untuk bicara dengan ibu panti."Nak, ada apa semua ini. Nyonya itu menyebutmu sebagai menantunya? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya bunda Irene pada Fitri. "Bunda sebenarnya..."Fitri pun pada akhirnya menceritakan semuanya kepada bunda Tiara. Tidak ada yang dia tutupi kar
Di dalam kamarnya, ponsel Aaron yang gantian terus menerus berdering. Aaron mendengar itu, tapi Erica terus mencoba untuk menghalangi kekasihnya itu pergi darinya. "Sayang, aku akan angkat teleponnya sebentar. Kalau itu dari ibu, kartu kredit ku bisa-bisa di blokir" kata Aaron. Dengan terpaksa, meskipun enggan. Akhirnya Erica turun dari pangkuan Aaron dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua. Aaron mengusap bibirnya yang basah lalu meraih ponselnya. Matanya melebar ketika melihat siapa yang tengah menghubunginya. Aaron bergegas keluar dari kamar dan menuju ke kamar Fitri. Saat itu Fitri sedang merapikan pakaiannya di lemari, tapi Aaron masuk ke dalam kamarnya dan langsung mencium leher Fitri dan memberikan isapan kencang di sana. "Agkhhh" Fitri berteriak kesakitan, dia mendorong Aaron sampai jatuh ke lantai. "Kamu berani mendorong ku?" tanya Aaron marah. Fitri yang seharusnya marah, bukan? tapi kemudian dia ingat surat kontrak itu. Dia hanya bisa memegang le
Erica mendekati Aaron tapi Aaron sudah kehilangan keinginan untuk menyentuh Erica. Hal itu membuat Erica bertanya-tanya. "Honey, why?" tanya Erica yang terlihat kesal dan menghalangi Aaron yang ingin masuk ke dalam kamar mandi. "Sorry sayang, ibuku tadi mengatakan hal yang tidak enak. Aku jadi hilang mood. Aku akan mandi, setelah itu kita lebih baik jalan-jalan saja ya" kata Aaron."Oke" jawab Erica sambil tersenyum. Tapi setelah Aaron masuk ke dalam kamar mandi, dengan cepat Erica merubah wajahnya menjadi kesal. Dia merasa kalau penolakan Aaron itu pasti berhubungan dengan Fitri. Erica yang sama sekali tidak ingin kecolongan, lantas pergi ke kamar Fitri dengan kesal. Padahal dia masih memakai atasan yang memperlihatkan semua bagian perutnya dan celana pendek sekali, hanya menutupi bagian pangkal pahanya saja. Pintu kamar Fitri juga di buka dengan kasar, saat itu kebetulan Theo baru kelar dari kamarnya setelah merapikan pakaian. Dia melihat Erica dengan kesal membuka pintu kamar
Fitri menangis ketika Aaron menarik kasar perban dari lehernya. Aaron juga melihatnya, goresan panjang berwarna merah kehitaman terdapat di leher Fitri yang tadi berusaha dia tutupi dengan perban. "Tuan, tadi nona Erica marah pada nona Fitri. Dia mencakar leher nona Fitri, begitu melihat tanda merah yang tuan tinggalkan di leher nona Fitri" kata Theo berusaha menjelaskan. Aaron langsung melemparkan perban itu ke lantai. Aaron menatap luka Fitri itu dan memalingkan wajahnya. "Theo, obati wanita kampungan ini. Kalian malam malam saja di sini, pesan layanan kamar" kata Aaron yang langsung pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat. Theo melihat Fitri kembali menangis menjadi sangat sedih. Untung saja kotak obatnya dia tinggalkan di kamar Fitri. "Aku akan obati lukamu, setelah itu aku akan pesan makanan" kata Theo. Theo mengobati lagi luka di leher Fitri. "Fitri, kamu pasti...""Aku tidak apa-apa kak, hanya lehernya saja yang sakit kok. Yang lain tidak" ucap Fitri berbohong. Di
Theo sudah bangun dan mendatangi kamar Aaron, untuk memberitahu bosnya itu kalau mobil yang akan membawa mereka berlibur berkeliling kota ini akan tiba sedikit terlambat. Karena memang kebanyakan dari para turis mengelilingi kota dengan berjalan kaki, tapi karena cuaca di tempat ini memang sedikit panas, karena memang musim panas. Erica tidak mau berjalan-jalan dengan berjalan kaki. Dia mau naik sebuah mobil yang mewah dan hanya berdua saja dengan Aaron. Tidak ingin ada supir yang akan mengganggu mereka saat ingin bermesraan kapan saja. Aaron mengetuk pintu kamar Aaron, dia hanya mengetuk. Memang seperti itu, dia tidak akan bicara atau berhenti mengetuk sebelum Aaron membuka pintunya. Dan suara ketukan pintu itu membuat Erica merasa sangat terganggu. Sedangkan Aaron, dia sedang berada di dalam kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap setelah dari balkon tadi. Erica yang kesal sampai melemparkan bantal yang tadi dipakainya ke lantai. "Berisik sekali sih, siapa yang pagi-pagi begin