#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku
10. Jaga Jarak
Satu minggu Ayana harus menelan pahit kemesraan Marsel dengan Vanya. Keduanya tampak tertawa bahagia, melupakan dirinya yang masih berstatus sebagai kekasih Marsel. Mereka begitu tenang, seperti tidak memikirkan bagaimana kondisinya kini. Ayana hanya bisa menunduk ketika melewati keduanya. Genggamannya pada setumpuk buku di tangannya semakin erat. Hatinya sakit. Napasnya tercekat. Ketika melihat sang kekasih tidak menyapanya, bahkan untuk menoleh.
Dia menahan isaknya. Menatap nanar punggung Marsel yang mulai menjauh bersama Vanya. Untung saja di koridor tersebut sepi. Membuatnya tidak akan mendengarkan tawa menyebalkan dari para siswa-siswi lainnya. Ayana mendongak, mencoba menahan air matanya yang hampir keluar begitu saja. Menghirup udara panjang lalu mengembuskannya pelan. Cukup membantu, sebelum dia kembali menuju ke tempat tujuannya.
Kantor terlihat sepi. Ayana mencoba
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku11. Fitnah"Tanpa kepercayaan, berapa lama pun suatu hubungan terjalin semuanya tidak ada artinya."***Plak!Sebuah tamparan yang amat keras, berhasil mendarat di pipi kanan Ayana. Gadis yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu menoleh. Meringis tertahan. Dia menatap tidak percaya dengan apa yang sang ibu lakukan. Sedangkan Erin menatap tangan kanannya nanar. Tetapi itu hanya sesaat. Perempuan paruh baya itu kembali memasang wajah marahnya. Ayana tidak tahu apa alasan ibunya menamparnya, bahkan terlihat marah seperti ini. Dia baru saja pulang sekolah. Tapi, apa?"Ibu?" Panggil Ayana pelan. Ditatapnya manik mata sang ibu."Kau!" Erin menunjuk putrinya. Tangannya bergetar menahan amarah. "Dasar pembuat malu saja!" lanjutnya kesal.Ayana menatap ke sekeliling. Di luar pagar rumahnya, terdapat beberapa orang-oran
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku12. FarezPintu kelas Ayana diketuk oleh seseorang. Membuat seisi kelas dengan serempak menoleh. Mendapati seorang pemuda dengan wajah datarnya. Semua murid mulai berbisik-bisik akan kehadiran salah satu most wanted di sekolah ini. Seorang pemuda yang digadang-gadang memiliki kelainan karena tidak pernah terlihat berbaur dengan seorang wanita selama ini. Berbeda dengan Ayana yang mengernyitkan dahi. Dia tidak mengenali pemuda itu. Bahkan seingatnya dia tidak pernah bertemu dengan pemuda itu selama bersekolah di sini."Ayana." Satu kata yang keluar dari bibir pemuda itu. Membuat suasana semakin gaduh. Terlebih baru saja beberapa jam yang lalu Ayana diputuskan oleh Marsel.Ayana menunjukkan dirinya sendiri seraya berucap 'Aku?' dengan wajah bingungnya. Mendapatkan anggukan dari sang pemuda, gadis itu mulai bangkit dan meminta izin kepada guru yang tengah mengajarnya. Kini keduanya berjalan
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku13. BercabangJam dinding sudah menunjuk pukul sebelas malam, tetapi seorang pemuda masih belum jua masuk ke alam mimpinya. Dia terus berguling-guling ke sana-kemari mencoba memejamkan matanya. Tetapi, kejadian tadi pagi membuatnya merasa tidak tenang. Entah apa yang dia rasakan. Ada rasa takut, kesal, dan argh, entahlah. Semuanya tampak bercabang. Marsel menghempaskan selimutnya kesal. Dia beranjak menuju ke balkon rumahnya. Mengambil salah satu batang rokok dan mulai menyesapnya. Dia tidak peduli jika nanti ketahuan orang tuanya. Dia hanya ingin menenangkan pikirannya. Ya, dengan merokok. Dengan tenangnya dia menghembuskan asap rokoknya. Sesekali menatap ke langit. Ada sesuatu yang hilang. Tapi apa? Bayangan Ayana dengan sosok yang dia benci terus saja terlintas. Membuatnya kesal setengah mati."Apa yang direncanain, Farez?" monolognya. Dia terus saja menghisap rokoknya seraya memikirka
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku14. MerenungJam kosong digunakan sebaik mungkin oleh kelas Xll IPS 3. Ruangan tampak ricuh. Ada beberapa anak yang menjadikan kelas menjadi konser mendadak, ada pula yang berjoget ria di depan handphone mereka, atau bermain game. Ale menatap miris salah satu sahabatnya. Marsel di tempatnya tampak melamun. Cowok itu seperti tidak terganggu akan kegaduhan yang teman-temannya lakukan. Ale berinisiatif akan menemui sahabatnya itu, hingga seorang gadis sudah lebih dulu duduk di kursi samping Marsel. Vanya menyapa kekasihnya, tetapi Marsel sepertinya masih asik dengan pikirannya. Membuat gadis itu mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Marsel, membuat cowok itu mengerjap kaget."Kamu ngelamun?" tanya Vanya.Marsel tampak mengembuskan napas panjang. Sebelum akhirnya dia bangkit dari kursinya membuat Vanya turut bangkit dan memegang lengan kanan kekasihnya.
#Sebatas PERMAINAN Pacarku15. AsingAyana menatap kosong keluar kafe. Ucapan Marsel membuatnya berpikir dua kali. Dia tidak tahu apakah cowok itu tengah mengerjainya atau benar-benar tulus. Walau ada secuil kecurigaan, dia tidak munafik. Dia benar-benar bahagia ketika orang yang dia cintai selama ini mengajak kembali. Tapi bagaimana dengan Farez? Atau bagaimana dengan Vanya? Apa dia harus egois untuk menggapai bintangnya? Sebuah tepukan di bahunya membuatnya tersentak. Dengan cepat Ayana menoleh mendapati teman sepekerjanya."Kau melamun, Ay?" tanyanya.Ayana tersenyum tipis. "Ya begitulah," jawabnya dan langsung melanjutkan pekerjaannya yang terhenti. Tangan kanannya dengan cekatan membersihkan meja di depannya."Kau ada masalah lagi dengan ibumu?" tanya temannya lagi. Ayana menggeleng pelan. Bukankah benar? Akhir-akhir ini ibunya tampak sibuk dan tidak ada waktu untu
#Sebatas PERMAINAN Pacarku16. Teman BaruBel istirahat pertama berbunyi begitu nyaring. Membuat semua murid berseru senang. Banyak dari mereka yang berhamburan menuju ke kantin. Ada pula beberapa anak yang memilih menetap di kelasnya, begitu pula dengan Ayana. Gadis itu masih setia duduk di bangkunya. Menatap kosong ke depan. Bahkan buku tulisnya masih saja kosong tak tersentuh walau tangan kanannya sudah memang sebuah bolpoin sejak tadi. Tubuhnya memang berada di sana tetapi tidak dengan pikirannya. Dia terus asik berkulat dengan otaknya. Memikirkan kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh cowok yang dia cintai selama ini.Dia tidak tahu apa yang akan direncanakan oleh kakak kelasnya. Apa dia benar-benar menginginkannya untuk di sisinya lagi atau hanya sekedar bermain-main. Dia cukup ragu akan hal itu. Terlebih mereka baru saja memutuskan hubungan beberapa hari yang lalu. Lelah dengan pikirannya yang tak kunjung membuahkan hasil,
#Sebatas PERMAINAN Pacarku17. Siapa, Yua?Ayana membenarkan letak kacamatanya. Dia menatap bingung apa yang terjadi di halaman sekolahnya yang tampak ramai oleh siswa-siswi dan juga beberapa orang berjas hitam dengan kacamata hitam di wajahnya. Beberapa orang dari berjas hitam itu tampak menggertak bahkan sesekali menuding ke arah beberapa murid yang berada di sana."Ada apa sih?" Ayana bertanya-tanya.Dengan langkah cepat dia berbaur bersama para murid lain. Tetapi, sebuah pemikiran mungkin ada anak dari orang kaya yang terjadi aksi perkelahian membuatnya mulai acuh dan memilih pergi dari sana. Tetapi, baru saja membalikkan tubuhnya, suara salah satu murid membuatnya terbingung."Itu om yang namanya, Ayana!" teriaknya seraya menunjuk ke arah Ayana. Sang pemilik nama hanya menatap bingung. Orang-orang berjas itu mencari dirinya? Memangnya ada apa? Ayana kenal saj
#Sebatas PERMAINAN Pacarku18. Kejailan Marsel"Aku tidak tahu kamu benar-benar mencoba untuk berubah atau kembali untuk mmeperbudakku."_Ayana._____________Ayana baru saja keluar dari ruangan perpustakaan setelah selesai melakukan pelatihan bersama Farez dan Bu Ayu. Tidak terasa esok adalah hari di mana dia harus benar-benar berjuang. Meraih kemenangan atas nama sekolah. Gadis itu membenarkan letak kacamatanya, ketika melihat seorang cowok melangkah ke arahnya dengan membawa sebuah kotak yang dia yakini adalah bekal makan. Tidak mau terjebak bersama cowok itu, Ayana memilih berputar. Seketika tubuhnya menabrak dada bidang seseorang, membuatnya meringis dan langsung mengusap dahinya yang sedikit berdenyut."Lo gapapa, Ay?"Dua cowok yang baru saja mengucapkan kalimat itu secara bersamaan pun saling pandang. Sedangkan Ayana, gadis itu menjaga jarak di antara dua