#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku
85. Endingnya
"Sebenarnya tidak ada kata 'ending' di setiap kisah. Karena hidup terus berlanjut walaupun kematian tengah menunggu."
_Author_
***
Di atas panggung mewah di depan sana, berdiri sepasang suami-istri, yang baru saja resmi. Ayana dan Marsel tampak sangat bahagia. Senyum terus terpatri di wajah mereka. Hari ini, mereka sudah benar-benar resmi memiliki satu sama lain. Tidak berselang lama, Rain, Vanya, Jasmin, Zewa, Ale, dan Farez datang mendekati mereka dengan saling berpasangan dengan pasangan mereka masing-masing.
"Cie udah nikah!" ujar Rain dan langsung memeluk tubuh Ayana erat.
"Cepet nyusul," ujar Ayana seraya terkekeh. Mendengar itu Rain mengerucutkan bibirnya. Menatap sinis ke arah Ale.
"Noh, dianya aja yang gak peka-peka!" sungut Rain seraya menghentak-hentakkan kedua kak
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku1. Pacar Tak Dianggap"Hai angin malam,Tolong sampaikan rinduku kepadanya,Yang berada di sana,Sosok yang amat kucinta,Hai sinar rembulan,Sampaikan rasa cintaku padanya,Untuk dia seorang,Yang selama ini kugenggam erat,Untuk kamu yang tengah kuperjuangkan,Tolong jaga hubungan kita,Tolong hargai aku sekali saja,Karena aku tak mau kita berpisah."Ayana Salsabila Khoirunnisa. Gadis itu menghela napas setelah mencoretkan tinta penanya di buku diary miliknya. Diliriknya handphone miliknya. Dihidupkan benda itu, lalu masuk ke dalam applikasi WhatsApp. Dia tersenyum masam, ketika spam chatting-nya masih tak direspon oleh kekasihnya. Ayana memutuskan menutup buku diary-nya. Menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan waktu yang sudah la
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku2. Mesin OtakPagi ini, Marsel datang lebih awal. Bukan tanpa alasan, pemuda itu berniat ingin numpang tidur sejenak sebelum mengikuti jam pelajaran nantinya. Semalaman dia tak bisa tidur dikarenakan Keyla-sang adik terus saja menangis meminta mainan. Setelah memarkirkan sepeda motornya, pemuda itu melangkah dengan gontai. Sesekali, dia menguap lebar. Tetapi, langkahnya harus berhenti ketika seorang gadis menghadang jalannya. Siapa lagi kalau bukan, Ayana?"Minggir!" ketus Marsel.Ayana tak menyerah. Dia terus menghadang jalan sang kekasih. Dengan senyumannya dia mengulurkan sebuah kotak makan kepada Marsel. Marsel hanya menatap malas bekal itu. Dengan kasar, ditepisnya kotak makan itu. Membuatnya berserakan di lantai. Ayana hanya menunduk. Senyumannya pun hilang tergantikan dengan bibir yang tertutup rapat."Jangan mimpi gue mau makan makanan
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku3. FlashbackSatu bulan yang lalu. Saat itu kehidupan Marsel masih dapat dikatakan baik-baik saja. Pemuda itu pun terkenal akan keramahannya. Murah senyum, suka menolong, baik. Hanya satu saja kekurangannya. Dia tidak cukup terlalu unggul dalam kemampuan otak. Hampir tiap hari semua pekerjaan dia kerjakan dari hasil menyontek. Jikalau tidak, maka nilainya akan kurang dari angka enam puluh.Saat itu, dia tengah duduk bersama kedua sahabatnya, Ale dan Zewa di kelasnya. Mereka bertiga tertawa bersama saat mendengarkan cerita yang Zewa ceritakan. Ya, humor mereka sangat recjeh. Tetapi, semua sikap Marsel berubah seratus delapan puluh derajat ketika Ayana, si gadis pandai-kebanggaan SMA Merdeka ini, tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya. Masih asik-asiknya mengobrol, panggilan yang ditujukan untuk Marsel terdengar nyaring di alat pemberitahuan yang terhubung di ruang kantor."Untuk Marsel Angg
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku4. MasalahMarsel menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk miliknya. Menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkelana. Sepertinya dia menyesal telah melakukan kurang ajar kepada Ayana tadi pagi. Bahkan, kalimatnya sungguh sangat pedas. Ah, dia jadi memikirkan bagaimana kondisi gadis itu? Dia mengacak rambutnya kesal. Meraih handphone miliknya dan akan berencana menelepon gadis itu. Tetapi, belum sempat dia memencet tombol hijau untuk memulai teleponan mereka. Tubuhnya sudah terlebih dahulu terbentur tembok dengan cukup keras.Marsel meringis ketika merasakan sakit yang teramat di punggungnya. Dia menatap sang ayah yang rupanya pelaku dari itu semua. Mata Putra tampak jelas menampakkan akan kemarahan dan Mars tahu apa alasannya. Sudah dipastikan tidak jauh dari Ayana. Belum sempat Marsel mengeluarkan suaranya. Putra kembali membenturkan tubuh putranya itu dengan keras. Membuat Mars terpekik. Pekikan itu
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku5. Berubah?"Udah denger belum, kemarin Kak Marsel bilang kalau Ayana cuma permainannya doang lho.""Masa sih?""Iya. Berita itu udah kesebar luas.""Kasihan ya.""Ngapain kasihan, dianya aja yang kepedean."Ayana hanya bisa menunduk dalam. Langkahnya yang gontai membuatnya harus lebih lama mendengarkan kalimat-kalimat pedas itu. Banyak tatapan mata tertuju ke arahnya. Hingga tanpa sengaja dia melihat sepasang sepatu yang berdiri di hadapannya. Dia mendongak dan menemukan Jasmin dan kedua sahabatnya. Ayana semakin menciut ketika melihat seringai dari ketiganya. Tubuhnya pun sudah membunyikan alarm berbahaya kepadanya. Percayalah, sekarang dia tahu apa yang akan mereka lakukan kepadanya."Nah ini dia si gadis menyedihkan itu, Gaes. Iya sih, diangkat jadi pacar. Tapi sayang, cuma dijadiin boneka doang.
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku6. Kemarahan VanyaAyana terlonjak kaget. Gadis itu mengerjapkan matanya, seraya menatap gadis yang terlihat amat marah di depannya. Gadis itu adalah kakak kelasnya dan juga merupakan teman sekelas kekasihnya, Marsel. Entah mengapa, perasaan menjadi tidak enak, terlebih ketika melihat Vanya menatapnya nyalang penuh kebencian. Semua mata kini menatap ke arah meja Ayana, Zewa, dan Ale."Lo apa-apaan sih! Buat kaget aja," ketus Zewa."PMS kali," gumam Ale.Sedangkan Vanya melotot. Menatap tajam ke arah kedua pemuda di depannya yang hanya dibalas dengan tatapan malas oleh Ale dan Zewa. Keduanya sudah biasa menghadapi tingkah gadis itu. Melupakan semua ucapan kedua teman satu kelasnya, Vanya kini beralih menatap gadis yang tengah menatapnya bingung. Tanpa aba-aba, Vanya menjambak rambut panjang milik Ayana. Membuat sang empu menjerit dan langsung berdiri karena jambakan
#Sebatas_PERMAINAN_Pacarku7. Jalan BarengDi sebuah kamar yang tidak terlalu besar, seorang gadis berbaring di atas kasurnya seraya menatap langit-langit kamarnya. Senyum terus saja terukir di wajahnya. Kejadian tadi pagi berhasil membuat hatinya uang semula hancur kembali menghangat. Sikap Marsel membuatnya kembali mengurungkan niatnya untuk menyudahi hubungannya dengan kekasihnya itu. Ayana berguling ke kanan, menjadikan posisinya berubah menjadi tengkurap. Dia menggigit bantal gulingnya ketika tidak bisa menahan kebahagiaannya yang terlalu menggebu."Kak Mars romantis banget tadi, ya ampun!" pekik gadis itu tertahan. Dia tidak mau mengganggu ketenangan sang ibu.Sebuah notifikasi pada handphone-nya membuat Ayana menoleh. Menatap layar handphone-nya, yang menunjukkan sebuah pesan dari Mars. Dengan semangat gadis itu membaca pesan itu. Senyumannya semakin mengembang ketika mendapati sang kekasih sudah berad
Sebatas PERMAINAN Pacarku8. Ingkar JanjiDi depan rumah, Ayana tengah menunggu kehadiran Marsel. Kemarin malam, pemuda itu berjanji akan menjemputnya dan berangkat bersama ke sekolah. Senyuman manis setia menghiasi wajah gadis itu. Dengan sabar dia menunggu. Sesekali menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan apakah kekasihnya sudah segera sampai. Tetapi, sudah setengah jam sosok yang ditunggu-tunggu belum juga terlihat.Ayana mulai cemas. Sebab, lima belas menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Dengan segera dia mengambil handphone-nya, mencoba menghubungi Marsel. Sudah berulang kali, tapi tak kunjung mendapat balasan. Bahkan, untuk yang terakhir kalinya, telepon itu sengaja ditutup. Membuat Ayana terdiam. Pikirannya mulai menjelajah. Sibuk. Satu kata yang tiba-tiba datang di pikirannya. Ayana tersadar dari keterdiamannya, ketika melihat dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Terlebih, jarak antara rumahnya dan sekolahnya cukup ja