Home / Rumah Tangga / Sebelum Kita Bercerai / Bab 29. Rumah Oma Ambar

Share

Bab 29. Rumah Oma Ambar

Author: Clau Sheera
last update Last Updated: 2024-05-19 08:00:35
Maura menatap Dewangga dengan pandangan takut. Ingatannya satu lagi perlahan datang, namun semuanya hanya ingatan buruk. Ingatan kali ini lebih jelas dari ingatan lainnya, seolah baru terjadi kemarin.

Maura ingat bagaimana wajah Dewangga yang sangat marah ketika dia menjambak Alena di masa lalu karena diam-diam Alena memprovokasinya, kemudian ketika Maura terpancing amarah, Alena bersikap seolah-olah semua salah Maura. Saat itu Dewangga hampir menamparnya.

Alena selalu menjebak Maura seolah Maura selalu menganiayanya, kemudian berpura-pura lemah dan tertindas.

Maura yang di masa lalu sangat pemarah karena faktor frustrasi, selalu terpancing dan masuk dalam jebakannya.

Maura merasakan sudut hatinya begitu nyeri ketika ingatan itu muncul. Dia menderita dan sedih di waktu yang bersamaan.

"Maura? Ada apa?" tanya Dewangga khawatir saat melihat wajah wanita itu pucat pasi.

Maura beringsut menjauh dan menatap Dewangga dengan tubuh gemetar. "Jangan mendekat."

Dewangga yang melihatnya me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 67. Liburan

    “Menikahlah dengan Dewangga.”Satu kalimat yang dilontarkan oma Ambar itu meruntuhkan sunyi, namun membangun keraguan di hati Maura.Maura mendongak, menatap wanita baya yang masih cantik dan anggun itu, yang duduk di sofa tepat di depannya sambil tersenyum menikmati secangkir teh hangat yang terhidang.Sudah empat hari berlalu sejak saat itu. Dia pun sudah menjelaskan detail kejadian menurut ingatannya. Bahkan dia sudah melakukan visum.Tak ada aktivitas fisik yang dicurigai. Tak ada kejadian apapun. Mereka murni hanya tidur bersama walau tanpa sehelai benangpun.Meski begitu, Dewangga tetap marah padanya.“Oma, tapi ‘kan menurut keterangan dokter, aku ….”“Oma tahu.” Oma Ambar mengangguk, masih tersenyum. “Tapi Maura, kalau kejadian ini bocor ke publik, citra keluarga kita akan rusak. Dan kemungkinan buruk, bisa berdampak pada perusahaan yang tengah dikelola Dewangga sekarang. Ini semua bukan demi oma atau siapapun, tapi demi kebaikan Dewangga. Kamu mau, 'kan, nikah sama dia?”Maura

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 66. Kisah Tiga Tahun Lalu

    “Maura, lihat.” Alena datang membuka pintu kamar Maura tanpa permisi. “Ini gaun baru yang aku dan mama pilih buatmu. Cantik, ‘kan?” Dengan wajah sumringah, dia memperlihatkan sebuah gaun merah anggur yang ditaburi kilauan sekuin, saat Maura tengah menulis sesuatu di buku diary-nya sambil telungkup di atas ranjang di kamarnya. Maura menoleh dengan wajah datar menatap gaun di tangan Alena yang masih sama seperti gaun-gaun lain yang mereka berikan untuknya. Gaun dengan potongan rendah dan pendek. Gaun seksi yang menonjolkan lekuk tubuhnya. “Gaun buat apa?” tanyanya acuh tak acuh sambil menopang dagunya. “Kamu lupa? Malam ini kita harus menghadiri undangan pernikahan. Papa bilang, semua anggota keluarga harus ikut.” “Eh? Aku lupa!” seru Maura terkejut sambil bergegas duduk dan menerima gaun dari Alena. “Tapi … gaun ini terlalu seksi dibandingkan dengan gaun lainnya yang pernah kamu kasih, Alena. Aku malu kalau harus pakai ini.” “Apanya yang seksi? Gaun ini biasa aja, tahu,” ujar Ale

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 65. Tamu Saat Hujan (3)

    “Udah puas?” Maura menatap tajam Dewangga sambil melipat kedua tangannya di dada, menahan kekesalan.Tak pernah sebelumnya dia melihat sisi Dewangga yang seperti itu, impulsif seenaknya masuk ke rumah memeriksa segala sudut meski sudah dilarang.Pria itu dengan wajah acuh tak acuh hanya melirik Maura sekilas, kemudian lanjut memeriksa setiap jendela dan pintu yang tersisa.Dia tak hanya mencari keberadaan seseorang di sana, juga memastikan bahwa tempat wanita itu tinggal sangat aman.“Udah puas belum?” Maura mengulang pertanyaannya.“Udah.”“Kalau gitu kamu cepetan pulang,” kata Maura sambil mendorong punggung pria itu menuju pintu.“Tunggu, Maura. Ada yang mau aku bicarakan,” ucap Dewangga memutar tubuhnya, melepaskan diri dari dorongan Maura.“Masalah apa? Apa kamu ke sini buat nganterin surat panggilan dari pengadilan?”“Surat panggilan dari pengadilan?” Pria itu mengerutkan alisnya.“Aku nungguin surat panggilan buat sidang perceraian kita,” kata Maura lebih jelas.“Aku belum meng

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 64. Tamu saat Hujan (2)

    Dewangga duduk di tepi ranjang kosong di kamar yang pernah Maura tempati di rumahnya sendiri. Semenjak wanita itu pergi dari sana, dia sering sekali memasuki kamar itu hanya untuk duduk diam dan merenung. Terkadang, dia juga tertidur di sana ditemani aroma stroberi yang tertinggal. Aroma kesukaan Maura. Bukankah bagus karena Maura sudah pergi dari rumahnya? Bukankah ini berita menggembirakan? Mengapa dia tetap saja merasa tak senang padahal sudah lewat dua minggu? Berkali-kali dia menghibur dirinya sendiri, namun selalu gagal. Ditatapnya sebuah gaun pink yang dibelinya untuk wanita itu. Gaun itu tergantung rapi dan bersih di atas standing hanger sebelah meja rias. Mengapa wanita itu meninggalkan gaunnya? Apakah dia tak menyukainya? Beberapa kali pria itu sempat meraih ponselnya, mengetik sebuah pesan untuk Maura, berniat menanyakan kabar atau keberadaannya. Namun berkali-kali pula dia urung melakukannya. ‘Apakah kamu benar-benar rela pergi gitu aja?’ gumamnya ratusan kali saat

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 63. Tamu saat Hujan

    Dua minggu berlalu, namun Maura masih belum mendapatkan surat panggilan untuk sidang perceraian, meski dia rutin memeriksa kotak surat maupun surelnya.Selama dua minggu itu, dia sibuk melakukan banyak hal di restoran, yang membuat pikirannya teralihkan dari masalah perpisahannya sehingga saat pulang nanti, dia sudah tak punya tenaga untuk memikirkan apapun lagi dan bisa langsung tidur pulas setelah mandi.“Sebaiknya besok kamu libur,” ujar Andreas begitu Maura hendak berpamitan untuk pulang sore itu bersama beberapa orang lainnya.“Tapi aku masih semangat kerja, Mas,” kata Maura keberatan.“Udah dua minggu kamu kerja terus tanpa ngambil libur, Maura. Kamu mungkin merasa sanggup, tapi lama-lama badan kamu bakal drop, lho,” protes Andreas dengan raut wajah khawatir. “Kamu terlalu memaksakan diri. Di sini, kamu banyak ngerjain apapun. Andy lagi nyuci piring aja kamu ambil alih dengan paksa. Pokoknya besok kamu libur, titik.”Maura membuka mulutnya hendak melayangkan protes, namun urung

  • Sebelum Kita Bercerai   Bab 62. Entah Mengapa ...

    “Seperti yang pernah kamu bilang dulu, sekarang aku benar-benar menyesal karena kita menikah. Jadi, ayo kita bercerai, Dewangga.”Bagi Maura, tak mudah mengatakan hal itu. Dia memang sangat mencintai Dewangga.Tentu saja Maura menyesal. Dia menyesal karena tak bisa melihat dengan jelas bahwa hati Dewangga benar-benar tertutup untuknya.Mengapa dia terus menerus melambungkan harapan untuk tetap bersama hingga berharap Dewangga akan membalas cintanya?‘Dewangga tertekan dan tak bahagia bersamaku.’Kenyataan itu sebenarnya sudah disadarinya sejak awal. Namun harapannya yang terlalu tinggi memaksanya untuk bertahan dalam pernikahan yang tak bahagia.Maura juga menyadari bahwa dia tak benar-benar bahagia melihat Dewangga tak bahagia.Dia ingat, mereka selalu bertengkar setiap kali bertemu. Dia juga ingat bahwa dia terlalu menuntut Dewangga agar memperlakukannya seperti seorang istri.Tentu saja Dewangga tak sanggup karena dia terpaksa menikahi Maura.Maura juga tahu, ada banyak kesalahpaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status