Bantahan dari Peter yang mengatakan, jika tidak seharusnya mereka mengugat FBI yang telah mengambil kasus mereka begitu saja, membuat Mark berang. “Kau tahu jika Raymond tidak pernah menghormati kita dari dulu hingga sekarang?! Tidak kuduga kau menyatakan pengkhianatan dengan kalimatmu barusan, Pete!” kecam Mark tanpa menyembunyikan kekecewaannya. “Aku tidak berkhianat! Aku mengorbankan semua demi kesatuan kita, Parker! Tapi mencari masalah dengan Gibs, sama saja menggorok leher sendiri!” tangkis Peter, memberikan pembelaan atas tindakannya. Tim membisu, sementara kedua atasannya saling baku mulut. Ada lima orang yang saat itu ada dalam ruangan rapat. Komisaris kepolisian pusat-Dean Jackson, Kepala Sheriff- Mark Parker, Undersheriff-Peter Williams, Komisaris CIA-Nick Lang dan Tim Muller. Mereka sedang membicarakan mengenai FBI yang melangkahi otoritas pusat dengan tidak hormat. Selama hampir satu jam lebih, masing-masing pro dan kontra menyatakan pendapat mereka. Ada yang mengan
Maddox masih menunggu dengan sabar tanggapan darinya. Foxy terlihat putus asa saat ini. Wajah itu terlihat tirus dan tubuhnya menyusut. Wanita yang mengutamakan penampilan untuk selalu menawan, kini tidak lagi ada dalam diri Foxire Dawson. Perempuan tersebut tidak lebih seperti wanita kebanyakan dengan rambut diikat tinggi dan wajah tanpa riasan sedikit pun. “Aku tidak akan tahu, apa yang kau inginkan jika terus bungkam,” keluh Maddox lesu. Dalam hati, pria itu mengutuk diri habis-habisan. ‘Kenapa aku jadi melemah? Perempuan yang menjengkelkan ini seharusnya membuatku naik pitam karena teka teki memuakkan!’ pekik Maddox membatin. “Mengejutkan sekali, jika Joe merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi sekutumu.” Bibir kering Foxy tampak menyiratkan kejiwaannya yang tertekan. “Tapi aku lelah mengikuti semua permainan hanya sebagai pion semata.” “Itulah alasanku meminta Joe bergabung. Dia akan memastikan kau selamat dan tidak akan terjangkau oleh Russel!” tandas Maddox, kembali
Rasanya perasaan yang mengganjal ini membuat Maddox tidak bisa begitu saja melupakan kejadian di taman. Setelah Foxy menyatakan isi hati lalu meninggalkan dirinya, Maddox merasakan keresahan yang luar biasa. Ia tidak menyangka, jika wanita yang begitu menjengkelkan ternyata menyimpan perasaan khusus untuk dia. Lebih mengejutkan lagi, ia baru sadar kalo dirinya juga menyimpan perasaan yang sama! Pagi ini, Maddox sudah berada di rumah Jimmy dan Joe baru saja tiba dua menit yang lalu. Mereka duduk di teras belakang, sembari menghadap meja yang penuh dengan pilihan minuman . “Selama bertahun-tahun kita berdiri di dua sisi berbeda, tapi hari ini kalian datang sebagai tamuku. Dunia sudah gila!” cemooh Jimmy. Ia masih tidak senang dengan keputusan Maddox, yang seenaknya menjadikan tempat itu sebagai pertemuan. “Jangan mengeluh seperti perempuan, Jim! Kau beruntung kami ada di sini sebagai sekutumu!” tukas Maddox sembari menuangkan whiskey untuknya. “Aku bisa mengembalikan apa yang tel
Claire kembali mendesah. Sikapnya tampak gelisah dan gusar. Dia tidak mengerti jalan pemikiran Foxy sama sekali. Bosnya mendadak membuat keputusan besar, yang menurut Claire cukup bodoh. “Menyerahkan diri pada Russel Brown? Kau sudah tidak waras, Foxy!” Claire mengendarai mobil Juke putihnya menuju ke luar kota, meninggalkan Las Vegas jauh di belakang. Foxy yang duduk di sebelah terlihat termenung. Matanya menerawang jauh, sementara raut wajah rupawan itu terlihat muram. “Aku telah mengakui semuanya pada Maddox, Claire. Aku mencintainya.” Mendadak Claire tertawa sumbang saat mendengar pengakuan tersebut. Ia melirik kembali ke arah Foxy. “Kau sangat kacau! Begitu kau mengatakan jatuh cinta pada Joe dulu, kau mengikuti semua permintaan pria tersebut! Kau membiarkan dirimu liar dan sanggup melakukan berbagai hal menjijikkan demi Joe!” cibir Claire dengan sinis. “Karena Josh dan Russel memiliki kesepakatan, yang kemudian menjadi tugasku untuk menyelesaikan! Dan itu bukan cinta! Aku
Pintu masuk kantor Tim terkuak dengan kasar dan Peter masuk dengan langkah tergesa. Semua melihat bagaimana, Peter mengumpat dan mengeluarkan kata-kata penuh makian. “Tim, katakan padaku, kenapa Foxy tidak dalam pengawasan Chris?!” teriak Peter, bahkan sebelum memasuki ruangan Tim. Tim, yang baru menanda-tangani dokumen dari Jean, terhenyak lalu bangkit berdiri. “Chris memang melaporkan padaku, jika Foxy melarikan diri darinya dan pergi bersama Maddox. Seharusnya kau menemui Maddox atau Foxy sendiri, dari pada datang dan berteriak padaku, Tuan William,” jawab Tim tegas. Ia yang memang sudah muak dengan sikap Peter yang akhir-akhir ini menjengkelkan. “Aku tidak bisa menemukan dia, Tim,” ucap Peter, akhirnya duduk dengan tubuh lunglai. Jean tahu situasinya akan memburuk. Dengan tahu diri, wanita itu segera berpamitan dan menutup pintu rapat-rapat. “Maksudmu? Apakah kau yakin?” tanya si kapten kaget. Peter mengangguk sambil memijit dahinya. Tim segera menelepon Maddox, sementara
Terlanjur menyanggupi permintaan Peter, Maddox pun menemui Jimmy yang mengatakan akan mendukung mereka untuk menguak semuanya. Akan tetapi, ada satu syarat untuk itu. Jimmy ingin menguak lebih dulu, siapakah putri dari Russel Brown. Meski Maddox tidak tahu, kepentingan apa yang bajingan tua itu ingin dapatkan, tapi dirinya mengiyakan demi kesepakatan bersama. Rintik hujan yang jarang terjadi di Las Vegas, kini semakin deras. Maddox menyesap anggur merahnya, sementara baru selesai membersihkan apartemen yang tidak pernah ia tempati sebelumnya. Di meja yang tidak jauh darinya, terdapat kertas yang menuliskan tentang berbagai kejadian yang telah ia alamai. Dari hari dia melindungi Foxy, hingga beberapa bantahan atas dugaan yang telah ia percayai sebelumnya. Kenyataannya, Peter bukan orang yang mengincar dirinya. Memang atasannya terlibat dalam menutupi kejahatan yang seharusnya ditindak tegas, tapi Peter punya alasan kuat untuk melakukan hal tersebut dan Maddox memahaminya. Tim
Seharusnya Joe sudah menemuinya sejak pukul sembilan pagi. Sayangnya, pria tersebut mengatakan tidak bisa menunjukkan muka pada siang hari. Alasannya, Joe salah satu target penegak hukum di Las Vegas karena kasus peledakan tambang. Jika Maddox bersamanya, maka tidak akan bagus untuk reputasi detektif itu. Dengan hati yang kesal, Maddox memutuskan untuk mendatangi Kelton sendiri. Sebelum makan siang, ia memasuki halaman rumah Kelton yang menurutnya sangat luar biasa mewah untuk ukuran pria yang baru saja menanjak. Dua penjaga memeriksa identitas Maddox dan mereka mengatakan untuk meletakkan senjatanya di pintu masuk. Detektif itu sempat menolak dan bersikeras. “Anda tidak membawa surat apa pun dari kepolisian, dan maaf, ini kami lakukan demi keselamatan beliau.” Petugas itu tidak bisa diajak kerjasama. Maddox melontarkan ucapan yang cukup mengancam, akhirnya kesepakatan pun terjadi. Maddox diperbolehkan membawa senjatanya tanpa peluru. Semua peluru harus dikeluarkan dan tidak ada
Shelby meloncat turun dari pohon tersebut dengan senyum dan wajah puas. Ternyata semua dugaannya benar. Ada sesuatu yang Joe sembunyikan, tapi Maddox tidak tahu mengenai hal tersebut! Joe bukanlah pria yang mau menyelamatkan manusia lainnya tanpa bayaran. Dia selalu bekerja sendiri dan tidak pernah bersekutu dengan siapa pun. Dengan lincah, wanita itu naik ke atas motor yang parkir tak jauh darinya, lalu melaju dengan kecepatan fantastis. Misi pertamanya telah selesai. Dia berhasil membuktikan bahwa Joe peduli dengan Maddox! ** Shelby mendapat balasan dari Russel yang cukup mengejutkan dirinya. ‘Aku mengubah tawaranku. Bukan hanya kepala Maddox yang aku inginkan. Aku juga ingin Joe. Foxy sudah ada dalam kuasaku, aku tidak lagi membutuhkan Joe sekarang! Tawarannya adalah satu juta dollar.’ Tidak pernah ia sangka, jika Joe ternyata membelot dari Russel. Apa yang membuat pria itu berbalik arah dan bersekutu dengan detektif konyol yang tidak tahu etika tersebut? Pikiran Shelby m