Share

Sehidup Semati Yang Teringkari
Sehidup Semati Yang Teringkari
Author: Faye

Bab 1

Author: Faye
"Nona Nelsi, hasil tes menunjukkan kalau Anda menderita kanker pankreas stadium akhir, kondisimu kurang optimis. Setelah menghentikan pengobatan, waktu Anda mungkin hanya sisa kurang dari sebulan. Apa Anda yakin tidak ingin menjalani pengobatan? Apa suami Anda setuju?"

"Aku yakin... dia bakal setuju."

Setelah menutup telepon dokter, aku merasa getir ketika melihat sekeliling rumah yang kosong.

Kukira hanya sakit maag biasa, tak kusangka itu kanker.

Aku menghela napas dan melihat foto bersama Erik di atas meja.

Di dalam foto itu, Erik yang berusia 18 tahun menatapku dengan saksama.

Setelah bertahun-tahun, aku masih ingat adegan pada hari itu ketika butiran salju jatuh di rambutku, Erik tersenyum bertanya padaku, "Apa ini yang disebut menua bersama?"

Kebahagiaan yang pernah kumiliki membuatku agak linglung.

Aku dan Erik berteman sejak kecil, kami mulai pacaran saat berusia 18 tahun.

Setelah lulus kuliah, aku tinggal bersamanya di ruang bawah tanah, kami mengalami banyak kesulitan, aku menyaksikan dia mengembangkan perusahaannya.

Kemudian, dia membelikanku rumah dan mobil mahal.

Aku suka berdandan, jadi dia selalu mengirimkan model baru dari berbagai merek besar ke rumah.

Aku suka bepergian, jadi Erik sering menyempatkan diri dari jadwalnya yang padat untuk menemaniku.

Erik tidak pernah melewatkan kejutan di hari-hari penting.

Bahkan ketika tahu kalau aku mengalami infertilitas, dia juga mengambil semua tanggung jawab itu.

Semua orang mengatakan kalau Erik sangat mencintaiku.

Namun, dia malah berselingkuh dengan sekretarisnya di tahun ketujuh pernikahan kami.

Dia memberi Bella sebuah vila dan membangun keluarga mereka sendiri.

Pria yang biasanya pulang ke rumah setiap hari semakin sering menginap di luar.

Erik memperlakukan Bella dengan semakin baik, sementara sikapnya padaku semakin buruk.

Sepertinya, dia selalu mengerutkan kening saat melihatku.

Aku tidak ingin memikirkannya lagi, jadi aku menarik napas dalam-dalam dan mulai memunguti serpihan-serpihan di lantai.

Foto ini pecah saat aku bertengkar dengan Erik beberapa hari yang lalu.

Hari itu ulang tahun pernikahan kami, aku menyiapkan makanan dan menunggunya di rumah.

Erik berjanji bakal langsung pulang rumah setelah selesai kerja, tetapi dia pulang pukul dua pagi.

Dia pergi menemani Bella lagi.

Kami pun bertengkar hebat, dan Erik mengatakan sesuatu yang membuatku benar-benar patah hati,

"Nelsi, aku butuh seorang anak."

Aku kabur dari rumah dengan panik dan tidak berani mendengarkan apa yang dia katakan selanjutnya, dia juga tidak mengejarku.

Aku tinggal di rumah lama selama seminggu hingga hari di mana aku sakit maag dan memeriksa ke rumah sakit.

Melihat debu di lantai, aku tahu Erik beberapa hari tidak pulang.

Saat aku membungkuk untuk membersihkan, laporan medis terjatuh dari dalam saku.

Melihat kertas itu, aku tertegun.

Haruskah aku memberitahunya?

Apa dia akan merasa sedih kalau mengetahui kondisiku?

Mataku memerah tanpa sadar, tapi aku juga merasa lucu menyadari pikiranku sendiri.

Dia bukan lagi Erik yang dulu. Kini Erik pasti hanya akan berkata bahwa dia mampus dengan acuh tak acuh.

Aku tarik napas dalam-dalam dan lanjut membersihkan.

Saat ini ruangan gelap tiba-tiba menyala, seseorang menyalakan lampu.

Aku menatap ke pintu, Erik berdiri di pintu dengan bekas bibir yang mencolok di kerah putihnya.

Dia menatapku dan mengangkat alisnya.

"Sudah cukup amarahmu?"

Aku diam-diam memasukkan laporan medis ke dalam saku tanpa menjawab.

Tak kusangka Erik akan kembali, aku pun terkejut dan tidak sengaja tanganku tergores.

Aku segera berlari ke dapur untuk mencucinya dengan air dingin.

"Trik baru? Menyakiti diri sendiri? Nelsi, kamu memang manja!"

Meskipun aku tidak berharap banyak darinya, hatiku tetap sakit.

Bagaimanapun, Erik tidak pernah berbicara dengan nada seperti itu sebelumnya.

Dia tahu aku tidak ada rasa aman, jadi dia akan dengan sabar membujukku setiap kali kami bertengkar.

Terkadang aku kabur dari rumah, tetapi dia tidak pernah marah dan selalu bisa menemukanku.

Aku bertanya kenapa dia tidak marah, Erik selalu berkata, "Aku ingin memanjakanmu dan membuatmu tak terpisahkan dariku selamanya."

Tanpa ada pengecualian selama belasan tahun.

Namun, semuanya berubah setelah Bella muncul.

Aku mematikan keran dan mengeluarkan kotak obat untuk membalut diriku.

Melihat aku tidak menjawab, Erik melembutkan nadanya, "Nelsi, jangan buat masalah, aku hanya mempermainkannya."

"Bos-bos di sekitarku semuanya begini, tapi bukankah keluarganya baik-baik saja?"

"Setelah dia hamil, aku akan mengirimnya ke luar negeri."

Sebelum dia selesai bicara, ponselnya berdering. Erik melirik dan berbalik ke ruang tamu.

"Pak Erik, kamu di mana? Aku takut sendirian, bisakah kamu segera kembali..."

Terdengar suara wanita yang lembut, itu suara Bella.

Erik pun membujuknya dengan lembut dan penuh waspada seolah-olah sedang merawat sebuah harta karun.

Aku tidak mengatakan apa-apa. Setelah menangani luka, aku terus membersihkan makanan yang ada di atas meja selama beberapa hari.

Erik lalu menutup telepon dan berjalan keluar tanpa menoleh ke belakang.

"Erik." Aku memanggilnya.

"Ada apa lagi?" Dia terdengar sangat kesal. "Bella sedang demam, aku harus ke sana. Jangan buat masalah."

"Mari kita bercerai."

"Nelsi, ada apa lagi denganmu?!" Erik menatapku dengan alis berkerut.

"Tadi kamu menyakiti diri sendiri, sekarang mau bercerai. Apa lain kali kamu juga bakal ancam mau mati?"

"Bagaimana kalau aku benaran sekarat?"

Aku bertanya dengan lembut, tetapi Erik telah menutup pintu.

Rumah besar itu kembali sunyi seiring suara keras itu.

Saat ini aku merasakan sakit perut yang hebat. Aku pun terburu-buru mencari obat penghilang rasa sakit dan memakannya.

Sakit sekali.

Aku ingin memberitahunya kalau aku memang sekarat.

Aku meneleponnya dengan tangan gemetar, tetapi satu-satunya tanggapan yang aku dapatkan adalah nada sibuk.

Aku sudah diblokir.

Aku tertawa dan melihat kalender di dinding, "Erik, ini hari pertama aku mengucapkan selamat tinggal padamu."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 19

    Dalam sekejap, hari jadi pernikahan pun tiba lagi.Erik pulang membawa kue yang sudah dia pesan sebelumnya, tetapi mendapati rumah itu kosong.Dia mencari ke seluruh rumah dan tidak menemukan Nelsi.Kepanikan kehilangannya kembali menyergapnya. Erik sudah siap menelepon polisi, tetapi terdengar suara piring pecah di dapur.Erik bergegas ke dapur dan melihat mata Nelsi memerah."Sayang, aku kena kanker."Sebelum Erik membuka mulut, lingkungan sekitar menjadi gelap, sosok Nelsi muncul lagi dari arah lain.Dan kali ini dia kurus kering.Nelsi menatapnya dengan dingin, "Erik, apa menyenangkan menipu diri sendiri seperti ini?"Kepala Erik berdengung.Detik berikutnya, Nelsi menatapnya dan meneteskan air mata."Erik, maaf, aku tidak akan memaafkanmu kali ini.""Karena, aku benar-benar tidak mencintaimu lagi."Tanah amblas dengan cepat, Erik dengan putus asa mengulurkan tangannya untuk meraih, tetapi dia hanya bisa melihat Nelsi semakin menjauh darinya.Rasa takut kehilangan menyelimuti dirin

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 18

    Erik berada di sana hingga malam.Dikarenakan tidak ingin kembali ke rumah kosong tanpa Nelsi, Erik menghindari pemeriksaan staf.Dia kembali ke kuburan saat malam.Kuburan pada malam hari berangin sepoi-sepoi, suasananya terasa dingin.Namun, Erik tidak takut sama sekali.Orang yang dirindukannya siang dan malam dimakamkan di sini.Erik berbaring di samping kuburan Nelsi, sambil membelai batu yang dingin dengan lembut.Dia pun merasakan kedamaian batin yang belum pernah ada sebelumnya.Seiring angin malam, Erik tertidur.Ketika membuka matanya lagi, Erik mendapati dirinya berbaring di ranjang.Sinar matahari yang hangat menyinari ruangan, semua perabotan di sekitarnya mengingatkannya kalau ini adalah rumahnya.Kapan dia kembali?Erik ingat dengan jelas kalau dia tinggal di kuburan...Terdengar langkah kaki di luar pintu, beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka.Dan orang yang datang itu Nelsi!Nelsi...Bukankah dia... sudah meninggal?Erik menatap orang di depannya dengan tak perca

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 17

    Selama ini, Erik selalu mencoba menghubunginya.Erna tahu Erik ingin menemui Nelsi, tetapi dia selalu menolak.Namun, Erna tidak pernah menyangka kalau Erik akhirnya akan menggunakan polisi untuk menghubunginya.Erna tidak tega bersikap terlalu kejam terhadap teman lamanya ini. Bagaimanapun, dia juga takut Erik akan benar-benar membuat masalah.Melihat situasinya tidak serius, Erna berbalik dan hendak pergi.Tapi Erna tiba-tiba mendengar suara bam, Erik berlutut.Erik menundukkan kepala dan bahunya terus bergetar."Erna, kumohon... kumohon... bawalah aku menemuinya..."Erna belum pernah melihatnya begitu rendah hati, hatinya yang awalnya keras akhirnya melunak.Saat menemui Nelsi, Erik sengaja mengenakan jas.Itu adalah hadiah kelulusan yang diberikan Nelsi saat mereka baru saja lulus.Erik membeli seikat besar bunga aster dan pergi ke tempat pangkas rambut untuk merapikan rambutnya.Keduanya terdiam di sepanjang perjalanan.Kendaraan itu melaju selama dua jam dan berhenti di sebuah te

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 16

    "Lihat, sudah kubilang dia tidak bisa mengendalikan diri!""Bukan karena dia sangat mencintai, tapi karena wanita di sekitarnya tidak tepat!""Tapi, Erik, kamu harus mengubah seleramu. Apa kamu tidak bosan dengan gaya istrimu?""Tapi, selama kau menyukainya, kita bisa mencarikanmu wanita yang mirip dengan istrimu..."Tawa keras pria itu terdengar di dalam ruangan, Erik merasakan gelombang kemarahan.Dia mendorong gadis itu menjauh, lalu mencengkeram lehernya dan menekannya di atas meja.Telapak tangannya mengencang sedikit demi sedikit, pipi gadis itu segera memerah.Gadis itu terus meronta, mencoba melepaskan diri dari tekanannya."Erik, hentikan! Dia bakal terbunuh!"Beberapa orang buru-buru menariknya menjauh, gadis itu segera bergegas keluar dari ruangan.Erik menatap semua orang dengan dingin."Aku peringatkan, kalau ada yang berani ngomong kasar lagi tentang istriku, aku nggak akan maafin dia!""Selain itu, kalau ada yang berani menggunakan cara licik seperti ini lagi, jangan sal

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 15

    Setelah mengurusi masalah Bella, Erik pun mengambil cuti panjang.Karena tidak bisa terima kenyataan kalau Nelsi telah meninggal, Erik pun memilih untuk memanjakan diri dengan alkohol."Alangkah baiknya kalau aku tahu lebih awal Nelsi mengidap kanker.""Alangkah baiknya kalau aku tidak tergoda oleh Bella.""Alangkah..."Dia pun duduk meneguk anggur di ruang VIP bar dengan frustrasi.Erik tidak tahu sudah berapa hari dia tidak tidur.Tanpa Nelsi, dia tidak sanggup tinggal di rumah itu.Rumah lama yang pada dasarnya telah dikembalikan ke keadaan semula, pun tidak lagi sama seperti sebelumnya.Erik ingin membius dirinya sendiri dengan alkohol untuk menghilangkan kerinduannya.Namun, setelah meneguk banyak botol anggur, dia bukannya mabuk, malah semakin sadar.Erik tahu dengan jelas kalau Nelsi tidak lagi di sisinya.Erik tersenyum pahit dan meneguk sebotol anggur, lalu berdiri dan ingin memanggil bartender.Namun, dia malah bertabrakan dengan seorang pria saat dia keluar.Pria itu mengeru

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 14

    Bella berlutut dan berjalan ke arah Erik.Dia menarik pergelangan tangan Erik dengan kuat, memohon dengan air mata berlinang.Namun, Erik tetap tidak tergerak.Bella lalu segera mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, menunjukkannya kepada Erik dan berteriak,"Pak Erik, aku benaran tahu bersalah, demi anak ini, mohon maafkan aku!""Bukankah kamu selalu menginginkan seorang anak? Lihat, kita akan segera memilikinya!""Sekeluarga bertiga yang kamu impikan akan segera terwujud...""Heh!" Erik mencibir, mencubit dagu Bella dengan erat dan meninggalkan bekas cubitan di wajahnya."Siapa bilang aku mau berkeluarga denganmu?""Dalam adegan yang aku impikan, selalu hanya ada Nelsi.""Dan kamu hanyalah sebuah alat bagiku."Setelah berbicara, Erik menepis tangan Bella dengan acuh tak acuh.Bella pun jatuh ke lantai dengan lemah, dan tampak sangat linglung."Aku sudah berulang kali memberitahumu untuk sadar diri, tapi kamu malah melupakannya dan menyakiti istriku.""Jadi kamu harus menanggung ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status