Share

Bab 4

Author: Faye
Hari demi hari berlalu, kesehatanku pun makin menurun.

Aku semakin merasa ngantuk, frekuensi rasa sakitku makin sering.

Erna ingin membawaku pergi, tetapi aku tidak mau.

Aku hanya ingin menghabiskan waktuku sendirian dengan tenang.

Namun, Bella tidak berniat melepaskanku.

Dia sering mengirimiku pesan.

Terkadang berupa foto mereka saat berlibur, foto selfie di hotel mewah dan juga wajah Erik yang sedang tidur.

Melihat foto-foto mesra itu, hatiku sama sekali tidak tergerak.

Hingga suatu hari, Bella mengirimiku sebuah foto.

Foto itu diambil di rumah lama yang dulu aku dan Erik tinggali.

Saat aku hendak bertanya apa yang terjadi, tiba-tiba pesan singkat Bella masuk lagi.

[Hadiah.]

Aku langsung panik dan mengambil ponselku untuk menelepon Erik.

Tetap saja tidak ada yang menjawab.

Aku gelisah dan memaksa diri naik taksi ke rumah lama itu.

Itu adalah rumah pertama kami setelah pindah dari ruang bawah tanah.

Aku dan Erik menyaksikan pengembangan perusahaan di sini dan melewati banyak tahun yang menyenangkan.

Jadi, meskipun Erik kemudian memberiku rumah yang lebih bagus, aku juga tidak tega menjual rumah lama itu.

Di sini ada kenangan khusus kami berdua.

Tentu saja, sekarang hanya aku yang mengingatnya.

Namun, itu adalah kenangan terakhir yang ingin kusimpan.

Aku bergegas ke sana, melihat pintunya terbuka lebar, tampak beberapa pekerja renovasi masuk dan keluar, rumah itu sangat berantakan.

Aku segera menggila, berteriak agar para pekerja berhenti, tetapi tidak ada yang peduli padaku.

Aku bingung dan hanya bisa terus menghubungi Erik.

Belasan panggilan kemudian, akhirnya dia menjawab.

"Yah, rumah itu sedang direnovasi."

"Bella ingin tinggal di sana."

Hampir pukul satu ketika Erik tiba di rumah lama.

Para pekerja renovasi sudah pergi.

Aku menunggunya selama lima jam.

Namun, itu tidak penting lagi.

"Kenapa harus renovasi ulang? Kamu tahu apa arti tempat ini bagiku..." tanyaku dengan gemetar.

Erik tahu betapa indahnya tempat ini, betapa pentingnya tempat ini bagiku. Dia tahu aku selalu mengenang, memulihkan diri dan menunggunya di sini ketika kami bertengkar...

Dia tahu segalanya, tetapi dia malah melakukan ini.

Hanya karena Bella menginginkannya.

Erik tidak menjawab, tetapi suara sepatu hak tinggi terdengar di belakangnya.

Itu Bella.

"Bu Nelsi, jangan salahkan Pak Erik, ini salahku."

"Ada banyak kerjaan di perusahaan akhir-akhir ini, jadi aku ingin menyewa rumah yang lebih dekat dengan perusahaan."

"Pak Erik bilang dia punya satu rumah, agak tua tapi bisa direnovasi."

"Aku tidak tahu rumah ini begitu penting bagimu, jangan khawatir, aku akan meminta pekerja untuk segera mengembalikannya ke keadaan semula."

Bella meminta maaf dengan penuh waspada.

Dia melangkah masuk ke dalam rumah dengan sepatu hak tinggi,

"Ah... sudah hancur begini..."

Bella mendesah, tapi senyum tersungging di sudut bibirnya.

Dia sengaja.

Aku mengepalkan tanganku, tapi Erik menghalang di depanku.

"Ini cuma sebuah rumah lama, kamu mau memukul orang lagi?!"

"Rumah lama? Bagimu, ini cuma sebuah rumah lama, begitu juga dengan aku, 'kan?"

Erik menarik Bella ke belakangnya, "Bella ada urusan penting yang harus dilakukannya, jangan ribut."

"Kalau kamu suka lokasi ini, aku akan belikan yang baru."

"Nggak mau." Aku menatapnya dengan mata merah, "Aku hanya mau yang ini."

Erik mengerutkan kening.

"Nelsi, jangan buat keributan."

"Pak Erik, jangan salahkan Bu Nelsi, ini salahku." Bella memegang tangannya.

"Bagaimana kalau aku ganti rugi padamu..."

"Gimana kamu mau ganti rugi?!" Aku berteriak padanya, "Ini rumahku, keluar!"

Aku mendorongnya, Bella pun mundur beberapa langkah, tangannya membentur sudut dinding dan terluka.

Bella mengerutkan kening, Erik segera memegang tangannya dengan gugup.

"Nelsi, kamu makin gila!"

"Kamu menginginkan rumah ini, 'kan? Jangan harap!"

"Aku yang beli rumah ini, aku bisa melakukan apa pun yang aku inginkan!"

"Selain itu, jangan lupa siapa yang menafkahimu sekarang."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 19

    Dalam sekejap, hari jadi pernikahan pun tiba lagi.Erik pulang membawa kue yang sudah dia pesan sebelumnya, tetapi mendapati rumah itu kosong.Dia mencari ke seluruh rumah dan tidak menemukan Nelsi.Kepanikan kehilangannya kembali menyergapnya. Erik sudah siap menelepon polisi, tetapi terdengar suara piring pecah di dapur.Erik bergegas ke dapur dan melihat mata Nelsi memerah."Sayang, aku kena kanker."Sebelum Erik membuka mulut, lingkungan sekitar menjadi gelap, sosok Nelsi muncul lagi dari arah lain.Dan kali ini dia kurus kering.Nelsi menatapnya dengan dingin, "Erik, apa menyenangkan menipu diri sendiri seperti ini?"Kepala Erik berdengung.Detik berikutnya, Nelsi menatapnya dan meneteskan air mata."Erik, maaf, aku tidak akan memaafkanmu kali ini.""Karena, aku benar-benar tidak mencintaimu lagi."Tanah amblas dengan cepat, Erik dengan putus asa mengulurkan tangannya untuk meraih, tetapi dia hanya bisa melihat Nelsi semakin menjauh darinya.Rasa takut kehilangan menyelimuti dirin

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 18

    Erik berada di sana hingga malam.Dikarenakan tidak ingin kembali ke rumah kosong tanpa Nelsi, Erik menghindari pemeriksaan staf.Dia kembali ke kuburan saat malam.Kuburan pada malam hari berangin sepoi-sepoi, suasananya terasa dingin.Namun, Erik tidak takut sama sekali.Orang yang dirindukannya siang dan malam dimakamkan di sini.Erik berbaring di samping kuburan Nelsi, sambil membelai batu yang dingin dengan lembut.Dia pun merasakan kedamaian batin yang belum pernah ada sebelumnya.Seiring angin malam, Erik tertidur.Ketika membuka matanya lagi, Erik mendapati dirinya berbaring di ranjang.Sinar matahari yang hangat menyinari ruangan, semua perabotan di sekitarnya mengingatkannya kalau ini adalah rumahnya.Kapan dia kembali?Erik ingat dengan jelas kalau dia tinggal di kuburan...Terdengar langkah kaki di luar pintu, beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka.Dan orang yang datang itu Nelsi!Nelsi...Bukankah dia... sudah meninggal?Erik menatap orang di depannya dengan tak perca

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 17

    Selama ini, Erik selalu mencoba menghubunginya.Erna tahu Erik ingin menemui Nelsi, tetapi dia selalu menolak.Namun, Erna tidak pernah menyangka kalau Erik akhirnya akan menggunakan polisi untuk menghubunginya.Erna tidak tega bersikap terlalu kejam terhadap teman lamanya ini. Bagaimanapun, dia juga takut Erik akan benar-benar membuat masalah.Melihat situasinya tidak serius, Erna berbalik dan hendak pergi.Tapi Erna tiba-tiba mendengar suara bam, Erik berlutut.Erik menundukkan kepala dan bahunya terus bergetar."Erna, kumohon... kumohon... bawalah aku menemuinya..."Erna belum pernah melihatnya begitu rendah hati, hatinya yang awalnya keras akhirnya melunak.Saat menemui Nelsi, Erik sengaja mengenakan jas.Itu adalah hadiah kelulusan yang diberikan Nelsi saat mereka baru saja lulus.Erik membeli seikat besar bunga aster dan pergi ke tempat pangkas rambut untuk merapikan rambutnya.Keduanya terdiam di sepanjang perjalanan.Kendaraan itu melaju selama dua jam dan berhenti di sebuah te

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 16

    "Lihat, sudah kubilang dia tidak bisa mengendalikan diri!""Bukan karena dia sangat mencintai, tapi karena wanita di sekitarnya tidak tepat!""Tapi, Erik, kamu harus mengubah seleramu. Apa kamu tidak bosan dengan gaya istrimu?""Tapi, selama kau menyukainya, kita bisa mencarikanmu wanita yang mirip dengan istrimu..."Tawa keras pria itu terdengar di dalam ruangan, Erik merasakan gelombang kemarahan.Dia mendorong gadis itu menjauh, lalu mencengkeram lehernya dan menekannya di atas meja.Telapak tangannya mengencang sedikit demi sedikit, pipi gadis itu segera memerah.Gadis itu terus meronta, mencoba melepaskan diri dari tekanannya."Erik, hentikan! Dia bakal terbunuh!"Beberapa orang buru-buru menariknya menjauh, gadis itu segera bergegas keluar dari ruangan.Erik menatap semua orang dengan dingin."Aku peringatkan, kalau ada yang berani ngomong kasar lagi tentang istriku, aku nggak akan maafin dia!""Selain itu, kalau ada yang berani menggunakan cara licik seperti ini lagi, jangan sal

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 15

    Setelah mengurusi masalah Bella, Erik pun mengambil cuti panjang.Karena tidak bisa terima kenyataan kalau Nelsi telah meninggal, Erik pun memilih untuk memanjakan diri dengan alkohol."Alangkah baiknya kalau aku tahu lebih awal Nelsi mengidap kanker.""Alangkah baiknya kalau aku tidak tergoda oleh Bella.""Alangkah..."Dia pun duduk meneguk anggur di ruang VIP bar dengan frustrasi.Erik tidak tahu sudah berapa hari dia tidak tidur.Tanpa Nelsi, dia tidak sanggup tinggal di rumah itu.Rumah lama yang pada dasarnya telah dikembalikan ke keadaan semula, pun tidak lagi sama seperti sebelumnya.Erik ingin membius dirinya sendiri dengan alkohol untuk menghilangkan kerinduannya.Namun, setelah meneguk banyak botol anggur, dia bukannya mabuk, malah semakin sadar.Erik tahu dengan jelas kalau Nelsi tidak lagi di sisinya.Erik tersenyum pahit dan meneguk sebotol anggur, lalu berdiri dan ingin memanggil bartender.Namun, dia malah bertabrakan dengan seorang pria saat dia keluar.Pria itu mengeru

  • Sehidup Semati Yang Teringkari   Bab 14

    Bella berlutut dan berjalan ke arah Erik.Dia menarik pergelangan tangan Erik dengan kuat, memohon dengan air mata berlinang.Namun, Erik tetap tidak tergerak.Bella lalu segera mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, menunjukkannya kepada Erik dan berteriak,"Pak Erik, aku benaran tahu bersalah, demi anak ini, mohon maafkan aku!""Bukankah kamu selalu menginginkan seorang anak? Lihat, kita akan segera memilikinya!""Sekeluarga bertiga yang kamu impikan akan segera terwujud...""Heh!" Erik mencibir, mencubit dagu Bella dengan erat dan meninggalkan bekas cubitan di wajahnya."Siapa bilang aku mau berkeluarga denganmu?""Dalam adegan yang aku impikan, selalu hanya ada Nelsi.""Dan kamu hanyalah sebuah alat bagiku."Setelah berbicara, Erik menepis tangan Bella dengan acuh tak acuh.Bella pun jatuh ke lantai dengan lemah, dan tampak sangat linglung."Aku sudah berulang kali memberitahumu untuk sadar diri, tapi kamu malah melupakannya dan menyakiti istriku.""Jadi kamu harus menanggung ak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status