Share

BENCI DALAM DIAM

Penulis: Ayuwine
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 06:29:41

Sudah tiga bulan Nadia tinggal di rumah adiknya. Setiap hari, ia dengan sabar menemani Tasya, memastikan adiknya nyaman menjalani kehamilan.

Kini, kandungan Tasya sudah berusia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Nadia berencana mengadakan syukuran untuk kehamilan itu sebagai bentuk cinta pada keponakan pertamanya.

Namun, Udin dan Tasya menolak secara halus. Meski begitu, Nadia tetap bersikeras, meyakinkan mereka bahwa ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai aunty yang baik.

Udin akhirnya pasrah. Ia beberapa kali mengucapkan terima kasih, dan David pun ikut angkat bicara. Ia meminta maaf karena merasa seolah tanggung jawabnya diambil alih, tapi ia juga mengerti bahwa Nadia hanya ingin memberikan hadiah untuk keponakan pertamanya.

Berbeda dengan mereka, Tasya justru merasa kesal. Bukannya bersyukur, dalam hatinya ia mengumpat. Meski tak berani mengungkapkan rasa kesalnya, ia menganggap bahwa Nadia ingin mengambil alih segalanya. Ia takut Nadia akan kembali menja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sekarang Giliranku   HAMPIR BERHASIL

    Raka mulai merencanakan balas dendamnya. Diam-diam ia terus memperhatikan gerak-gerik David dan Nadia. Dari caranya berpakaian, gaya bicara, hingga rutinitas sehari-hari David yang nyaris selalu bersama Nadia. Raka merasa ada yang janggal David tak terlihat seperti orang yang bekerja, tapi hidupnya bergelimang kemewahan. Pikiran itu terus mengusiknya sampai akhirnya ia mengetahui sebuah fakta mengejutkan: David adalah seorang CEO. Bukan hanya satu perusahaan, tapi banyak. Bahkan bisnisnya merambah ke berbagai bidang dari perusahaan besar, hingga kafe-kafe mewah yang tersebar di mana-mana. Semuanya atas nama David. Hanya dari kenyataan itu saja, Raka sudah merasa kecil. Terintimidasi. Tapi pukulan selanjutnya jauh lebih mengejutkan: seorang gadis kecil yang dulu tak pernah ia lihat, kini sudah tumbuh besar dan duduk di kelas lima SD. Raka sempat bertanya-tanya anak siapa? Dan ternyata, gadis kecil itu adalah anak sambung Nadia. Raka mulai menyusun rencana baru. Fokus balas dend

  • Sekarang Giliranku    RAKA

    Raka berjalan perlahan, langkahnya berat namun penuh tekad. Ia sudah mendapatkan alamat tempat tinggal baru Nadia rumah yang kini ia tinggali bersama suaminya. Raka tak datang dengan wajah lamanya. Ia menyamar dengan cermat; potongan rambut yang sangat berbeda, gaya pakaian yang asing, bahkan caranya berjalan pun dibuat tak dikenali. Ia yakin, dengan penampilan seperti ini, Nadia tak akan pernah mengenalinya. Ia tahu, Nadia sedang mencari asisten baru untuk membantu merawat halaman belakang memotong rumput dan memangkas tanaman. Dan ia tahu itu bukan dari sembarang sumber. Ia tahu dari Susi, ibu mertua Nadia sendiri. Baginya, ini adalah kesempatan emas. Kesempatan untuk masuk ke dalam kehidupan Nadia... Kesempatan untuk menghancurkannya dari dalam. Raka menyimpan dendam yang dalam. Luka-luka lama yang belum sembuh. Ia belum lupa bagaimana namanya dihancurkan, reputasinya diinjak-injak oleh perempuan itu. Ia belum lupa rasa malu saat harus digiring ke kantor polisi

  • Sekarang Giliranku   RENCANA HANA BERSERTA ANTEK ANTEK NYA

    “Ini untukmu,” ucap Kak Nadia lagi, memecah keheningan yang sempat menggantung di antara kami. Aku terperangah. Tak percaya dengan apa yang kulihat di hadapanku. “Ini… ini…” Kata-kataku tercekat, terbata-bata. Lidahku terasa kelu. Aku tak percaya. Mimpi pun rasanya tak akan semanis ini. Kak Nadia mengangguk pelan. Senyumnya tampak begitu tulus. Tapi… kenapa baru sekarang dia memberikannya? Kenapa tak dari dulu, saat aku memintanya dengan penuh harap? Aku melirik David, yang duduk diam di sebelah istrinya. Wajah dinginnya tampak tenang, tapi senyum sinis yang terukir di bibirnya membuat dahiku berkerut. Apa maksudnya? Apakah dia sedang mengejekku? Menganggap aku tidak pantas menerima ini? “Kak…” panggilku, suara lirih, penuh kebingungan. Hatiku masih belum bisa mencerna semuanya. Apa sebenarnya arti dari semua ini? “Ya, Tasya…” ucap Kak Nadia lembut. “Ini sudah waktunya. Kakak akan menepati janji—setelah kamu menikah dan mendapatkan pria yang benar-benar

  • Sekarang Giliranku   KEBENCIAN DI BALAS KETULUSAN

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk ke kamarku, menembus celah jendela kayu, membelai wajahku lembut hingga aku terbangun. Perlahan aku meregangkan tubuh, menghirup udara segar pedesaan yang sudah tiga bulan terakhir menjadi tempat singgahku. Tak terasa, sudah tiga bulan aku berada di sini, meninggalkan hiruk-pikuk kota yang begitu padat dan riuh. Dan hari ini... inilah yang aku tunggu-tunggu sejak awal acara empat bulanan adikku. Setelah semuanya selesai, mungkin aku akan kembali ke kota, menuruti permintaan David yang sejak kemarin tak henti mengingatkan. Setelah bersiap, aku segera melangkah menghadiri acara itu. Aku sengaja mengenakan baju sederhana, tak ingin merusak momen sakral yang sedang berlangsung. Dari kejauhan, aku melihat adikku sedang menjalani prosesi siraman. Air disiramkan oleh sesepuh desa, mengalir pelan di tubuhnya yang kini tengah mengandung. Hatiku hangat terharu dan bahagia. Adikku benar-benar telah berubah. Malam ini, setelah semua usai, aku te

  • Sekarang Giliranku   MEMENDAM KEBENCIAN

    “Tasya… kamu tega banget ngomong kayak gitu ke kakakmu sendiri!” seru salah satu ibu dengan nada tinggi. “Nggak tahu malu ya? Udah dibantuin, eh malah marah-marah begitu!” “Iya, ih!” sambung ibu lainnya, menyambung dengan nada kesal. “Udah dibantu, disiapin semuanya juga, kok malah nggak bersyukur! Harusnya berterima kasih, bukan malah ngamuk!” “Kalau dipikir-pikir ya… pasti semua biaya acara ini juga dari Bu Nadia!” celetuk yang lain lagi. “Nggak mungkin kamu bisa bikin acara semewah ini sendirian!” “Tasya… tega ya kamu berkata seperti itu?” bentak Udin tiba-tiba, sorot matanya tajam menatap istrinya. “Tega sama kakakmu sendiri! Kakak yang selama ini begitu baik, rela melakukan apapun untukmu! Dan ini balasanmu? Nggak tahu diri! Nggak tahu malu!” Telunjuknya terarah tepat ke wajah Tasya, membuat semua ibu-ibu yang hadir menyorakinya dengan nada kecewa dan cemoohan. Beberapa bahkan menggeleng-gelengkan kepala, merasa tak habis pikir. Namun, tiba-tiba… “Tasya…” suara lembut Nadi

  • Sekarang Giliranku   BENCI DALAM DIAM

    Sudah tiga bulan Nadia tinggal di rumah adiknya. Setiap hari, ia dengan sabar menemani Tasya, memastikan adiknya nyaman menjalani kehamilan.Kini, kandungan Tasya sudah berusia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Nadia berencana mengadakan syukuran untuk kehamilan itu sebagai bentuk cinta pada keponakan pertamanya. Namun, Udin dan Tasya menolak secara halus. Meski begitu, Nadia tetap bersikeras, meyakinkan mereka bahwa ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai aunty yang baik. Udin akhirnya pasrah. Ia beberapa kali mengucapkan terima kasih, dan David pun ikut angkat bicara. Ia meminta maaf karena merasa seolah tanggung jawabnya diambil alih, tapi ia juga mengerti bahwa Nadia hanya ingin memberikan hadiah untuk keponakan pertamanya. Berbeda dengan mereka, Tasya justru merasa kesal. Bukannya bersyukur, dalam hatinya ia mengumpat. Meski tak berani mengungkapkan rasa kesalnya, ia menganggap bahwa Nadia ingin mengambil alih segalanya. Ia takut Nadia akan kembali menja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status