Share

Bab 3. Email salah kirim

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-03-21 11:35:58

Hari kedua Harika di Ardiwijaya Grup dimulai dengan tekad baja.

"Hari ini aku harus jadi sekretaris yang profesional, kompeten, dan tak terkalahkan! Aku akan membuktikan bahwa aku bukan hanya makhluk ceroboh yang kebetulan dipekerjakan di sini!"

Namun, tekad baja itu hanya bertahan selama lima menit. Begitu masuk ke ruangan, ia langsung berhadapan dengan bosnya, Alister Ardiwijaya, yang sudah duduk di balik meja dengan ekspresi setajam pisau dapur baru. Tatapan matanya menusuk, bibirnya terkatup rapat, dan aura perfeksionisnya lebih kuat dari WiFi kantor.

"Astaga. Kenapa rasanya dia makin serem?!" Harika semakin membatin.

Tapi Harika menegakkan bahu. Tidak boleh gentar. Ia harus membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar sekretaris ceroboh yang keberadaannya hanya menambah stres bosnya. Dengan semangat membara, ia memasang senyum paling profesional yang bisa ia buat dan menyapa, "Selamat pagi, Pak!"

Alister melirik jam tangannya. "Tepat waktu."

Harika tersenyum lebar.

"Yes! Setidaknya, aku tidak terlambat lagi!"

Namun, sebelum ia bisa berbangga diri lebih lama, Alister menambahkan dengan nada datar, "Mari kita lihat apakah hari ini kau akan membuat kekacauan baru atau tidak."

Harika langsung berkeringat dingin. "Ya Tuhan, itu tantangan atau kutukan?!"

Setelah briefing pagi yang penuh ketegangan, Harika kembali ke mejanya. Tugas pertamanya hari ini adalah mengirim email penting kepada seluruh kepala divisi mengenai perubahan jadwal meeting mingguan. Sederhana, bukan? Dengan penuh semangat, Harika mulai mengetik.

Dari: Harika Putri Ayyara

Kepada: Seluruh Kepala Divisi

Subjek: Perubahan Jadwal Meeting Mingguan

Halo semuanya!

Pak Alister memutuskan untuk mengubah jadwal meeting mingguan kita menjadi setiap hari Senin pukul 10 pagi. Jangan sampai lupa, ya!

Terima kasih,

Harika

Harika membaca ulang emailnya. Oke, sudah rapi, jelas, dan tanpa typo. Hari ini aku benar-benar profesional! Dengan penuh percaya diri, ia menekan tombol SEND.

Harika tersenyum puas. "Yes! Aku sukses mengirim email penting!"

Lalu dalam waktu kurang dari dua menit, sesuatu yang mengerikan terjadi.

Sebuah notifikasi masuk ke layar laptopnya. Itu adalah balasan dari salah satu penerima email, Pak Gunawan, Kepala Divisi Keuangan.

"Harika, kamu yakin ini email yang benar?"

Harika mengernyit. Eh? Memangnya kenapa? Rasa penasaran membuatnya membuka folder Sent Mail untuk mengecek email yang baru saja ia kirim.

Saat matanya membaca isi email itu, napasnya tersangkut di tenggorokan.

" Ya Tuhan!"

Ia telah mengirim email bukan hanya kepada seluruh kepala divisi, tapi ke selurug karyawan di perusahaan, tapi itu belum bagian terburuknya. Bagian terburuknya adalah ada satu tambahan kalimat di akhir email yang seharusnya tidak ada di sana.

Dengan tangan gemetar, Harika menatap layar laptopnya dengan ngeri.

Dari: Harika Putri Ayyara

Kepada: SELURUH KARYAWAN ARDIWIJAYA GRUP! (BUKAN HANYA KEPALA DIVISI!)

Subjek: Perubahan Jadwal Meeting Mingguan

Halo semuanya!

Pak Alister memutuskan untuk mengubah jadwal meeting mingguan kita menjadi setiap hari Senin pukul 10 pagi. Jangan sampai lupa, ya!

Terima kasih,

Harika

PS: Bos kita ini memang ganteng sih, tapi tatapannya serem banget. Aku berasa peserta MasterChef yang siap diomelin Gordon Ramsay tiap hari.

MATI AKU.

Jantung Harika hampir lompat keluar dari dadanya. Ia langsung memeluk laptopnya seperti hendak mengembalikan email itu secara fisik. "Ya Tuhan! Kenapa aku bisa lupa hapus bagian itu?!"

Dalam kepanikan, ia menoleh ke arah ruangan Alister. Bosnya masih duduk dengan ekspresi dingin, belum terlihat membaca email itu.

Harika menggigit bibir.

"Masih ada waktu! Aku harus melakukan sesuatu!"

Lalu, laptopnya TING! lagi. Kali ini dari email HRD.

"Harika, kami menyarankan Anda untuk segera mengajukan cuti sebelum Pak Alister membaca ini."

"Oh, iya! Cuti! Itu ide yang bagus!"

Tapi sebelum Harika sempat melakukannya, ponselnya bergetar.

ALISTER ARDIWIJAYA

Harika menelan ludah.

"Ya Tuhan, ini dia saatnya aku dipecat."

Jantungnya berpacu lebih kencang dari motor drag liar di tengah malam. Itu hanya candaan iseng yang seharusnya ia hapus sebelum mengirim email! Tapi sekarang? Sekarang seluruh kantor sudah membacanya!

Harika ingin kabur ke dimensi lain atau minimal pura-pura pingsan agar bisa lolos dari konsekuensi, tapi sebelum ia sempat melancarkan rencana pura-pura gegar otak, sebuah suara dingin menggema di belakangnya.

"Harika."

Harika membeku. Dingin. Rasanya seperti ada AC yang tiba-tiba disetel ke suhu kutub. Dengan gerakan pelan dan penuh kehati-hatian seperti seseorang yang tahu hidupnya sedang dalam bahaya, ia menoleh ke belakang dan di sanalah dia.

Alister Ardiwijaya. Berdiri dengan ekspresi ya Tuhan, dia benar-benar terlihat seperti Gordon Ramsay sebelum melempar piring ke dinding.

Harika tertawa canggung, mencoba menormalkan detak jantungnya yang sudah mirip lagu EDM (Electronic Dance Music). “Eh, Pak Bos. Selamat pagi lagi! Hehe.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 96. Pelarian Manis Harika, Jatuh Ke Pelukan Bos

    Gerbang besar itu terbuka, seorang pria berjas hitam yang wajahnya terlihat tegas dan dewasa keluar menyambut. "Pak Alister?"Alister menoleh. "Erwin."Pria itu tersenyum tipis. “Saya sudah menunggu Anda.""Kenpa kamu bisa tahu ini rumah Harika?" Nada suara Alister ada rasa tidak suka karena Erwin lebih tahu tentang keluaga Harika."Semasa kami kecil, saya pernah diundang ke sini, jadi aku tahu."Alister mengangguk mengerti. Begitu masuk ke ruang tamu, ia langsung disambut Ratih, Rendra, Yudhistira, dan Kakek Gunawan. Wajah mereka semua tegang, jelas-jelas cemas karena Harika yang menghilang."Selamat malam, Pak Alister!" Ratih menyapa dengan suara bergetar. Alister mengangguk dalam, suaranya berat. "Saya sudah dengar dari Erwin, karena itu saya langsung datang. Saya ingin membantu menemukan Harika."Ayahnya Harika menatap Alister lekat-lekat. "Terima kasih! Harika sudah banyak bercerita tentang Anda, tapi sebelum itu mungkin ada sesuatu yang perlu Anda tahu."Alister terdiam. Jantu

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 95. Pelarian Tanpa Naskah

    Harika menempelkan pipinya ke kaca jendela gudang kosong tempat Adeline mengurungnya. Ia bergumam lirih sambil mengembungkan pipi, "Ya ampun, ini kayak film thriller tapi versi low budget. Mana aku jadi pemeran utama yang nggak dikasih naskah."Pintu berderit, Adeline masuk sambil membawa segelas air. Senyumnya tampak manis, tapi tatapannya menusuk."Kamu pikir bisa lolos dariku, Harika?"Harika langsung cengar-cengir, "Eh, lolos? Siapa juga yang mau lolos. Aku mah lagi staycation. Tuh, lihat!" Ia menunjuk lantai berdebu, "Ini kayak karpet hotel bintang minus lima."Adeline menyipitkan mata. "Kamu selalu bisa membuat orang lain tertipu dengan kelakuan bodohmu."Harika mendecak, pura-pura tersinggung. "Bodoh? Halo, Mbak, ini namanya improvisasi. Kalau aku nggak bodoh, mana bisa bikin orang bingung?"Adeline menghampiri lebih dekat, wajahnya tegang. Harika pura-pura ketakutan, lalu ia tiba-tiba bersin keras. hachiii! Hingga air di gelas Adeline muncrat ke bajunya sendiri."Ya ampun, ba

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 94. Kursi Reyot

    Alister duduk di ruang tamu rumah besar keluarganya. Hujan gerimis di luar membuat suasana semakin muram. Di depannya, Tirtakusuma, ayahnya, duduk dengan wajah serius, sementara ibunya, menatap penuh tanya. "Ada apa kau datang malam-malam begini, Alister?" suara Tirtakusuma dalam dan mengandung nada ketidakpercayaan. Alister menarik napas panjang. "Aku datang bukan sekadar untuk bicara. Aku ingin kalian tahu kebenaran tentang Adeline." Gayatri berkerut. "Adeline? Apa maksudmu?" Alister mengeluarkan map cokelat besar dari tasnya dan meletakkannya di meja. Tangan ayah dan ibunya refleks menoleh pada map itu. "Adeline bukan seperti yang kalian kira," ucapnya dengan tegas. "Dialah yang menyebabkan dua anak panti itu meninggal. Semua bukti ada di sini. Dia juga mengidap skizofrenia, tapi dia membalikkan fakta, membuat semua orang percaya bahwa justru Harika yang punya penyakit itu." Gayatri langsung menutup mulutnya dengan tangan. "Tidak mungkin." Tirtakusuma menggeleng pelan,

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 93. Tawanan Yang Bikin Pusing

    Ratih menggenggam erat ponselnya yang kini terasa seperti batu. Nafasnya memburu, matanya mencari-cari ke luar jendela, berharap Harika tiba-tiba muncul sambil membawa kantong belanjaan. "Aku nggak bisa duduk diam," katanya lirih Ia meraih jaketnya. "Rendra, ayo kita keliling komplek, tanya orang-orang mungkin ada yang lihat Harika lewat." Rendra langsung mengangguk. "Aku ikut. Kita pisah jalan biar lebih cepat." Kakek Gunawan menahan tongkatnya kuat-kuat, wajah tuanya tegang. "Aku juga ikut. Jangan larang aku! Harika cucuku dan aku tidak akan tinggal diam di rumah menunggu kabar." Ratih sempat ingin membantah, tapi melihat sorot mata keras ayahnya, ia urung. "Baik, tapi jangan jauh-jauh dari aku." Mereka berempat keluar rumah dalam keadaan setengah berlari. Hujan tipis mulai turun, menyisakan aroma tanah basah. Ratih berkeliling dan bertanya pada salah satu warga di sana. "Bu, lihat Harika lewat nggak?" tanyanya kepada seorang ibu yang sedang menyapu teras. Ibu itu menggeleng.

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 92. Di balik senyum Adeline

    Harika mencoba menghela napas panjang. Semua orang di rumah tampak lebih tenang setelah pesan itu datang, tapi ia justru merasa sebaliknya. Jantungnya tak pernah berhenti berdebar."Aku sebentar ke mini market ya, cuma beli permen sama susu. Nggak lama kok," katanya sambil meraih jaket tipisnya.Ibunya refleks menatap tajam. "Harika, apa nggak bisa nanti saja?"Harika memaksakan senyum. "Kalau aku cuma diam di rumah, kepalaku bisa pecah, Bu. Aku butuh udara segar."Akhirnya dengan berat hati, ibunya mengangguk. Harika keluar, menutup pintu perlahan. Udara pagi masih lembap sisa hujan semalam. Jalanan sepi hanya suara motor sesekali melintas. Ia berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri.Mini market hanya berjarak dua gang. Namun baru setengah jalan, sebuah mobil hitam melaju perlahan dari arah belakang. Harika sempat melirik, tapi tidak curiga. Mobil itu berhenti tepat di sisinya."Harika!"Seseorang dari dalam mobil membuka pintu belakang. Sebelum Harika sempat menoleh sepenuhnya, kai

  • Sekretaris Ceroboh Kesayangan Tuan Perfeksionis   Bab 91. Langkah Yang Tertunda

    Malam itu rumah terasa berbeda. Sunyi, tapi sarat ketegangan. Harika masih duduk di samping ibunya, sementara Pak Gunawan menatap kosong ke arah jendela yang dipenuhi rintik hujan. Ayahnya mondar-mandir dan tak bisa duduk diam.“Kita tidak bisa hanya menunggu,” ucap ayahnya akhirnya. “Besok aku ikut, titik. Kalau dia macam-macam, aku tahu harus bagaimana."“Tapi kalau kita datang beramai-ramai, dia bisa curiga," kata Harika pelan. "Pesannya jelas aku harus sendirian.""Sendirian!" Pak Gunawan menggebrak tongkatnya ke lantai. "Adeline sudah keterlaluan. Kalau kau ke sana sendirian, itu sama saja kau menyerahkan diri. Tidak akan kubiarkan cucuku masuk ke sarang harimau."Harika menggigit bibirnya. Air matanya sudah kering, tapi matanya tetap merah. "Aku juga nggak mau sendirian. Aku takut," suaranya pecah.Ibunya kembali memeluknya erat. "Kamu nggak perlu menanggung ini sendirian. Kalau Adeline memang mau balas dendam, biar kita hadapi sama-sama."Namun Harika tahu yang paling dituju Ad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status