Share

Bab 4

Penulis: June
Jesika bangun satu hari kemudian. Luka di punggungnya sudah diobati dan dia sudah tak merasakan sakit lagi.

Ivan duduk di sampingnya, merokok dengan santai. Di antara kepulan asap, terdengar suaranya yang dingin, “Jeani marah, kamu harus membujuknya.”

Jesika menatapnya dengan ekspresi mati rasa. “Maksud Pak Ivan?”

Mendengar panggilan itu, wajah Ivan langsung memuram. Dia mematikan rokoknya dan dengan jari yang masih berabu, dia mengusap bibir Jesika.

“Sayang, jangan marah-marah dengan suamimu lagi.” Matanya memancarkan cahaya berbahaya.

Jantung Jesika gemetar hebat. Tiba-tiba, dia teringat peringatan kakek Ivan.

[Ivan hanya suka anjing yang penurut. Kalau kamu bertekad untuk tetap di sisinya, kamu harus siap menjadi anjing yang penurut selamanya.]

Saat itu, dirinya tak mengerti, hanya berpikir kakek Ivan melebih-lebihkan untuk memisahkan mereka.

Sekarang, dia mulai mengerti kata-kata kakek Ivan. Cinta Ivan itu obsesif dan egois. Ivan adalah penguasa dan dirinya hanya bisa bergantung padanya.

Jesika menunduk, menyembunyikan ketakutan di matanya dan mengangguk patuh. “Iya.”

“Siapkan satu lagu, Jeani mau mendengarkan solo biola.” Ivan mengelus kepalanya dengan puas, lalu mengoleskan obat ke punggungnya sendiri.

Setiap sentuhan jarinya terasa dingin menusuk tulang.

Saat malam tiba, Jesika mengenakan gaun mewah lengan panjang warna sampanye dengan perhiasan berlian penuh, lalu diantar oleh sopir ke lokasi perjamuan.

Acara itu diadakan di hotel terbesar milik Grup Sekta dan hampir seluruh kalangan elit Purim datang.

Para wanita hampir semuanya mengenakan gaun sederhana, dengan riasan no makeup look. Penampilan Jesika yang berlebihan terlihat sangat tidak serasi.

Begitu dia muncul, dia langsung menjadi objek perbincangan. Ada yang mencemooh, merasa kasihan, mengejek dan menyindir…

“Dia datang untuk tampil? Pengemis tetap saja pengemis, benar-benar memalukan. Nggak sabaran ingin menggantungkan semua barang bagus di tubuhnya.”

“Pak Ivan nggak menginginkannya lagi. Ini usahanya untuk menarik perhatian, seperti badut yang memalukan.”

“Dia sama sekali nggak sebanding dengan sehelai rambut Bu Jeani, dasar itik buruk rupa.”

Berbagai macam suata terdengar di telinganya, membuat Jesika merasa sangat tertekan.

Dia ingat, dulu ketika dirinya menghadiri jamuan bersama Ivan, ada orang yang mengejeknya karena pernah menjadi pengemis. Ivan langsung menyuruh orang menjahit mulut orang tersebut dan mengancam siapapun yang berani membicarakannya akan dihilangkan dari Purim.

Orang-orang di kalangan itu pandai membaca situasi. Sekarang, mereka tahu Ivan tidak lagi melindungi dirinya, mereka pun mulai menggunjing dan mengejeknya tanpa ampun.

Hingga Ivan dan Jeani muncul, barulah suara cemoohan mereka berhenti.

Jesika mengikuti pandangan orang banyak. Jeani mengenakan gaun tali tipis berwarna terang, dengan rambut kuncir satu tinggi dan mengangkat dagunya dengan bangga.

Seketika, Jesika mengerti mengapa sikap Ivan bisa berbeda pada Jeani. Karena Jeani memiliki bayangan dirinya di masa muda.

Saat pertama kali di bawah ke Keluarga Sekta, dirinya juga santai dan bebas, seperti matahari kecil yang bersinar, tidak pernah merasa rendah diri karena pernah menjadi pengemis.

Padahal, jelas-jelas Ivan yang bilang tidak suka penampilannya yang terlalu santai, memintanya menjadi patuh dan penurut setelah menikah…

Sinar di mata Jesika pun meredup. Ada rasa kesal yang tak terlukiskan di hatinya. Melihat semua orang menjilat Jeani, dia pun berbalik untuk pergi.

“Pak Ivan, bukannya kamu bilang sudah siapkan pertunjukkan untukku?” Terdengar suara Jeani yang arogan. Langkah Jesika terhenti, terdiam di tempat.

Orang sekitar mengamati ekspresi Ivan dengan hati-hati. Tidak ada yang pernah berani berbicara padanya dengan nada seperti itu.

Bahkan Jesika yang dulu sangat dimanjakan, selalu bersikap hati-hati dan patuh di depannya.

Namun, Ivan tidak peduli sama sekali dengan sikap Jeani. Pria itu terus tersenyum, membiarkan Jeani bersikap angkuh dan kurang ajar.

“Iya,” jawabnya sambil merangkul Jeani untuk duduk. Lalu menjentikkan jari dan seseorang segera membawa biola ke arah Jesika.

Jesika berbalik, mengambil biola di bawah tatapan semua orang, menggenggamnya erat-erat dan menatap Ivan melalui kerumunan. Hatinya terasa semakin mati rasa.

Dulu, dia sangat mencintai biola dan ingin bergabung dengan orkestra. Tapi, Ivan bilang tidak boleh ada orang selain dirinya yang boleh mendengarnya bermain. Semua tentang Jesika adalah miliknya secara eksklusif.

Seketika, Jesika tertawa mengejek dirinya sendiri. Ternyata, prinsipnya bahkan bisa dihancurkan hanya dengan Jeani.

Jesika menarik napas dalam-dalam dan memainkan "Adagio in G Minor". Nada-nada bergema di udara, seperti suara yang hancur dan sangat menyedihkan.

Lagu ini juga mengumumkan berakhirnya hubungannya dengan Ivan.

Mulai sekarang, dirinya tidak akan lagi mencintai Ivan.

Ivan mengerutkan kening. Jesika di depannya diselimuti kesedihan yang mendalam, membuatnya merasa jengkel dan gelisah tanpa alasan.

“Cukup,” ujar Jeani tiba-tiba, memotong permainan Jesika. “Terlalu sedih, merusak suasana. Kamu yang memutuskan cerai dengan Pak Ivan, bukan aku yang memaksamu. Kamu nggak perlu menjual kesedihan di sini.”

Jeani berpura-pura blak-blakan, menyindir Jesika.

Menghadapi tatapan Jeani yang menantang, Jesika tidak memberikan tanggapan apapun, hanya menunduk dan diam.

Jeani merasa seperti meninju kapas. Dia menatap Ivan dengan tidak puas.

“Pak Ivan, kamu sengaja membawanya ke sini untuk menyiksaku?” Jeani mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Ivan di depan umum.

Suasana pun menjadi hening. Semua orang menunggu Ivan meledak marah, karena dia tak pernah mengizinkan siapapun untuk bertindak seenaknya di depannya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 22

    Ivan tidak menunjukkan emosinya, hatinya terasa kosong. Berdiri di puncak kekuasaan, tiba-tiba dia merasa muak dan bosan.Dia mengalihkan semua aset atas namanya pada Jesika, berharap dia bisa hidup tanpa kekhawatiran. Ivan memberikan sejumlah uang pada asistennya, membiarkan asistennya pensiun dini.Melihat semuanya yang begitu familiar, dia kembali teringat Jesika, teringat bekas luka di punggungnya, teringat keputusasaan dan sikap dinginnya.Ivan sadar, dirinya belum menerima hukuman.Dia melepas kemejanya, mengambil rotan dan mencambuk dirinya sendiri dengan keras. Setiap pukulan menggunakan kekuatan penuh, tak lama kemudian tubuhnya sudah berlumuran darah dan luka.“Pengemis kecilku, maafkan aku.”“Pengemis kecilku, aku mencintaimu.”Sambil menghukum dirinya sendiri, Ivan sambil meminta maaf pada Jesika.Dia tak bisa tinggal sehari pun di Purim tanpa Jesika.Dengan tubuh penuh luka, Ivan berangkat menelusuri kembali jalan yang pernah dia lalui bersama Jesika. Memunguti kembali ken

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 21

    Ivan sangat gembira dan bergegas naik.Ini adalah pertama kalinya dia masuk ke vila Jesika. Rumah itu tidak besar, tapi ditata dengan sangat hangat, memberinya perasaan hangat seperti pulang ke rumah.Tiba-tiba, Ivan berpikir tinggal di sini juga menyenangkan.Asistennya bilang dirinya tak bisa menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja, dia akan membuktikan pada asistennya bahwa dirinya bisa.Asal bersama Jesika, kehidupan seperti apapun dia bersedia.Ekspresi wajahnya melembut. Keterpurukan di matanya perlahan menghilang. Dia mengikuti Jesika ke sebuah kamar.“Ivan, aku ingin adikku kembali,” ujar Jesika tiba-tiba, suaranya sangat tenang. Dia menunjuk ke kotak abu di atas meja.Wajah Ivan pun memucat.Kemudian, Jesika menunjuk ke sebuah kotak kecil di sampingnya dan berkata, “Aku mau anakku lahir dengan selamat.”Wajah Ivan semakin pucat.Jesika melepas jaketnya, memperlihatkan punggungnya yang penuh bekas luka, “Aku mau punggungku bersih seperti semula.”Wajah Ivan sudah tak berwarna

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 20

    “Pak Ivan, kamu…”“Jesika nggak mau kembali bersamaku,” ujar Ivan dengan sangat pelan, sangking pelannya nyaris tak terdengar.Asistennya bereaksi biasa saja. Seolah semuanya sudah dalam dugaannya. Dia tidak berbicara dan duduk diam di samping.Ivan menatapnya, mengerutkan kening dan bertanya, “Apa yang harus kulakukan?”Asisten agak terkejut, ini pertama kalinya Ivan menanyakan pendapatnya. Dia segera berdiri dan berkata dengan sangat hormat, “Pak Ivan, apa yang akan kukatakan mungkin nggak menyenangkan untuk kamu dengar, tapi aku sudah mendampingimu selama delapan tahun, aku juga sudah melihat perjalananmu bersama Bu Jesika.”Asisten itu sengaja berhenti sebentar, diam-diam mengamati reaksi Ivan. Melihat Ivan tidak marah, dia pun melanjutkan, “Kalian pernah mencintai dengan sangat menggebu, melewati badai besar, tapi kalian nggak mau melewati kehidupan yang biasa-biasa saja. Bu Jesika sudah pergi dan dia nggak akan kembali lagi.”“Aku bisa membantumu membawanya kembali secara paksa d

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 19

    Ivan berdiri di studio selama satu jam, barulah dia berbalik dan berjalan keluar.Batinnya terus berjuang dan ragu-ragu, apakah dirinya harus membawa Jesika pergi secara paksa.Jika sebelumnya, dirinya pasti akan memilih untuk membawanya kembali secara paksa. Asalkan wanita itu berada di sisinya.Namun sekarang, ada sedikit harapan dalam dirinya. Dia ingin Jesika kembali ke sisinya karena cinta, seperti dulu. Dia ingin membahagiakan Jesika.Dua pemikiran di benaknya terus berdebat, menyebabkan telinganya berdengung.Ivan mencari sebuah bar, memesan satu meja penuh minuman keras dan menenggaknya gelas demi gelas.Minuman keras yang melewati tenggorokan, tetap tidak mampu melarutkan keterpurukan dalam hatinya.Semakin banyak dia minum hatinya semakin sakit. Ivan bersandar di sandaran sofa, tertawa dan matanya berkaca-kaca.Bagaimana dirinya bisa membuat semuanya menjadi seperti ini…Padahal mereka sangat saling mencintai. Padahal Jesika tidak ingin meninggalkannya selangkahpun. Menagap d

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 18

    Jesika melangkah keluar dari balik Jave dan bertatapan dengan Ivan.Tiba-tiba, hati Ivan terasa sakit. Tatapan wanita itu dipenuhi ketakutan dan sedikit rasa jijik, dirinya tak bisa menemukan sedikit pun rasa cinta lagi.Sebuah pikiran mengerikan muncul, pengemis kecilnya sudah tidak mencintainya.Tidak, tidak mungkin.Dia hanya marah.Ivan jarang menurunkan gengsinya dan sikapnya melunak. “Ayo kita bicara sebentar, ada beberapa hal yang bisa aku jelaskan.”Jesika melirik Jave, Jave pun mengerti maksudnya dan membawa Yuna keluar.“Aku di luar, panggil saja kalau ada apa-apa.”Jesika mengangguk dengan penuh terima kasih.Wajah Ivan tampak muram, tidak suka melihat Jesika begitu akrab dengan pria lain.Di dalam ruangan, hanya tersisa Jesika dan Ivan.“Pak Ivan mau bicarakan apa?” Sikap Jesika terasa berjarak.Ivan hanya merasa dadanya sesak. “Jangan panggil aku begitu. Aku salah atas apa yang terjadi sebelumnya. Aku sudah tahu perbuatan Jeani padamu dan aku juga sudah membalaskannya untu

  • Selamat Jalan, Mantan Suamiku   Bab 17

    Di kota kecil Jeman.Jesika sudah berada di sini selama tiga bulan. Dia sudah terbiasa dengan kehidupan di sini dan perlahan-lahan mulai akrab dengan tetangga di sekitarnya.Jave yang menyapanya hari itu juga berasal dari negara yang sama. Dia datang ke sini mengikuti ibunya yang menikah lagi. Dia punya satu adik blasteran yang bernama Yuna.Yuna baru berusia sepuluh tahun, kulitnya putih dan punya dua lesung pipi kecil yang menggemaskan saat tersenyum.Yuna sangat suka biola. Setiap kali mendengarkan Jesika bermain, wajahnya tampak terpesona.Jesika mulai mengajarinya bermain biola, sementara Jave memanfaatkan waktu ini untuk menemani mereka setiap hari.Tatapan Jave pada Jesika semakin hari semakin rumit. Terkadang Jave sampai terbengong melihatnya.Setiap kali Jesika menyadarinya, Jave akan menggaruk kepalanya karena malu dan mencari alasan untuk pergi.Jave dan Ivan adalah tipe orang yang sangat berbeda. Jave sangat ceria, seperti sinar matahari yang hangat dan membuat orang nyaman

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status