Share

Bab 2

Author: Verlita
last update Last Updated: 2025-08-12 11:51:54

Malam ini Tamara berdandan sangat cantik. Ia ingin menunjukkan kepada Hendra bahwa selingkuhannya itu sangat tidak pantas jika dibandingkan dengannya.

"Tamara, kamu ini cantik sekali. Tapi sayang, mata suamimu itu buta. Dia lebih memilih wanita jelek itu daripada kamu." ucap Tamara kepada dirinya sendiri.

Wanita itu keluar kamar dan menuruni tangga untuk menuju dapur. Ia ingin memakan salad sayur buatannya sendiri.

Sekitar pukul 21.00, Hendra baru pulang ke rumah. Saat itu Tamara sedang menyiapkan irisan daging untuk dimasak esok hari.

"Nyonya, biar saya saja. Nyonya istirahatlah di kamar." Bi Asni berdiri disamping majikannya.

"Tidak perlu Bi, saya juga bosan diam saja. Mata ini sakit kalau terus-terusan melihat layar komputer. Jadi besok Bibi tinggal masak daging yang saya iris ini ya?" Jawab Tamara.

"Baiklah Nyonya, kalau Nyonya butuh sesuatu... panggil Bibi saja ya?"

Tamara mengangguk singkat. Gerakan tangan Tamara semakin melambat saat terdengar langkah kaki yang sudah pasti milik Hendra.

"Tamara, kamu disini ternyata."

Tamara menggenggam pisau itu erat-erat, matanya menajam lurus kedepan. Suara itu terdengar menjijikan ditelinganya, padahal kemarin ia masih menyukai suara itu.

Hendra tidak bisa melihat ekspresi wajah sang istri, Karena posisi Tamara adalah membelakangi Hendra. Tamara pun membalikkan badan, saat itulah ekspresinya langsung berubah. Ia tersenyum sangat manis.

"Mas? Baru pulang?" tanya Tamara dengan lembut.

"Iya sayang, kamu kenapa malah di dapur? Seharusnya suruh saja Bi Asni, kan dia pembantu disini."

“Aku sendiri yang sedang ingin di dapur. Kamu jangan menyalahkan Bi Asni dong mas!"

Hendra gelagapan, sifat asli yang selama ini ia tutup-tutupi hampir saja muncul. Bagi Hendra, seorang pembantu adalah orang rendahan dan tidak pantas untuk dibela. Sedangkan bagi Tamara, Bi Asni sudah seperti keluarganya sendiri.

"A-ah iya sayang, eumm... apa ada makanan? Aku sedang lapar sekarang." Hendra mencoba mengalihkan topik.

"Baiklah, duduklah dulu. Biar aku hangatkan lauknya."

Tamara menyiapkan makanan untuk Hendra layaknya seorang istri yang sangat berbakti. Padahal nyatanya wanita itu menahan rasa jijik yang amat sangat besar.

Dengan setia Tamara menunggu Hendra selesai makan, ia juga yang mencuci piring-piring kotornya.

"Tamara, aku izin keluar dulu ya? Ada client lagi yang ingin bertemu." Hendra memeluk istrinya dari belakang.

"Malam-malam begini? Bukannya kamu baru pulang mas? Kenapa malah pergi lagi?" Tamara membilas piring yang sudah ia gosok sampai bersih.

"Ini client penting sayang, aku tidak ingin menyia-nyiakannya."

"Hmm... ya sudah kalau begitu. Tapi setelah bertemu client cepat pulang!"

"Iya, aku janji akan pulang. Kalau gitu aku mandi dulu ya. Kamu tidur saja, sudah malam. " Hendra mencium kening sang istri.

Tamara tersenyum malu, sampai ketika Hendra pergi dari dapur, senyuman itu menjadi datar kembali. Tamara mengusap-usap keningnya menggunakan air.

"Dasar bodoh! Siapa Client yang ingin bertemu larut malam begini. Dia kira aku tak tahu?” Tamara terus menggosok keningnya hingga sedikit kemerahan, barulah setelah itu ia menuju kamar.

Tamara memilih untuk memejamkan matanya cepat-cepat. Daripada harus menghadapi drama suaminya yang berpamitan, lebih baik ia berpura-pura tidur nyenyak.

Semakin lama, aroma parfum tersebar ke seluruh penjuru kamar. Diam-diam Tamara mengintip, ia melihat suaminya berpenampilan sangat rapi.

"Cih! seperti ABG yang jatuh cinta." ucapnya dalam hati.

Tamara kembali memejamkan mata saat Hendra berjalan menuju kearahnya.

"Tamara?" Hendra melambaikan tangannya didepan wajah Tamara. Namun tidak ada reaksi apapun dari wanita itu.

"Syukurlah dia sudah tidur. Tapi kenapa tidurnya cepat sekali?” Gumam Hendra.

Drtttt...... drtttt

"Iya sayang, sebentar lagi aku ke apartementmu."

"Kamu tenang saja, Tamara sudah tidur. Jadi kita bisa bersenang-senang tanpa ada yang mengganggunya."

"Aku juga merindukanmu, Kalina."

Tamara mendengar semua perkataan suaminya, tangan yang ada didalam selimut meremas bad cover dengan kuat.

Wanita itu membuka matanya lebar-lebar ketika suara pintu tertutup sudah terdengar. Tamara bangun dan menarik napas berulang kali untuk menenangkan diri.

"Bersabarlah Tamara... kamu harus kuat, jangan biarkan hidup mereka tenang. Kalian harus menderita secara perlahan-lahan. Aku, Tamara Aurelia Prameswari... bersumpah akan membalas semua perbuatan kalian dengan lebih kejam!"

••••

"Sayang, aku benar-benar merindukanmu." Kalina langsung memeluk Hendra saat pria itu baru masuk ke dalam apartement.

Kalina melepas pelukannya dari Hendra dan menariknya masuk ke kamar. Dua insan itu terlarut dalam kesesatan mereka, tanpa berpikir bahwa mereka sudah menyakiti hati orang lain.

Hendra memeluk Kalina sangat erat, pandangan mereka menerawang keatas.

"Mas, kapan kamu mau menceraikan Tamara?"

"Nanti Kalina, aku belum bisa mendapatkan sertifikat rumah dan tanah itu. Aku tidak tahu dimana Tamara menyimpannya."

"Ck! apa susahnya bertanya sama dia langsung?"

"Berpikirlah jernih Kalina! Kamu kira Tamara tidak akan curiga kalau aku menanyakan keberadaan sertifikat itu? Sedangkan rumah dan tanah itu adalah pemberian kedua orang tuanya."

Kalina menekuk bibirnya, ia merapatkan selimut yang dipakai.

"Iya-iya, tapi besok transfer aku 50 juta ya mas?”

"Buat apa? Kan aku sudah transfer 100 juta kemarin?" Hendra mengerutkan keningnya dalam.

“Aku ada party sama temen-temen. Kan malu kalau aku pesan yang murah. Lagian 100 juta itu buat kebutuhanku. Kalau ada acara ya harus ditransfer lagi dong!”

"Hah... iya besok aku kirim."

Hendra mendengus pasrah, ia tidak bisa menolak permintaan kekasihnya itu. Karena Kalina sudah memberikan semua yang ia inginkan.

Hendra melupakan janjinya kepada Tamara untuk segera pulang. Pria itu malah menginap di apartement Kalina. Tanpa Hendra sadari, bahwa ia terlalu menganggap Tamara sebagai wanita remeh.

Tamara benar-benar wanita kuat. Bahkan saat suaminya sedang bersenang-senang dengan wanita lain, ia masih bisa tersenyum.

"Sudah ku tebak pasti dia tidak akan pulang. Pantas saja beberapa bulan ini dia selalu menghindariku saat di kamar, ternyata ada wanita yang memberikan harga dirinya secara gratisan." Wanita itu melirik kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 12.00 malam.

Berkali-kali Tamara mencibir kelakukan sahabatnya, mungkin mulai saat ini Tamara tidak akan menganggap Kalina sebagai sahabat lagi.

Tamara akhirnya membuka laptop karena ia tidak merasa mengantuk sama sekali. Tamara memilih untuk memeriksa keuangan kantor dan gaji para karyawan untuk bulan depan.

"Pengeluaran 100 juta? Buat apa ini? perasaan aku tidak pernah ngeluarin 100 juta diluar tanggal gaji."

Tamara semakin larut dalam layar laptopnya, ia tersenyum sinis melihat data-data yang telah didapat.

"Hendra Pratama, ternyata dia menghidupi simpanannya menggunakan uang kantor. Dasar laki-laki miskin! Aku batasi saja, jadi hanya aku yang bisa mengambil uang kantor."

Dengan percaya diri Tamara mengotak-atik data-data itu. Ia tak takut dengan jabatan Hendra yang lebih tinggi darinya. Karena sebenarnya ada sesuatu yang Tamara sembunyikan tentang dirinya sendiri selama ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 17

    Sebenarnya Tamara sangat malas untuk pulang ke rumahnya sendiri. Tapi jika ia membiarkan Hendra enak-enakan di rumah itu, Tamara tidak rela. Jadi lebih baik ia berada disana meskipun harus memandang wajah yang membuatnya mual itu. “Baru pulang kamu Tamara!” Baru membuka pintu, pemandangan pertama yang Tamara saksikan adalah Risa, sang mama mertua. “Ada apa Ma? Ini sudah malam, tumben belum pulang?”Risa berdiri lalu bersedekap dada, ia memandang Tamara dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapan itu benar-benar memuakkan bagi Tamara. “Pertanyaanmu seolah-olah sedang mengusir mertuamu sendiri Ra. Justru Mama yang harusnya bertanya, darimana saja kamu jam segini baru pulang?”“Aku dari rumah Papa Surya—”“Oh ya? Bukan dari rumah selingkuhan kamu itu?”Tamara menatap Risa tajam, pasti Hendra sudah menceritakan semuanya kepada ibunya. Dan tentu ditaburi oleh sedikit bumbu agar Tamara yang terlihat bersalah disini. “Atas dasar apa Mama berkata seperti itu? Kalau Mama tidak percaya, s

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 16

    “Coba ngomong lagi mas! NGOMONG SINI! Siapa yang Mas Hendra katain sebagai tukang ngadu?” Hendra memegang pipinya yang terasa nyeri dan panas. Firza tak bisa membendung amarahnya lagi, hingga saat ia melihat dan mendengar perkataan Hendra, kepalan tangannya melayang begitu saja. “Berani sekali kamu memukulku Fir? Tidak tahu sopan santun kamu!” Hendra mengacungkan jari telunjuknya dengan penuh amarah. “Cih, berlaku sopan santun kepada anda seperti tidak ada gunanya. Kakakku saja kamu khianati selama ini, terus aku harus tetap menghormatimu? Mimpi mas MIMPI!” Kesabaran Hendra semakin menipis, apalagi adik iparnya itu mulai meninggikan suara. Kini giliran kepalan tangan Hendra yang melayang dan hampir mengenai Firza. Jika saja Tamara tak berteriak, mungkin adiknya itu akan terkena pukulan. “STOP MAS! STOP! MASALAH KAMU ITU SAMA AKU. BUKAN SAMA FIRZA!” Bi Asni menjatuhkan sapu yang ada ditangannya. Wanita paruh baya itu terkejut sebab teriakan Tamara menggelegar, sampai terd

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 15

    “Rencana A gagal total, mari kita lakukan rencana B.” Tamara telah menyiapkan rencana yang ia susun sendiri. Bahkan sang adik pun tak tahu tentang rencana itu. Tamara pernah berpikir kalau ia tidak sengaja memergoki Hendra seperti ini, sudah pasti rencana pertamanya akan gagal. “Kamu akan menceraikanku Hen? Baiklah lakukan saja, toh kamu tidak akan membawa pergi hartaku sepeserpun kan? Hidup ini akan terus berjalan asalkan aku punya uang. Jadi, jika kamu menceraikanku…tidak akan berpengaruh apapun.”“Sikap kamu yang seperti ini sudah menunjukkan kalau kamu benar-benar berselingkuh Ra. Mau alasan apalagi kamu? Huh?” Hendra mengangkat dagunya setinggi mungkin. “Ah terserah, tidak ada gunanya membela diri. Kamu saja lebih percaya dengan jalang kesayanganmu itu. Tapi aku pastikan kamu akan segera hancur!” Tamara menegakkan badannya dan berbalik pergi. Para karyawan yang bergerombol segera membuka jalan untuk wanita itu. “Sial!” Hendra mengepalkan tangannya erat-erat, ia takut kalau T

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 14

    “Ta-Tamara? I-ini tidak seperti yang kamu lihat sayang.” Hendra mendorong Kalina agar menjauh dari dirinya. Lelaki itu menghampiri Tamara yang berdiri bersedekap dada di dekat pintu. Tamara menatap Hendra datar, tidak ada raut wajah kaget ataupun sedih diwajahnya. “Cih, kalimat klise. Apakah semua lelaki meniru kalimat itu jika ketahuan mengkhianati pasangannya? Benar-benar tidak kreatif.” Cibirnya. “Ra, tapi ini memang sebuah kesalahpahaman. Mas dan Kalina tidak melakukan apapun…kami…kami hanya—”“Hanya berciuman, isn’t it?” Sela Tamara. Hendra semakin kelimpungan, ia tak menyangka jika perselingkuhannya akan terbongkar secepat ini. Begitupun dengan Tamara, mungkin ia ditakdirkan untuk tak bersandiwara lebih lama. “Ayolah mas, aku tidak buta dan penglihatanku ini masih sangat sehat. Apa menurutmu hanya dengan menggunakan kata-kata fotocopy-an itu aku akan langsung percaya? Jawabannya tidak! Kalau kamu masih mau bertanya kenapa, itu berarti kamu benar-benar laki-laki bodoh!”Harg

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 13

    "MAS! MAS HENDRA!""kalina?" jantung Hendra rasanya seperti berhenti sepersekian detik. Bagaimana tidak? Kalina langsung masuk ke dalam ruangannya begitu saja dan memanggil namanya dengan suara keras. Sudah pasti para karyawannya yang ada diluar bisa mendengar suara wanita itu. "Apa-apaan kamu Lin! semua karyawanku pasti curiga kepadamu seperti ini!" "Sstt! berhenti mengomel, aku memiliki info panas untukmu mas."Hendra tak jadi memarahi Kalina, lelaki itu malah merasa penasaran dengan info yang dimiliki oleh simpanannya itu. "Info apa?" tanya Hendra, Kalina segera mendekat dan berdiri disamping lelaki itu. "Kamu tahu mas? aku baru saja melihat Tamara berjalan dengan laki-laki lain di sebuah restaurant. Dan laki-laki itu sangat mirip dengan Ezra, kamu pasti tahu kan siapa Ezra itu?"Hendra berdiri dari tempat duduknya dengan kasar, ia menatap Kalina dengan sangat dalam. "Restaurant? hari ini saja Tamara pergi ke Bank, bagaimana bisa tiba-tiba berada di restaurant? jangan bicara y

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 12

    Tamara memandang dirinya melalui cermin dengan malas. Hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan Ezra. Ingin menghindar? Tentu saja! Tamara tak ingin memperlihatkan wajahnya di depan lelaki itu lagi. Tapi apalah daya, Surya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi. “Arghh! Tidak bisakah hari ini dilewati begitu saja?” Tamara melihat jarum jam telah menunjukkan pukul 12.15. Itu berarti ia harus segera berangkat agar Ezra tidak menunggunya di restaurant. “Tamara.” Tiba-tiba saja Hendra masuk ke dalam kamar mereka. Padahal dia sudah ke kantor sejak pagi. “Loh mas? Kenapa kamu pulang?” Tanya Tamara terkejut. “Bukannya kamu mau ke Bank? Ayo mas antar, ini juga masih jam istirahat.”“Tidak perlu, Bank tidak sejauh itu sampai aku harus diantar. Kamu manfaatkan jam istirahat untuk bersantai saja.”Hendra tersenyum kecil, ia mendekat kepada Tamara dan menyentuh pundaknya dari belakang. Kini mereka sedang bertatap mata melalui cermin. “Kamu kan istri mas, jadi lebih baik kalau ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status