Share

Bab 3

Author: Verlita
last update Last Updated: 2025-08-12 13:18:20

Sinar mentari pagi menyinari rumah yang berdiri kokoh. Bi Asni sudah berjalan kesana kemari karena disibukkan dengan pekerjaan rumah.

Ting... tong.... ting... tong

Dengan tergopoh-gopoh wanita itu menuju pintu depan. Awalnya Bi Asni mengira yang datang adalah Hendra.

"Pagi Bi."

"Pagi Den. Tumben sekali Den Firza datang pagi-pagi sekali.” Bi Asni membuka pintu itu semakin lebar.

"Saya mau ambil sampel parfum dari kakak."

"Oh, langsung ke kamar saja Den. Sepertinya Nyonya masih tidur.”

Firza mengangguk ragu, tapi ia tetap menuju kamar kakak perempuannya. Tanpa mengetuk pintu, Firza masuk begitu saja. Tamara yang masih bersantai diatas kasur terjingkat kecil.

"Firza! Nakal kamu ya, udah kakak bilang kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu!” omel Tamara.

"Kelamaan Kak, Kak Rara kok nggak ke kantor sih? Biasanya jam segini udah nggak kelihatan batang hidungnya."

Rara adalah panggilan kesayangan dari Firza. Lelaki berusia 24 tahun itu memang memilih bahasa santai ketika berbicara dengan sang kakak.

"Males." Jawab Tamara singkat, wanita itu kembali memainkan gadgetnya.

"Mentang-mentang pemilik sah-"

"Ssttt... diam Firza!" Tamara langsung memotong perkataan adiknya, ia melirik kearah pintu yang terbuka.

Tamara segera turun dari atas ranjang dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Firza menatap Tamara dengan pandangan aneh.

"Kakak kenapa sih?"

"Kamu kan tahu sendiri nggak ada yang tahu identitas kakak selain keluarga kita. Tadi kamu malah hampir keceplosan. Kalau ada yang tahu gimana?" Tamara berkacak pinggang. Firza meringis lalu menepuk mulutnya sebanyak 3 kali.

"Maaf kak, nggak sengaja. Eh iya, Kak Hendra kemana?" Tanya Firza setelah menyadari bahwa ia tak melihat kakak iparnya sejak tadi.

"Nggak pulang, sedang menikmati waktu sama ani-aninya kali." jawab Tamara.

"Hah?" Firza mengambil tempat duduk disebelah Tamara. Ia memandang kakaknya itu sangat dalam.

"Kak, coba jelasin sama aku pelan-pelan. Pemikiran Firza ini nggak benar kan?"

Tamara menghela napas kasar, lalu membalas tatapan mata Firza.

"Kakak nggak tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Tapi mungkin itu benar. Mas Hendra selingkuh, Za.... sama Kalina. Sahabat kakak sendiri. Awalnya kakak nggak percaya, tapi kemarin kakak mergokin Kalina sedang telfonan sama mas Hendra. Dan dari yang kakak dengar, hubungan mereka sudah jauh. "

Firza terdiam, tidak ada air mata dari Tamara saat menceritakan semuanya. Tapi Firza tahu, ada luka yang disembunyikan oleh Tamara. Wanita itu hanya berpura-pura menjadi sosok yang kuat.

"Kakak mau apa? Biar Firza hajar lelaki itu!" ucapnya dengan bersungguh-sungguh.

"Jangan Za! Kakak udah punya rencana untuk menyiksa mereka. Apa kamu rela kalau mereka hanya sakit setelah kamu hajar? Sedangkan setelah sembuh nanti, mereka akan kembali hidup bahagia?"

Firza menggeleng.

"Biarkan kakak membalas ini, Za. Kakak mau mereka menderita untuk selamanya."

Tamara menegakkan tubuhnya dan memutar badan Firza agar menghadap kearahnya.

"Jangan bilang Mama sama Papa. Kakak takut mereka akan menggagalkan rencana ini. Kamu mau kan bantuin kakak?"

"Iya, tapi... apa rencana yang sudah kakak susun?" tanyanya penasaran.

Tamara mendekatkan bibirnya ketelinga sang adik dan membisikkan sesuatu. Perlahan-lahan Firza tersenyum sinis.

"Rencana bagus, jika uang bisa merubah sifat seseorang... maka uang juga bisa bertindak untuk menyiksa orang itu."

Ada sebuah makna dari ucapan Firza. Kini ia akan ikut dalam permainan kakaknya.

Ting.....

Tamara membuka ponselnya, ternyata pesan itu dari Hendra yang memberikan kabar.

(Sayang, maaf aku tidak pulang semalam. Karena kelelahan aku tidur di rumah teman, ini aku langsung pergi ke kantor. Kamu jangan marah ya, love you.)

"Iyuhh..." Tamara spontan menjauhkan ponselnya dan memberikannya kepada Firza.

Firza tertawa terbahak-bahak setelah membaca pesan kakak iparnya.

"Jadi sebenarnya dia yang bodoh atau kakak?" Firza memegang perutnya yang terasa kram.

"Jelas dia lah, berakting seolah-olah kakak nggak tahu apapun. Padahal semua kelakuan busuknya udah ketahuan." Tamara menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.

Dua saudara itu terus mengolok-olok Hendra. Bahkan Firza melupakan niatnya yang datang untuk mengambil sampel parfum. Karena Tamara memang menyisihkan waktunya untuk membantu sang adik dalam menjalankan bisnis. Keahliannya untuk menciptakan aroma-aroma baru sangat disukai oleh pelanggan-pelanggan Firza.

••••

Baru sampai di Kantor, Hendra berniat untuk segera mentransfer uang yang diminta oleh Kalina. Ia bisa dengan bebas mengakses keuangan kantor juga karena Tamara.

"Enak sekali punya istri yang bekerja dibagian keuangan. Aku jadi bisa mengambil uang dengan mudah." Hendra bersiul senang. Namun, kesenangannya itu hanya berlaku untuk sesaat.

"Kok tidak bisa? Padahal kemarin masih baik-baik saja.... sial! siapa yang membatasi aku untuk mengakses uang kantor!" Hendra menggebrak meja kerjanya. Dengan kesal ia mengambil telepon kantor dan meminta sekretarisnya untuk masuk.

Tok... tok... tok

"Masuk!”

Sekretaris wanita itu membuka pintu dan membungkuk ramah.

"Ada yang bisa saya bantu pak?"

"Kenapa saya tidak bisa mengakses keuangan kantor, Celine?"

"Maaf pak, untuk masalah keuangan saya tidak tahu. Karena Ibu Tamara yang mengurusnya." Celine menunduk, ia khawatir malah dirinya sendiri yang mendapat kemarahan Hendra.

"Mana Tamara! Panggil dia kesini!" titahnya.

"Sekali lagi maaf pak, Ibu Tamara izin tidak masuk hari ini."

Tatapan Hendra semakin menajam, Kalina sudah menerornya sejak tadi agar segera mentransfer uang. Namun nasibnya malah seperti ini.

"Keluar! tidak berguna saya memanggil kamu!”

Celine pergi tanpa sepatah katapun. Bukan sekali dua kali Hendra berkata kasar kepadanya.

"Halo Tamara!" Hendra menghubungi Tamara untuk meminta kejelasan.

Disana, Tamara mengaktifkan loud-speaker agar Firza bisa ikut mendengar.

"Halo Mas, ada apa? Suara Mas Hendra terdengar sedang kesal.”

"Kamu membatasi suamimu sendiri untuk mengakses keuangan kantor? Kenapa Tamara? Kamu ini tidak sopan! Buka sekarang!"

Hendra meledak-ledak, sedangkan Tamara memainkan kuku-kuku cantiknya dengan santai.

"Masalah kah mas? Soalnya kemarin aku lihat ada dana keluar 100 juta, dan itu atas nama kamu. Kira-kira uang itu kemana?”

Hendra tercekat, ia memikirkan alasan ke seribu yang akan ia berikan kepada istrinya.

"Itu.... untuk dana tambahan proyek."

"Dana proyek? Kenapa tidak menginformasikannya dulu denganku? Aku juga bagian dari kantor loh mas."

"Untuk apa? Harusnya kamu juga paham Tamara! Aku ini suamimu!"

"Suami ya suami, kalau rekan ya rekan. Kamu ini tidak profesional sama sekali. Walaupun aku sering pulang duluan, tapi aku tidak pernah selancang dirimu Mas Hendra!"

"Terserah apa katamu Tamara, aku akan mengadukan semua kelakuanmu sama Papa. Biar Papa tahu bagaimana cara anaknya bekerja di kantor suaminya!" Hendra meremas ponselnya, ia memencet ikon berwarna merah.

Tamara menaikkan alisnya karena telepon dimatikan secara sepihak.

"Laki-laki kok ngadu." cibirnya.

"Pffftt.... kantor suaminya, katanya. Dia belum tahu siapa orang dibalik kantor itu yang sebenarnya." sambung Firza.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 17

    Sebenarnya Tamara sangat malas untuk pulang ke rumahnya sendiri. Tapi jika ia membiarkan Hendra enak-enakan di rumah itu, Tamara tidak rela. Jadi lebih baik ia berada disana meskipun harus memandang wajah yang membuatnya mual itu. “Baru pulang kamu Tamara!” Baru membuka pintu, pemandangan pertama yang Tamara saksikan adalah Risa, sang mama mertua. “Ada apa Ma? Ini sudah malam, tumben belum pulang?”Risa berdiri lalu bersedekap dada, ia memandang Tamara dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tatapan itu benar-benar memuakkan bagi Tamara. “Pertanyaanmu seolah-olah sedang mengusir mertuamu sendiri Ra. Justru Mama yang harusnya bertanya, darimana saja kamu jam segini baru pulang?”“Aku dari rumah Papa Surya—”“Oh ya? Bukan dari rumah selingkuhan kamu itu?”Tamara menatap Risa tajam, pasti Hendra sudah menceritakan semuanya kepada ibunya. Dan tentu ditaburi oleh sedikit bumbu agar Tamara yang terlihat bersalah disini. “Atas dasar apa Mama berkata seperti itu? Kalau Mama tidak percaya, s

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 16

    “Coba ngomong lagi mas! NGOMONG SINI! Siapa yang Mas Hendra katain sebagai tukang ngadu?” Hendra memegang pipinya yang terasa nyeri dan panas. Firza tak bisa membendung amarahnya lagi, hingga saat ia melihat dan mendengar perkataan Hendra, kepalan tangannya melayang begitu saja. “Berani sekali kamu memukulku Fir? Tidak tahu sopan santun kamu!” Hendra mengacungkan jari telunjuknya dengan penuh amarah. “Cih, berlaku sopan santun kepada anda seperti tidak ada gunanya. Kakakku saja kamu khianati selama ini, terus aku harus tetap menghormatimu? Mimpi mas MIMPI!” Kesabaran Hendra semakin menipis, apalagi adik iparnya itu mulai meninggikan suara. Kini giliran kepalan tangan Hendra yang melayang dan hampir mengenai Firza. Jika saja Tamara tak berteriak, mungkin adiknya itu akan terkena pukulan. “STOP MAS! STOP! MASALAH KAMU ITU SAMA AKU. BUKAN SAMA FIRZA!” Bi Asni menjatuhkan sapu yang ada ditangannya. Wanita paruh baya itu terkejut sebab teriakan Tamara menggelegar, sampai terd

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 15

    “Rencana A gagal total, mari kita lakukan rencana B.” Tamara telah menyiapkan rencana yang ia susun sendiri. Bahkan sang adik pun tak tahu tentang rencana itu. Tamara pernah berpikir kalau ia tidak sengaja memergoki Hendra seperti ini, sudah pasti rencana pertamanya akan gagal. “Kamu akan menceraikanku Hen? Baiklah lakukan saja, toh kamu tidak akan membawa pergi hartaku sepeserpun kan? Hidup ini akan terus berjalan asalkan aku punya uang. Jadi, jika kamu menceraikanku…tidak akan berpengaruh apapun.”“Sikap kamu yang seperti ini sudah menunjukkan kalau kamu benar-benar berselingkuh Ra. Mau alasan apalagi kamu? Huh?” Hendra mengangkat dagunya setinggi mungkin. “Ah terserah, tidak ada gunanya membela diri. Kamu saja lebih percaya dengan jalang kesayanganmu itu. Tapi aku pastikan kamu akan segera hancur!” Tamara menegakkan badannya dan berbalik pergi. Para karyawan yang bergerombol segera membuka jalan untuk wanita itu. “Sial!” Hendra mengepalkan tangannya erat-erat, ia takut kalau T

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 14

    “Ta-Tamara? I-ini tidak seperti yang kamu lihat sayang.” Hendra mendorong Kalina agar menjauh dari dirinya. Lelaki itu menghampiri Tamara yang berdiri bersedekap dada di dekat pintu. Tamara menatap Hendra datar, tidak ada raut wajah kaget ataupun sedih diwajahnya. “Cih, kalimat klise. Apakah semua lelaki meniru kalimat itu jika ketahuan mengkhianati pasangannya? Benar-benar tidak kreatif.” Cibirnya. “Ra, tapi ini memang sebuah kesalahpahaman. Mas dan Kalina tidak melakukan apapun…kami…kami hanya—”“Hanya berciuman, isn’t it?” Sela Tamara. Hendra semakin kelimpungan, ia tak menyangka jika perselingkuhannya akan terbongkar secepat ini. Begitupun dengan Tamara, mungkin ia ditakdirkan untuk tak bersandiwara lebih lama. “Ayolah mas, aku tidak buta dan penglihatanku ini masih sangat sehat. Apa menurutmu hanya dengan menggunakan kata-kata fotocopy-an itu aku akan langsung percaya? Jawabannya tidak! Kalau kamu masih mau bertanya kenapa, itu berarti kamu benar-benar laki-laki bodoh!”Harg

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 13

    "MAS! MAS HENDRA!""kalina?" jantung Hendra rasanya seperti berhenti sepersekian detik. Bagaimana tidak? Kalina langsung masuk ke dalam ruangannya begitu saja dan memanggil namanya dengan suara keras. Sudah pasti para karyawannya yang ada diluar bisa mendengar suara wanita itu. "Apa-apaan kamu Lin! semua karyawanku pasti curiga kepadamu seperti ini!" "Sstt! berhenti mengomel, aku memiliki info panas untukmu mas."Hendra tak jadi memarahi Kalina, lelaki itu malah merasa penasaran dengan info yang dimiliki oleh simpanannya itu. "Info apa?" tanya Hendra, Kalina segera mendekat dan berdiri disamping lelaki itu. "Kamu tahu mas? aku baru saja melihat Tamara berjalan dengan laki-laki lain di sebuah restaurant. Dan laki-laki itu sangat mirip dengan Ezra, kamu pasti tahu kan siapa Ezra itu?"Hendra berdiri dari tempat duduknya dengan kasar, ia menatap Kalina dengan sangat dalam. "Restaurant? hari ini saja Tamara pergi ke Bank, bagaimana bisa tiba-tiba berada di restaurant? jangan bicara y

  • Selingkuhmu Menjadi Awal Kemenanganku   Bab 12

    Tamara memandang dirinya melalui cermin dengan malas. Hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan Ezra. Ingin menghindar? Tentu saja! Tamara tak ingin memperlihatkan wajahnya di depan lelaki itu lagi. Tapi apalah daya, Surya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi. “Arghh! Tidak bisakah hari ini dilewati begitu saja?” Tamara melihat jarum jam telah menunjukkan pukul 12.15. Itu berarti ia harus segera berangkat agar Ezra tidak menunggunya di restaurant. “Tamara.” Tiba-tiba saja Hendra masuk ke dalam kamar mereka. Padahal dia sudah ke kantor sejak pagi. “Loh mas? Kenapa kamu pulang?” Tanya Tamara terkejut. “Bukannya kamu mau ke Bank? Ayo mas antar, ini juga masih jam istirahat.”“Tidak perlu, Bank tidak sejauh itu sampai aku harus diantar. Kamu manfaatkan jam istirahat untuk bersantai saja.”Hendra tersenyum kecil, ia mendekat kepada Tamara dan menyentuh pundaknya dari belakang. Kini mereka sedang bertatap mata melalui cermin. “Kamu kan istri mas, jadi lebih baik kalau ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status